Dua tahun yang lalu adalah awal tentang kita. Bersua di ranah maya, jadi satu titik mengawali cerita. Malu-malu jadi kunci, sebab memang begitulah seorang dara jelita.
Satu tahun kemudian, maya mewujud nyata. Bukan tiba-tiba, kita berdua yang berencana. Tidak kenal menjadi kenal, tidak akrab menjadi dekat. Tidak tahu, menjadi cukup tahu. Tidak biasa, jadi mulai pun lalu terbiasa.
"Dunia memang begitu. Kadang menyajikan tanda tanya, kadang juga menunjukkan cita rasa." Ujarmu.
"Dunia memang begitu. Meski tentu apapun itu, tergantung kitanya juga." Aku sedikit menambahkan, sudut pandangku sendiri tentang dunia.
Dua tahun yang berproses, untuk kita bertumbuh kembang. Dua tahun yang biasa, namun menyajikan sekumpulan kisah yang sanggup menghapus lelah.
Satu tahun kemudian, kita berdua masih menatanya. Canda tawa tentunya ada, meskipun perbedaan kita tak pernah atau katakanlah belum bisa lepas.
"Inilah kita, kadang seirama yang justru seringnya beda." Ujarmu lagi.
"Inilah kita, yang terkadang merasa terpola. Meski seringnya tanpa pola, yang cukup mengalir saja sesuai suasana rasa." Aku menambahkan, sementara kamu menyimaknya.
"Dua tahun lalu, yang menjadi satu tahun kemudian. Lalu akan bagaimana dengan saat ini hingga kedepannya? apakah masih akan ada cerita tentang kita?" tanyaku, sepekan yang lalu.
"Oh ya! mengenai jenis hubungan kita, apa sebenarnya nama yang paling cocok bagi kita berdua?!" tanyamu, sepekan yang lalu juga.
Salam fiksiana, salam silaturahmi juga.
Bandung, 27 Februari 2021.