Â
Sebagai seseorang yang cukup sering berkecimpung di dunia digital, saya sangat menyadari bahwa keamanan data kini bukan lagi sekadar kebutuhan tambahan, melainkan syarat mutlak agar bisnis dapat berjalan dengan tenang dan berkelanjutan. Terlebih ketika hampir semua proses operasional, transaksi, dan komunikasi kini bergantung pada sistem digital yang saling terhubung. Dalam konteks ini, saya melihat langkah Telkom Solution untuk memperkuat lini layanan cyber security sebagai sesuatu yang sangat tepat, bahkan sudah seharusnya.
Telkom Solution, lewat komitmennya dalam menghadirkan solusi keamanan siber end-to-end, menurut saya telah membaca kebutuhan pasar dengan cerdas. Mereka tak hanya bermain di level jaringan (network layer), tapi juga menyasar lapisan yang sering diabaikan manusia. Ini menarik, karena sering kali yang menjadi titik lemah justru bukan sistemnya, melainkan penggunanya.
Kita semua tahu, banyak pelanggaran data besar di dunia yang disebabkan bukan karena sistem yang lemah, tapi karena human error, klik tautan phishing, penggunaan password yang sama di banyak layanan, atau perangkat yang tidak diamankan. Ketika Telkom Solution mengatakan mereka ingin melindungi dari "jaringan hingga human layer", saya merasa ini pendekatan yang relevan dan realistik di tengah semakin kompleksnya lanskap ancaman siber.
Kolaborasi dan Inovasi Adalah Kunci Strategi Keamanan Modern
Dan yang membuat saya pribadi lebih percaya diri terhadap langkah Telkom adalah kolaborasi mereka dengan mitra global dan anak usaha mereka sendiri. Contohnya, Digiserve yang menghadirkan layanan Cyber Threat Intelligence, sebuah langkah preventif untuk memantau dan menilai kelemahan dari luar sistem. Pendekatan seperti ini mengingatkan saya pada cara kerja ethical hacker, masuk sebelum hacker jahat masuk.
Kemudian ada TelkomSigma dengan solusi Prisma Access Browser dan Web Application and API Protection (WAAP). Di era API economy, di mana sistem saling terhubung antar aplikasi, proteksi terhadap API menjadi sangat krusial. Banyak pelaku bisnis yang tidak sadar bahwa membuka API tanpa pengamanan yang baik ibarat membuka pintu belakang rumah tanpa gembok. WAAP ini menurut saya adalah jawaban logis terhadap risiko tersebut.
Namun, ada satu hal yang saya anggap paling penting dari semua ini, yakni pendekatan menyeluruh dan mitigasi dari hulu ke hilir. Sering kali, perusahaan hanya memikirkan keamanan dari sisi infrastruktur cloud, tapi melupakan titik masuk dari perangkat user seperti laptop atau smartphone. Padahal, justru dari situlah banyak serangan bermula.
Menuju Pertahanan Digital yang Tangguh
Saya pribadi pernah mengalami kejadian kecil, laptop saya terkena script jahat dari website tidak dikenal, dan sebelum saya sadari, browser saya mulai melakukan aktivitas aneh di background. Untungnya, saya segera bertindak cepat. Tapi ini membuktikan betapa mudahnya sistem bisa disusupi lewat celah yang tidak terduga. Pendekatan yang ditawarkan Telkom Solution, terutama dengan Prisma Access yang melindungi sisi pengguna, bisa menjadi pengubah permainan (game changer).
Menariknya lagi, strategi Defense in Depth yang akan diterapkan oleh Telkom Solution memperlihatkan keseriusan mereka dalam membangun perlindungan berlapis. Dalam keamanan siber, istilah ini bukan hal baru. Tapi penerapannya secara konsisten hingga ke level fisik dan perilaku pengguna masih jarang dilakukan secara menyeluruh. Integrasi dengan AI untuk analisis video dan deteksi perilaku mencurigakan adalah langkah futuristik yang sangat saya apresiasi.
Bayangkan sebuah pusat data yang bisa "melihat" dan "mengenali" pergerakan mencurigakan secara otomatis tanpa perlu operator 24 jam yang memantau monitor. Ini bukan sekadar efisiensi, ini adalah terobosan. AI di sini bukan gimmick, tapi benar-benar menjadi alat pendukung keamanan yang efektif.
Dari sudut pandang saya, industri-industri seperti perbankan, startup digital, dan layanan publik sangat membutuhkan pendekatan seperti ini. Mereka tak bisa toleransi terhadap downtime atau kebocoran data. Jika satu sistem jatuh karena serangan siber, dampaknya bisa berantai dan merugikan kepercayaan publik. Telkom Solution tampaknya memahami hal ini dan mencoba menawarkan solusi yang bukan hanya canggih secara teknologi, tapi juga praktis dan aplikatif.
Tentu, pekerjaan rumah besar masih menanti. Tingkat adopsi keamanan siber di Indonesia masih rendah. Banyak perusahaan yang belum menyadari bahwa investasi di cyber security bukan pengeluaran sia-sia, melainkan bentuk proteksi aset digital mereka. Untuk itu, edukasi publik dan dorongan dari pihak-pihak besar seperti Telkom sangat dibutuhkan.
Saya pribadi berharap solusi seperti ini bisa menjangkau lebih banyak sektor bisnis, tidak hanya perusahaan besar tapi juga UKM yang mulai merambah digital. Karena sejatinya, keamanan siber bukan hanya milik yang besar, tapi kebutuhan semua.
Dengan pendekatan menyeluruh, kolaborasi teknologi global, serta keberanian memanfaatkan AI, saya melihat Telkom Solution sedang berada di jalur yang tepat dalam memperkuat pertahanan digital nasional. Semoga langkah ini tidak hanya menjadi solusi teknis, tapi juga menginspirasi perubahan pola pikir soal pentingnya keamanan data di negeri ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI