Awan Junico Takarama
Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Manusia menampilkan isyarat empati semenjak balita serta akan tumbuh lebih lanjut pada masa anak- anak serta anak muda. Tetapi, tingkatan empati seorang bisa jadi tidak sama dengan orang lain. Sebagian orang gampang beresonansi, serta sebagian orang susah mencoba.Â
Empati merupakan keahlian buat menguasai perasaan orang lain, memandang dari sudut pandang orang lain, serta membayangkan dirinya di tempat orang lain.Â
Empati memainkan kedudukan penting dalam membangun serta memelihara ikatan antara orang- orang serta mengaitkan komunikasi dengan tujuan tertentu yang informatif serta persuasif.
Komunikasi empatik mengacu pada komunikasi yang didasarkan pada kesadaran akan perasaan, perhatian, dan perhatian komunikator. Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan dalam komunikasi empatik adalah bagaimana memahami orang lain. Jangan sebaliknya, mengharapkan orang lain mengerti terlebih dahulu.Â
Tentunya sikap ini harus bersifat timbal balik agar dapat menghasilkan saling pengertian. Berdasarkan premis ini, pihak terkait akan berkomunikasi dengan empati, sehingga tidak sulit untuk menumbuhkan sikap memahami perasaan pihak lain dengan pemikiran dalam bentuk komunikasi.
Komunikasi lebih dititikberatkan padan konsepsi tentang manusia dalam persepktif psikologis humanistik.Â
Dipaparkan dalam Rakhmat ( 2006: 30- 32) yang mengutip sebutan Martin Buber dengan istilah" I- it Relationship" yang menampilkan ikatan individu dengan individu, bukan individu dengan barang, ataupun subjek dengan subjek, bukan subjek dengan objek
Pikiran adalah semua proses yang berlangsung di otak, baik menerima informasi dari panca indera maupun menanggapi informasi dari lingkungan sebagai kerangka berpikir atau persepsi.Â
Kita tidak dapat mengetahui isi perasaan seseorang, tetapi kita dapat dengan mudah mengetahui apakah seseorang sedang berpikir, yaitu dari perubahan fisiologis dalam tubuhnya. Perubahan suasana hati seperti sering gelisah dan murung, sulit berkonsentrasi, kurang percaya diri, kesepian dan depresi.
Kemampuan untuk memahami atau memahami perasaan orang lain dari sudut pandang emosional. Singkatnya, empati ini membuat kita merasa seperti berada di posisi orang lain.Â
Padahal, empati adalah sesuatu yang tidak dimiliki manusia dan dapat dipupuk melalui pelatihan dan peningkatan. Empati hampir mirip dengan empati, tetapi empati bukan hanya perasaan yang dihasilkan, tetapi perasaan seseorang yang berasal dari tubuh yang sangat dalam. Misalnya, jika orang tua teman kita meninggal, kita juga pasti merasa kehilangan.Â
Jadi dapat disimpulkan bahwa empati adalah salah satu tindakan yang dilakukan terhadap orang lain dengan menggunakan pola pikir yang benar sehingga tindakan tersebut baik dan benar di mata orang lain.
Komunikasi mempunyai hubungan yang erat dengan empati. Empati dapat dibangun dari komunikasi efektif. Namun dibandingkan dengan komunikasi saja empati dapat memberikan pengaruh yang lebih jauh cakupannya dan luas jangkauannya.Â
Komunikasi hanya terbatas pada dua jenis saja, yaitu verbal dan non verbal, berbeda halnya dengan empati. Ia bisa terbentuk meski melalui perasaan, pengetahuan dan juga keyakinan seseorang akan sebuah objek.
Empati mencakup komponen afektif dan kognitif. Secara emosional, orang yang berempati merasakan apa yang orang lain rasakan. Secara kognitif, orang yang berempati memahami bagaimana perasaan orang lain dan mengapa.Â
Sementara empati dianggap sebagai keadaan emosional, sering kali memiliki komponen kognitif atau kemampuan untuk melihat keadaan mental orang lain, atau disebut dari sudut pandang orang lain.
Dari pengertian empati di atas, empati memproyeksikan ke dalam kondisi dan perasaan orang lain. Empati sangat penting dalam komunikasi agar informasi dapat diterima secara efektif dan tepat.Â
Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, komunikator harus memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip komunikasi empatik, meliputi prinsip keseluruhan, bukan prinsip sebagian (non-disjunction), prinsip moral, berusaha memahami, hanya dipahami, diagnosis sebelum reaksi, keyakinan, penglihatan berkomunikasi, tersenyum, dan menyukai satu sama lain, ditambah dengan kepekaan terhadap pengalaman atau perasaan orang lain, juga dapat menimbulkan empati yang baik, yang menciptakan hubungan antara perasaan dan pikiran.