Mohon tunggu...
Awaly Ilham Dewantoro
Awaly Ilham Dewantoro Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar dan Berbagi

Belajarlah dengan baik kemudian bagikan apa yang kamu dapat, baik melalui tulisan maupun lisan agar yang kamu dapat tidak terbang seperti uap air.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Janganlah Melestarikan Budaya Ini, Wahai Para Pemudik!

12 Juni 2019   09:02 Diperbarui: 12 Juni 2019   14:29 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembuangan sampah sembarangan saat mudik | Sumber: aktual.com


Libur lebaran 2019 telah berakhir bagi sebagian orang, namun kegiatan bersilaturahmi masih tetapberlanjut hingga beberapa hari ke depan. Setelah bersuka ria kembali ke kampunghalaman, sekarang kita akan berhadapan kembali dengan hiruk pikuk harian yang terjadi sebelum libur lebaran tiba. Kembali ke keseharian ya? Hmm, tapi harus bagaimana lagi, kita semua haruslah menyambung hidup.

Berbicara mengenai libur lebaran, tentunya akan merujuk ke salah satu tradisi orang Indonesia yang tidak ditemukan di negara-negara lainnya. Ya, tradisi tersebut adalah mudik lebaran! Mudik ini merupakan kegiatan pulang ke kampung halaman yang dilakukan oleh orang-orang yang tinggal dan mengadu nasib di kota-kota besar. Adapun tujuan dari mudik ini adalah untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara dari keluarga besar yang tinggal di kampung halaman, berbagi pengalaman dan kebahagiaan di hari yang fitri nantinya. Tapi, bukan hal ini yang akan dibahas pada tulisan saya kali ini.


Mudik lebaran 2019 memiliki banyak cerita bukan? Inilah yang akan menjadi bahasan tulisan saya kali ini, yaitu cerita singkat mudik lebaran di tahun 2019. Banyak sekali berita mengenai mudik lebaran 2019 mulai dari awal mula arus mudik hingga saat ini yang mendekati akhir dari arus balik 2019. Kesenangan mudik 2019 ini banyak disiarkan oleh media TV dan postingan dari para pemudik yang menyatakan mudik 2019 lebih lancar dari tahun-tahun sebelumnya. Memang begitu faktanya, arus mudik terasa lebih lancar dari tahun-tahun sebelumnya. Saya sendiri pun ikut mudik lebaran bersama keluarga menuju Muntilan-Magelang dan Lembeyan-Magetan. 


Kelancaran mudik lebaran ini disebabkan oleh jalan-jalan tol yang baru dibuka. Di Sumatera dan Jawa banyak dibuka tol-tol trans-provinsi yang membuat perjalanan mudik menjadi lebih ringkas meskipun harus merogoh kocek lebih besar. Walaupun demikian, untuk efisiensi waktu apabila punya kocek lebih kenapa tidak dicoba menggunakan tol bukan? Sayangnya, saya mudik tidak menggunakan tol trans Jawa karena dianggap terlalu muter-muter perjalanannya dari Bandung ke Magelang, sehingga dipilihlah menggunakan jalur selatan Jawa. Jadi, tidak akan ada cerita mengenai firstimpression menggunakan tol trans Jawa ya di sini hehe.


Kembali membahas mudik lebaran, tentu banyak hal-hal yang dilakukan pemudik selama perjalanan menuju kampung halaman atau pun saat kembali ke kota tempat mengadu nasib. Istirahat di rest area, menyantap kuliner ditempat-tempat baru, bertemu dan bersapa dengan orang baru di perjalanan hinggakendaraan yang tiba-tiba mogok di pinggir jalan!  Hal-hal seperti itu mungkin ada yang bisa dicegah dan ada pula yang harus menerima nasib apes diperjalanan. Tapi, ada beberapa hal menarik yang saya dapatkan dari mudik danarus balik lebaran 2019 ini yaitu budaya yang tetap dipegang teguh para pemudik.


Budaya para pemudik saat di perjalanan memang beragam, tergantung dari mana mereka berasal. Walaupun beragam, tapi masih ada budaya-budaya dari para pemudik yang sama persis. Tidak dapat dibedakan apabila diuji secara statistik juga! Budaya tersebut mencakup membuang sampah sembarangan sepanjang perjalanan dan ambil lajur kanan depan portal perlintasan kereta api. Budaya pemudik yang masih susah hilang hingga saat ini. Loh, tapi kan budaya biasanya hal-hal positif? Ini kok negatif? Cukup, jangan diperdebatkan agar budaya buruk ini dapat berubah jadi lebih baik di kemudian hari, okay?


Potret Arus Mudik dan Balik 2019: Seluruh kendaraan diberhentikan di Lingkar Gentong, Tasikmalaya
Potret Arus Mudik dan Balik 2019: Seluruh kendaraan diberhentikan di Lingkar Gentong, Tasikmalaya

"Lungweh! Pirage sampah ieu!"


Pertama, mari kita bahas budaya buang sampah. Banyak pemda kota kabupaten ataupun provinsi telah menerapkan denda dan sanksi untuk setiap warga negara yang buang sampah sembarangan di wilayah tersebut. Bahkan denda dan sanksi yang diberikan tidak bisa dianggap remeh! Selain itu, untuk jalan-jalan yang berada di wilayah yang langka kehidupan manusia seperti halnya yang saya lewati di wilayah seperti hutan (perbataasan Jawa Barat ke Jawa Tengah dan Jawa Tengah ke Jawa Timur) tentu ada juga aturan mengenai pembuangan sampah (jujur, saya kurang tahu aturan tertulisnya, tapi membuang sampah harusnya di tempatnya kan? Tanpa ada aturan pun kita harusnya tahu diri). Sayangnya, kenyataan mengatakan lain. Banyak sebagian besar dari pemudik masih membuang sampah di jalan! Kalau orang Sunda bilang "lung weh" (terjemah: "buangbegitu saja") tanpa memikirkan dampak kedepannya apa?


Kebiasaan "lung weh" ini banyak ditemukan sepanjang jalan saat mudik dan arus balik. Padahal, kita telah diajarkan semenjak dini, saat masih duduk di meja PAUD atau TK bahwa membuang sampah sembarangan itu jelek! Tapi, bukan masyarakat Indonesia dong kalau tidak melanggar hal yang dilarang, eh. Kebiasaan melakukan budaya buruk ini terus-menerus berulang setiap tahunnya tanpa ada kesadarandari para pelaku. Sehingga diperlukan upaya penyelesaian permasalahan yang pelik ini, utamanya agar lingkungan jalan yang dilewati saat mudik terjaga kebersihannya bukan?


Para pelaku buangsampah "lung weh" ini seakan-akantidak memikirkan bagaimana wilayah tersebut kedepannya apabila terus-menerus diberikan sampah. Apalagi sampah-sampah yang dibuang ini berupa plastik,styrofoam hingga botol-botol kaca. Jenis-jenis sampah yang sukar terurai. Bagaimanabila sampah tersebut menumpuk dan tiba-tiba datang arus air yang sangatd ahsyat? Banjir, longsor, apa lagi bencana buatan tangan manusia? Sebutkan saja! Ya, banyak sekali dampak buruknya bagi lingkungan. Mungkin beberapa orangakan mengucapkan "syukur deh, gak adahujan pas arus mudik dan balik lebaran 2019," tapi tetap saja pemikiran danbudaya buang sampah sembarangan ini tidak boleh dilanjutkan. Ingatlah, Bumiyang kita tinggali sudah tua dan rapuh!


Mungkin ya, adapula yang berpikiran dengan membuang jenis-jenis sampah tersebut dapat dimanfaatkan oleh tukang rongsok atau pemulung. Mungkin ya. Memang terlihat seperti berbagi rezeki, tapi 'mbok ya gak gitu-gitu juga dong. Apakah susah mengumpulkan sampah di dalam kendaraan dalam sebuah wadah dan pas istirahat nyari tempat sampah buat membuangnya dengan baik dan benar? Atau saya beri solusi lainnya, buanglah sampah pada temannya (ya, teman yang berada di kendaraan yang sama) dengan harapan temanmu mau mebuangnya dengan benar kalau-kalau kamu tidak pernah benar dalam buang sampah!


Potret Arus Mudik dan Balik 2019: Kecelakan di wilayah Ciawi Tasikmalaya menyebabkan kemacetan
Potret Arus Mudik dan Balik 2019: Kecelakan di wilayah Ciawi Tasikmalaya menyebabkan kemacetan

"Serobot asek masbro!"


Kedua dan terakhir, kita bahas mengenai kendaraan yang main nyelonong aja di lajur kanan saat akan melintasi perlintasan kereta. Ini tidak hanya terjadi saat arus mudik dan balik lebaran saja, tapi dalam keseharian pun banyak terjadi. Bedanya, yang saya temukan saat mudik pelakunya adalah kendaraan beroda empat. Besar dan menghalangi lajur baliknya bukan? Hingga suatu ketika, mereka ditegur oleh bapak-bapak polisi walaupun tidak sampai ditilang sih. Jadi agak kesel-kesel gimana melihat mereka gak ditilang, eh. Tapi satu hal yang mungkin sama dalam pikiran kita, kok susah ya buat sabar dan menunggu?


Mungkin mereka berpikir, telat sedetik uang satu milyar terbang ke udara. Sehingga mereka melakukan kegiatan nyelonong di lajur kanan. Walaupun mereka tahu, bahwa melaju di lajur kanan yang tidak diketahui kondisi di depan dapat membahayakan keselamatan. Kalau mereka tidak tahu ya ambil kesimpulan mereka belum pernah berhadapan dengan polisi saat tes SIM, hehe. Padahal, apabila kita mau lebih bersabar dan menunggu lagi memungkinkan kondisi arus lebih lancar serta membuat waktu perjalan lebih singkat bukan? Itu hanya dengan mengantre saja mendapatkan banyak benefit, tapi ya tetap saja banyak tidak dilakukan.


Budaya nyelonong, khususnya saat macet, masih banyak ditemukan sampai saat ini. Baik itu nyelonong di kiri atau pun kanan jalan, keduanya tetap memiliki risiko kecelakaan yang tinggi. Solusi agar tidak terjadi kecelakaan pun sudah sangatjelas, berkendaralah dengan hati-hati dan taat pada aturan, tapi masih banyak saja yang tidak mentaati aturan. Aturan menyarankan untuk mengantre dan bersabar, masih ada saja pemudik yang ambil kanan maju terus dan ujung-ujungnya membuat jalanan semakin macet. Tidak pernah berubah, budaya ini tetap terlestarikan dengan baik oleh para pemudik.

Pada akhirnya...

Uraian-uraian tersebut masih secuil mengenai kisah budaya yang teguh dilestarikan oleh para pemudik. Solusi yang dapat mengatasi permasalah ini sangatlah sederhana, yaitu sadar diri. Sadar akan lingkungan dan sadar akan keselamatan. Tidak membuang sampah sembarangan sepanjang perjalanan mudik dapat membuat lingkungan asri dan bersih, tidak mengakibatkan bencana yang dapat menyebabkan banyak korban jiwa. Begitu pula dengan tidak nyelonong di lajur kanan saat akan melewati portal perlintasan kereta dapat membuat arus perjalanan lancar, waktu perjalanan lebih efisien dan menghindarkan dari kecelakaan lalu lintas.  Semuanya tinggal kembali ke diri sendiri, kapankah kita akan sadar diri? Tinggalkan budaya buruk saat mudik menuju budaya yang lebih beradab. Semoga kita dapat bertemu dengan Ramadan 1441H dan dimudahkan rezekinya untuk mudik lebaran 2020!


Ayo hentikan pelestarian budaya buang sampahsembarangan dan sikap tak mau mengantre!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun