Mohon tunggu...
Awalludin
Awalludin Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Nature

UNTUK APA PEMBANGUNAN JIKA LINGKUNGAN TAK LAYAK HUNI?

3 Januari 2022   00:49 Diperbarui: 3 Januari 2022   06:16 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia dengan luas wilayah 1,919 juta km dengan sumber daya alam yang berlimpah,dan memiliki jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 270 juta manusia yang menyumbang limbah terbesar kedua di dunia. Dari data riset Kementerian Kesehatan diketahui hanya 20 persen dari total masyarakat Indonesia peduli terhadap kebersihan, kesehatan dan lingkungan. Ini berarti, dari 262 juta jiwa di Indonesia, hanya sekitar 52 juta orang yang memiliki kepedulian terhadap kebersihan lingkungan sekitar dan dampaknya terhadap kesehatan.

Dewasa ini Kalimantan Timur menjadi bahasan menarik karena penetapan Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota Negara baru pada tahun 2024 nanti. Pemindahan ibukota ini tentunya memerlukan perhatian semua pihak, seperti yang kita ketahui Kalimantan Timur yang memiliki luas total 127.346,92 km dan populasi sebesar 3.793.152 yang mana Luas kawasan hutan Kalimantan timur saat ini seluas 8,256 juta hektare atau secara total hampir 65 persen luas wilayah Kalimantan timur adalah kawasan hutan yang terbagi menjadi 6 (enam) jenis hutan yaitu hutan lindung, hutan suaka alam dan wisata, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan produksi yang dapat dikonversi, dan hutan pendidikan/penelitian. Yang nanti akan menjadi sorotan akankah deforestasi hutan akan berlanjut? Bagaimana pembangunan ibukota negara tanpa mengusik hutan Kalimantan timur?  

Pemindahan Ibukota tentunya merupakan hal yang bagus untuk mengurangi ketimpangan, pemerataan pembangunan, dan menumbuhkan pusat ekonomi baru yang sudah lama tersentral di pulau Jawa, Namun memindahkan ibu kota negara ke pulau Kalimantan yang memiliki sejumlah besar lahan gambut yang mudah terbakar meningkatkan risiko kebakaran hutan dan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan secara signifikan. Selain itu, pemindahan ibu kota tidak menjamin masalah lingkungan di Jakarta akan terselesaikan. 

Dikutip dari detikFinance.com jaminan pemerintah soal nasib warga dan hutan Kalimantan Timur bila Ibukota pindah diantaranya warga tak bakal terpinggirkan, Kalimantan timur tetap menjadi paru-paru dunia,Kalimantan timur jadi pionir pengelolaan limbah. Kekhawatiran lain yang muncul adalah terkait kelestarian hutan di Kalimantan timur tentunya kekhawatiran kita bersama. Suharso dalam kutipan detikFinance.com memastikan identitas itu tidak akan hilang. Pemanfaatan energi di ibu kota baru nantinya tak menggunakan energi fosil, yang artinya bisa lebih ramah lingkungan.Selain itu, ke depan IKN akan diupayakan bebas dari penggunaan plastik. Kalimantan Timur beserta penduduknya akan didorong menjadi pionir dalam pengelolaan limbah.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian saat Kalimantan Timur menjadi Ibukota adalah limbah dan polusi. Pada dasarnya mencegah lebih baik daripada mengobati, dengan mentaati peraturan perundang undangan no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya kita dapat mencegah kerusakan yang lebih besar lagi. Yang diperkuat pada UU Nomor 32 Tahun 2009 berisikan upaya sistematis dan terpadu untuk melestarikan lingkungan serta sebagai upaya pencegahan terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup. Namun pada faktanya dengan kesadaran masyarakat yang masih rendah ini akan sedikit sulit. Keadaan ini dipandang miris, peledakan populasi setelah diresmikannya ibukota baru nantinya yang menjadi masalah adalah limbah dari populasi itu sendiri. Melihat limbah yang banyak berasal dari sisa makanan dengan tingkat kelaparan di indonesia yang masih tinggi. Dimana, nyatanya angka limbah makanan tersebut dapat menghidupi sekitar 28 juta jiwa atau sebanyak 11% penduduk di Indonesia. Fakta yang tidak bisa dihindari pula, nyatanya limbah makanan terbesar bukan berasal dari supermarket ataupun pasar tradisional. Penyumbang terbesar limbah makanan berasal dari rumah tangga yang tidak terlepas dari kebiasaan dan masing-masing individu, seperti tidak menghabiskan makanan yang telah dibuat dan membeli makanan yang tidak disukai. Gaya hidup masyarakat dan perasaan gengsi untuk menghabiskan makanan di tempat umum juga menjadi salah satu pemicu banyaknya limbah makanan di Indonesia. Untuk diketahui, sampah makanan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang lebih serius lagi. Terbentuknya air lindi yang merupakan air hujan yang masuk dalam tumpukkan sampah dan menghasilkan air yang mengandung logam berat berbahaya bagi tanah, tak hanya itu polusi air ,polusi udara, polusi cahaya, polusi suara juga harus perlu menjadi perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan, dengan menjaga kebersihan dan meminimalisir limbah rumah tangga sosialisasi nantinya di Ibukota Baru harus digencarkan seperti sosialisasi pemilahan sampah serta menggunakan konsep 3R yaitu Resep, Reduce dan Recycle dapat mengurangi persampahan di lingkungan sekitar kedepannya. Atau dengan menegakkan hukum dan UU yang telah berlaku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun