SEMARANG - Begitu banyak ragam teater tradisi yang bisa dipelajari, karena bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Baik dari segi adat istiadat, kepercayaan, maupun kebudayaan. Seperti ungkapan Charles Handy, filsuf sosial: “Jika engkau ingin berhasil, pikirkan teater!”. Teater merupakan salah satu media seni di mana dunianya meliputi visi, spirit dan antusiasme. Norma yang berlaku dalam dunia teater adalah berusaha menampilkan yang terbaik dan tidak sekedar pertunjukan biasa yang kemudian dilupakan orang. Oleh karena itu, teknik yang digunakan dalam pementasan seni teater harus menggairahkan, memotivasi, dan menginspirasi banyak orang untuk memberikan yang terbaik.
Di Semarang, ada komunitas UKM teater dari salah satu Universitas terbaik swasta berbasis komputer dan IT yang sudah beberapa kali menjamah panggung nasional. Teater Kaplink, merupakan salah satu aset medium penyampaian karya dari sekelompok mahasiswa dan mahasiswi Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Pada hari Selasa (11/2) pukul 19:00 WIB, mereka akan menyajikan sebuah pertunjukan bertajuk “Orang Asing” yang disutradarai oleh Adi Satya. Mengambil tema hiburan dan sosial, teater yang sudah ada sejak awal Mei 1997 ini membagikan cuplikan pertunjukan yang akan digelar di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) melalui situs youtube mereka.
Imam, salah satu aktor drama dalam Orang Asing, menuturkan, bahwa naskah Orang Asing merupakan suntingan naskah drama berjudul Lithuania karya Rupert Brooke yang diterjemahkan dan sedikit diubah oleh D. Djajakusuma di Indonesia. “Setting tempat yang kita gunakan juga kita ubah. Kalau di naskah asli, setting tempat ada di tengah hutan. Tapi temen-temen menggarap dan mengubahnya jadi di pesisir pantai daerah Sibolga, Sumatra Utara.”, tutur mahasiswa Udinus ini.
“Jadi ada orang asing yang tiba-tiba bertamu ke rumah sebuah keluarga miskin. Mengenakan pakaian bagus serta membawa koper. Orang asing tersebut mencari tempat menginap karena tersesat dan kemalaman di hutan. Ia disambut baik oleh tuan rumah, tapi tingkah lakunya kurang ajar, sombong, dan sering merendahkan. Seluruh anggota keluarga bertanya-tanya, siapa dia sebenarnya Lalu karena himpitan ekonomi, niat jahat muncul. Dan pada akhirnya, lalalalalala.”, terang Imam menjelaskan inti jalan cerita Orang Asing dengan guyon.
Teater Kaplink yang merupakan warisan turun temurun dari para senior mahasiwa Udinius adalah bagian tradisi dari seni pertunjukan yang ada di daerah-daerah setempat di Semarang, yang mana diwarnai kultur nan khas. Keberadaannya mencerminkan kekayaan budaya dan keluhuran budi pemuda pemudi era kini yang mengajarkan kepada masyarakat luas akan pentingnya menjaga kekhasanahan budaya yang sudah tercipta. Karena fungsi teater itu sendiri, dalam kehidupan sosial, tidak lain dan tidak bukan yaitu memberi tempat atau wadah bagi budaya masyarakat yang akhirnya dapat memberi tuntunan masyarakat sesuai dengan budaya yang dimilikinya.
Sebagai generasi penerus, pemuda memang dituntut untuk jangan pernah malu dan "ogah" dalam menjaga dan melestarikan apa yang sudah ada sebelumnya, karena budaya dan sastra merupakan aspek yang paling mendasar dari suatu kehidupan manusia. Idealisme memang patut dipertahankan tak hanya lewat "kacamata baca" individualnya saja, namun tengok juga apa yang telah leluhur berikan demi terciptanya sebuah ciri khas suatu bangsa, karena massa adalah penentu sejarah. Seperti kata Ir. Soekarno, "Bunga mawar tidak mempropagandakan harum semerbaknya, dengan sendirinya harum semerbaknya itu tersebar di sekelilingnya."
Penasaran seperti apa kisah Orang Asing besutan pemuda pemudi kreatif Tetaer Kaplink? Simak penggalan gubahan dari mahakarya penyair kelahiran Inggris, Rupert Brooke, di sini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI