Mohon tunggu...
Asep Soheh Irpan
Asep Soheh Irpan Mohon Tunggu... Freelancer - I am a sea navigator

Seorang pelaut, mantan santri dan mantan anak kecil yang cita-citanya menjadi astronot. Memiliki dua hal yang utama; 1. Tanggal lahir yang palsu 2. Memiliki minat terhadap astronomi dan filsafat. Bekerja sebagai Navigating Officer di kapal-kapal Ocean Going

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Usangnya Fiqih Islam dalam penentuan waktu solat dan puasa

3 Januari 2019   06:15 Diperbarui: 3 Januari 2019   08:10 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Di belahan bumi dengan lintang yang tinggi bisa saja matahari baru terbit pukul sepuluh pagi dan sudah tenggelam pada pukul empat belas. Atau bisa saja matahari sudah terbit pada pukul empat pagi dan baru tenggelam pada pukul dua puluh. Terdapat perbedaan lamanya siang dan lama nya malam di permukaan bumi padahal mereka berada dalam kerangka waktu yang sama. Bayangkan jika anda berada di lintang 70 U yang selama bulan Juni tidak mengalami malam, apakah anda akan tetap berpuasa selama itu jika kebetulan bertepatan dengan bulan puasa?. Atau misalnya anda berada di lintang 50 Selatan yang siang harinya dapat mencapai dua puluh jam lamanya?. Atau anda berada pada lintang 60 U yang lamanya siang dapat saja hanya 4 jam?. 

Terdapat ketidak adilan di sini. Padahal islam adalah rahmatan li-alamin yang akan selalu layak di semua tempat dan semua waktu.


Mari kita melirik kembali firman Allah dalam surah Al-isra ayat 78:
" Laksanakanlah shalat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan ( laksanakan pula shalat ) shubuh. Sungguh shalat shubuh itu disaksikan oleh malaikat "
Beberapa orang memahami bahwa illah ( Causa Legal ) dari solat dalam ayat tersebut adalah karena tergelincirnya matahari, tenggelamnya matahari dan terbitnya matahari. Melirik keadaan di atas tadi timbul pertanyaan:
" Apakah tidak ada solat ketika tidak ada matahari?" ( misalnya pada saat matahari sirkumpolar di bawah cakrawala )
Demikian pula:
" Apakah tidak ada puasa ketika tidak ada siang?"
Atau
" Apakah manusia harus mati karena kelaparan selama enam bulan?" ( misalnya matahari sirkumpolar atas )
Jika demikian di mana letak Universalitas Islam?
" Apakah adil ketika sebagian orang berpuasa hanya selama lima jam sementara yang lainnya berpuasa hingga dua puluh jam?
Lantas di mana letak keadilan islam?
Yang harus anda lakuakan adalah: LANJUTKAN MEMBACA ARTIKEL INI.


KONSEP " TIMUR-BARAT" VERSI ULAMA VS ASTRONOMI


Para ulama dan pada umumnya masyarakat sering salah memahami konsep arah barat dan timur. Di dalam alquran terdapat beberapa terma yang "dianggap" merepresentasikan konsep barat dan timu. Misalnya dalam surat Ar-Rahman ayat 17:
" Tuhan ( yang memelihara ) dua timur dan Tuhan ( yang memelihara ) dua barat "
( Ar-rahman 55:17 )


Sesungguhnya yang dimaksud dengan Masyriqain bukanlah timur melainkan " tempat terbit matahari " dan maksud Maghribain bukanlah barat melainkan " tempat matahari tenggelam".



Maha suci Allah yang memiliki rahasia yang begitu dalam.


Sungguh Allah menurunkan ayat al-qur'an dengan bahasa arab supaya orang arab mengerti. Sungguh Allah menurunkan firman dalam bahasa manusia karena firman allah tidak memiliki bahasa. Sungguh allah menurunkan ayat dalam sekemampuan pemahaman manusia.

 Mari kita perhatikan ayat berikut:
" ( Dia-lah ) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu........"
( Al-Baqarah 02:22 )
Hamparan!! Bukankah science membuktikan bumi itu bulat, bukan hamparan?. Jangan berang dahulu. Kata bagimu dalam lafadz aselinya adalah lakum. Bumi dijadikan sebagai hamparan bagimu. Bagimu adalah hamparan meski sebenarnya, hakikatnya adalah bulat. Di mata kasatmu adalah hamparan. Maha suci Allah.

Sengaja Allah menggambarkan bumi sebagai hamparan bukannya sebagai bola karena pada jaman jahiliyah, orang arab masih sangat bodoh. Itulah toleransi dari Allah untuk akal dan otak manusia. Betapa akan tercenganglah orang arab pada saat itu jika disebutkan kepadanya bahwa bumi itu bulat. Mungkin mereka aka berkata: " wah....mata Muhammad sudah minus 7! Masak bumi yang menghampar begini dibilang bulat?!". Begitulah kasih Allah kepada akal manusia. Mereka dibiarkan mencari mengenai sains dan nantinya mereka akan mengetahui yang sebenarnya bahwa bumi bulat ( sebenarnya agak bulat dengan kepipihan 1/297 -- Hayfold ).

Dalam konteks timur-barat, Allah menyebutkan bahwa matahari terbit dan tenggelam di Masyrik dan Magrib. Sesungguhnya demikianlah adanya. Matahari terbit dan tenggelam di tempat terbit dan tenggelamnya. Dalam literatur arab, tidak terdapat relevansi bahasa untuk TIMUR ( EAST ) dan BARAT ( WEST ). Yang ada hanyalah MASYRIK dan MAGRIB yang sebenarnya bukan TIMUR dan BARAT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun