Mohon tunggu...
Asep Soheh Irpan
Asep Soheh Irpan Mohon Tunggu... Freelancer - I am a sea navigator

Seorang pelaut, mantan santri dan mantan anak kecil yang cita-citanya menjadi astronot. Memiliki dua hal yang utama; 1. Tanggal lahir yang palsu 2. Memiliki minat terhadap astronomi dan filsafat. Bekerja sebagai Navigating Officer di kapal-kapal Ocean Going

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Usangnya Fiqih Islam dalam penentuan waktu solat dan puasa

3 Januari 2019   06:15 Diperbarui: 3 Januari 2019   08:10 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di atas kapal tidak terdapat standard waktu yang tetap seperti halnya di daratan. Jika di daratan digunakan hanya satu standar waktu maka di lautan bisa saja digunakan beberapa standard waktu. Hal ini disebabkan sifat kapal yang nomaden dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Suatu saat kapal akan berada di lintang yang rendah, dan saat lainnya bisa berada di lintang yang tinggi atau suatu saat berada di bujur tertentu dan saat lainnya berada di bujur yang berbeda. Hal ini menyebabkan kapal selalu berpindah dari suatu daerah waktu tertentu ke daerah waktu lainnya sehingga ditetapkanlah Waktu Menengah Kapal ( local Mean Time ), yaitu waktu yang diukur dari edaran harian matahari menengah sepanjang ekuator angkasa, yang dialami kapal.

Di dalam ilmu astronomi yang saya pelajari di kampus terdapat tiga jenis matahari:
1.Matahari Sejati, bergerak sepanjang ekliptika dengan kecepatan tidak teratur
2.Matahari Bantu, bergerak sepanjang ekliptika dengan kecepatan teratur
3.Matahari Menengah, bergerak sepanjang ekuator angkasa dengan kecepatan teratur.
Matahari menengah lah yang digunakan dalam perhitungan waktu di bumi yang oleh karena itu pula patokannya disebut Greenwich MEAN Time ( GMT ) yang dalam perkembangannya mengalami perubahan menjadi UTC ( Co-ordinated Universal Time ) yaitu standard waktu umum yang dikoreksi pada frekuensi gelombang radio tertentu dalam radio astronomi.

Pemilihan Matahari Menengah sebagai patokan bukanlah tidak beralasan, melainkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti. Pada kodratnya manusia hanya dapat mengamati matahari dari permukaan bumi yang pada akhirnya menimbulkan sebuah persepsi pergerakan matahari maya. Pergerakan matahari maya ini lah yang disebut matahari menengah. Bahkan di dalam literatur islam terdapat beberapa ayat al-qur'an yang menguatkan bahwa matahari sebagai dasar perhitungan waktu. Allah berfirman dalam surat ar-rahman ayat 05:
" Matahari dan bulan beredar dengan perhitungan " ( Ar-Rahman 55:05 )

Dalam sebuah software yang diasuh oleh Samir Alicehajic di Croasia, lafadz BIHUSBAAN diterjemahkan ke dalam bahasa inggris Courses Exacly Computed. Dari sini jelas bahwa penggunaan matahari menengah sangatlah tepat dalam perhitungan waktu karena matahari menengah bergerak sepanjang ekuator angkasa ( relatif terhadap bumi ) secara beraturan ( Bihusbaan : Exactly Computed).

Semuanya ini bagi saya yang berada di atas kapal bukannya tanpa masalah, melainkan menimbulkan masalah yang sangat krusial mengingat sifat kapal yang berpindah-pindah tempat dan gerakan relatif matahari terhadap bumi. Menurut Hayfold, nilai kepipihan bumi adalah 1/297 sehingga dengan bentuknya yang demikian mengakibatkan gerakan relatif matahari yang berbeda-beda untuk setiap tempat di permukaan bumi.


BENTURAN DENGAN FIQIH ISLAM



Dengan gerakan matahari maya yang relatif terhadap bentuk bumi maka terdapat perbedaan waktu sunset dan sunrise di tiap tempat di permukaan bumi. Dia daerah lintang yang lebih dari 23-30' U dan 23-30' S, matahari dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat dan dapat tenggelam lebih cepat atau lebih lambat. Bahkan untuk lintang 66-30' U dan 66-30' S terdapat waktu waktu di mana matahari tidak muncul ke permukan atau matahari tidak pernah tenggelam. Keadaan ini di dalam ilmu astronomi disebut matahari mengalami sirkumpolar yaitu matahari berada di bawah cakrawala atau berada di atas cakrawala dalam waktu lebih dari 360 derajat edaran matahari tehadap ekuator angkasa.


Dalam konteks islam terdapat ritual yang sangat penting yaitu Solat Lima waktu dan Puasa Wajib selama bulan ramadhan yang pelaksanaannya sangat tergantung pada terbit dan tenggelamnya matahari. Allah berfirman dalam surah Al-isra ayat 78:
" Laksanakanlah shalat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan ( laksanakan pula shalat ) shubuh. Sungguh shalat shubuh itu disaksikan oleh malaikat "


Di dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa lafadz "Lidulukisy-Syamsi " berarti "lighuruubihaa"  yaitu tenggelamnya matahari. Mengenai gelapnya malam, sebuah riwayat dalam Shahih Bukhari-Muslim, hadith nomor 599 & 600 yang juga merupakan asbabun-nuzul dari ayat al-qur'an surat Al-Baqarah ayat 187:
Ketika turun ayat ( Al-Baqarah Ayat 187 ): ".......Makan dan minumlah hingga jelas bagimu ( perbedaan ) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar.............."
Maka Adi bin Hatim berkata kepada Rasulullah SAW: "Wahai Rasulullah sesungguhnya saya meletakkan benang putih dan benang hitam di bawah bantalku, sehingga saya dapat mengenali antara waktu malam dan siang hari. Rasulullah bersabda: sesungguhnya bantalmu itu sangat lebar.Sesungguhnya yang dimaksud adalah hitamnya ( gelapnya ) malam dan putihnya ( terangnnya ) siang pada saat fajar.
( Shahih Bukhari-Muslim No. 599&600 )


Di dalam ilmu astronomi, waktu fajar bertepatan dengan Astronomical Twilight ( Senja Astronomis ), yaitu ketika matahari sejati berada kurang lebih 18 derajat di bawah cakrawala menjelang sunrise. Jadi makna fajar bukanlah terbit matahari sebagaimana seringkali disalah-fahami oleh orang yang awan dengan fiqih. " ah makan aja terus...belum keliatan matahari kok.."  begitu kira-kira yang sering didengar.


Namun yang menjadi permasalahan adalah bahwa tidak ada waktu yang sepakat di seluruh permukaan bumi mengenai Astronomical Twilight atau Fajar.. Selalu saja terdapat perbedaan antara satu tempat dengan tempat lainnya yang disebabkan oleh bentuk permukaan bumi yang bulat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun