Mohon tunggu...
Afyu Ananta
Afyu Ananta Mohon Tunggu... -

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kerenda untuk Kartini

25 April 2014   02:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:14 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Subuh itu ayam mulai menampakkan tirai keletihan sang embun , tak kala sentuhan dingin senyap mulai mengelabuhi warna pagi.

“Entah berapa lama hujan ini akan reda, aku tak terlalu mengerti”.

Seperti kidung yang saling menyahut ,perasaan tini pun mulai hambar. Di balik trotoar yang selalu menghinanya dia rebahkan kesah parasnya, meski entah sekeras apapun dia sandarkankesahnya ,tapi di sudut bentangan itu tak akan ada yang pernah mengenalinnya.

Tini adalah satu dari seribu kisah yang tak akan khayal dan banyak di jumpai dalam sepanjang perjalanan di tengah keramain kota ,tapi entah seramai apapun keadaan kota ,tini selalu saja terbingkis sepi dalam setiap kelam kisahnya, mungkin saja dia terbiasa akan keadaanya tapi dia tak pernah bisa membohongi perasaanya.

Satu bulan yang lalu dia masih bisa menikmati kehidupan hangat akan kasih sayang dari hangatnya jemari peluk dari ke dua orang tuanya, tetapi tak selalu indah dalam kenyataanya ,karena sebab tertentu tiba-tiba ayah tini yang sebelumnya berprofesi sebagai seorang pedagang tiba-tiba meninggal sesaat sang ayah dalam perjalanan pulang,ketika itu sang ayah bermaksud membeli sebuah hadiah buat tini sebab tini hari itu ulang tahun ,tapi dari bilik kejauhan datanglah sebuah truk dan menabrak ayah tini.

“Ayah kenapa bu.....?”tanya tini.

“Ayah dimana bu..........? sang ibupun tak sanggup menjawabnya, karena hal itu terlalu berat sebenarnya untuk di katakan.

Tapi tini pun mengerti akan semua kejadiaan yang terjadi yang sedang menimpa keluarganya, yang sedang dialami oleh ayahnya. Tini berusaha ikhlas bahkan tini bisa lebih tenang dibandingkan ibunya ,seketika itu tini mencoba menenangkan sang ibu.

Mungkin setelah kejadiaan itu kartini atau tini akan terasa sepi dalam kesehariannya dan tempaan hidup akan lebih keras menghadang dan akan membekukan kedap langkahnya, tapi tinipun tak pernah menyalahkan akan keadaanya entah itu sekarang atau sebelumnya.

Setiaplangkah dalam kerikil perjalanannya terasa sakit menjamah tapi dia tak pernah mengeluh ,meski dia hidup di jalanan tapi dia tak pernah mengemis selayaknya batin dia ,karena dia tahu ibunya akan sedih . Sehari-harinya tini mengamen di tapian trotoar yang dimana setiap harinya ada ribuan kendaraan yang silih berganti.

“maaf pak permisi............saya hanya ingin mengamen”

Suara indah tertoreh dalam setiap pita gerak lengking suaranya, tapi terkadang banyak yang menolaknya meskipun itu sebuah receh tapi itu sangat berarti buat tini, setiap keringat yang keluar dari langkah tini tak pernah selalu membohonginya.

Ketika senja mulai membatas antara siang dan malam, tibalah saatnya tini pulang untuk melepas lelah yang sebenarnya tak terbantahkan olehnya, tapi perasaan tini sore itu terasa tak enak sehingga dia bergegas untuk pulang, dalam setiap langkahnya dia sangat terburu-buru dan tak mampu berfikir apa-apa lagi, sesaat setelah dia sampai dirumah betapa kagetnya tini melihat ibunya terkapar jatuh tak berdaya.

“bu... ibu kenapa? Jawab tini bu................”

Tapi sang ibupun terlihat tidak menjawab apa-apa bahkan tak bergerak, menurut tuturan dari tetangga ibu tini terkena seranga jantung saat siang tadi, ketika ada seseorang yang datang entah apa yang terjadi sang tetangga pun juga tak mengerti. Tapi ada sebuah secarik kertas yang tertinggal di meja yang berisi tentang hutang karena ibu tini kaget sehingga dia terkena serangan jantung, kerena hutang yang terlalu besar dan tak mampu membayarnya.

Untuk ke dua kalinya kartini sangat sedih sekali teriring sebuah kerenda yang membawa ibu dan ayahnya, bahkan sekarang tini tak punya tempat untuk bernaung karena rumahnya di sita sebagai ganti hutang-hutang yang ada.

“bu..... yah .....sekarang aku tak punya tempat”

“aku harus bagaimana”.(dalam hati tini mencoba bertanya)

Sepanjang hidupnya tini sama sekali tak pernah menyangka bahwa dia akan hidup seperti ini seorang diri menerka jalanan, yang terkadang senyap dan dingin menyeka kulitnya yang kusam dan coklat keputih-putihan.

“minggir kau ,jangan halangi jalanku”.tiba-tiba seseorang berlari dan menabrak tini

“maaf kenapa kakak terburu-buru”. Tini dalam tuturnya yang tidak menahu apa-apa terjatuh karena tersenggol oleh seorang pemuda yang lari tadi.

Tak lama kemudian pemuda tersebut bersembunyi di balik semak-semak pohon.

“haii ...awas kalau kamu berbicara”.

“bicara apa kak”.

“pokoknya kamu diam saja kalau ada yang mencari ku”.

Ternyata sesaat kemudian pemuda yang telah kecapekan tersebut akhirnya memutuskan bersembunyi karena merasa sudah kecapekan berlarian dari beberapa hitungan menit yang berlalu, dan dari arah yang sejalan dari pemuda itu berlari banyak orang berdatangan dengan berkerumun yang seperti sedang mengejar mencari sesuatu.

“nak......apa kamu tau ada orang yang berlari lewat sini tadi”.

Tini teringat ancaman tadi ,ternyata pemuda tadi sedang berlari dan dikejar oleh kerumunan orang-orang ini, sesaat setelah orang-orang berdatangan datang seorang ibu.

“nak....bila kamu tahu kemana orang tadi lari tolong beritahu ibuk, sebab dia membawa barang yang sangat berharga buat ibuk”

Perasaan tini pun terketuk ,tini mencoba melawan ketakutan yang ada pada dirinya. Tini akhirnya mengatakan yang sebenarnya bahwa dia melihat pemuda tersebut sedang bersembunyi di balik semak-semak yang berada di dekat pohon meski dalam raut wajah yang ketakutan.

“maaf buk..........tadi saya melihat orang berlari dan melompat ke semak-semak itu”

“benarkah nak...? kalau begitu terima kasih”.

Dan setelah menit berlalu setelah kejadian itu berlangsung sang ibupun mengucapkan banyak terima kasih kepada tini, sebab di dalam tas yang di ambil pencuri tadi terdapat satu kenangan yang berhargayaitu sebuah barang kenangan. Bagi ibu tersebut barang tersebut adalah satu-satunya kenangan yang dimilikinya bersama anaknya yang telah meninggal seminggu yang lalu.

“nak....ini ada sedikit rezeki buat kamu,buat jajan”

“maaf bu.... saya nggak bisa menerimanya saya ikhlas”

Betapa tersentuhnya hati ibu tersebut melihat keteguhan hati tini, sambil terperangah dan sesaat kemudian tini pamit karena dia harus mengamen lagi, seperti terhipnotis ibu tersebut yang bermaksud untuk menjadi orang tua asuh bagi tini ,tapi sang ibupun telat karena tini telah beranjak pergi.

“heiii kamu....jangan lari “.(teriak mulut dari seorang yang nampak kekar berseragam)

Tiba-tiba tini yang tidak tahu-menahu apa yang terjadi, ternyata disana sedang ada razia gelandangan, tini pun tak mampu berbuat apa-apa meski dia seorang pengamen dan kemudian dia diangkut. Disana tini mendapat perlakuan yang kasar dari beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab, tetapi disana juga terdapat beberapa petugas yang baik yang menawarkan tini sebuah tempat tinggal meski itu sebuah panti yang sangat usang dan tua.

“nah nak ......kamu sekarang tinggal disini”

“terima kasih pak, saya akan menjadi anak baik disini”

Panti asuhan ini adalah tempat tinggal tini sekarang, hari berganti hari tini selalu memposisikan dirinya dengan baik, meski terkadang tini mendapat perlakuan yang kurang baik disana walaupun kenyataanya pasti asuhan tersebut adalah panti asuhan yang cukup terpercaya dan mempunyai donatur yang tetap, tapi tetap saja tini disana mendapat kesan yang menyedihkan.

Suatu hari terdapat seorang donatur tetap, seorang bapak-bapak kaya yang ingin mengangkat salah seorang anak di panti asuhan tersebut.

“bu.... permisi, mengenai pembicaraan tempo lalu, saya ingin mengangkat salah seorang anak dari panti ini”

“yah ....pak, kami sudah menyiapkan dan merekomendasikan beberapa anak terbaik kami”

“begitukah.......?”.

“yah ... mengenai itu karena anda adalah donatur tetap kami”.

Bapak tersebut merasa kurang cocok dengan beberapa anak yang ada di daftar tersebut dan entah kenapa mata bapak donatur tersebut melihat ke arah tini.

“maaf bu......saya punya pilihan tersendiri, saya ingin anak yang sedang di luar itu saja”

“maaf pak bukannya tidak sopan, anak itu tidak cocok untuk orang sekelas anda”

Karena keputusan yang sudah bulat akhirnya bapak tersebut memilih tini setelah sesaat berkas-berkas persyaratannya lengkap, tapi bulan berganti bulan serta tahun pun berganti meski tini sekarang mendapat pendidikan yang layak, ternyata terkadang bapak angkat tini tersebut mempunyai temperamen mental yang buruk yang terkadang suka memukul ,beberapa waktu telah berlalu hingga tini menginjak usia dipenghujung menengah atas atau SMA , setelah sesaat tini akan menghadapi kelulusan, tiba-tiba ayah angkat tini menderita sakit. Tini senantiasa merawat bapak angkatnya tersebut meski terkadang sering menyakiti hatinya, betapa terharunya ayah angkat atau bapak angkat tini tersebut hingga ajal menjumpainya.

“makasih nak......telah merawat bapak ,meski terkadang bapak kasar sama kamu”

“tidak pak, bapak sangat baik sama tini ,mau menjaga tini sampai tini menjadi seperti ini”

Dan betapa hancurnya perasaan tini ketika harus menjumpai kerenda itu lagi, sedih perasaan tini saat dia akan lulus ternyata dia harus menanggung kesendirian lagi, ketika gugur bunga berjatuhan mengiringi kepedihan kepergian ayah angkat tini, ternyata muncul mantan istri dari bapak angkat tini yang ternyata ibu tersebut secara tidak sengaja adalah orang yang pernah tini tolong waktu kecil.

“lhoh......ibu siapa ? kenapa ada disini”

“kamu......sepertinya ibu mengenal kamu, bukannya kamu yang waktu itu menolong ibu”

Ternyata secara tidak disangka ibu tersebut adalah mantan istri dari bapak angkat tini, karena mengingat keinginan yang tempo dulu belum tercapai karena tini beranjak pergi, akhirnya tini pun sekarang tinggal bersama ibu tersebut. Hari pun berganti karena betapa sulitnya mengingat masa lalu yang di jalaninya akhirnya tini lebih memilih melanjutkan kuliah di jurusan berhubungan dengan dunia yang lebih memperhatikan ke arah sosial.

Disana ternyata tini mendapat teman yang sangat baik kepadanya, teman tini yang pernah mendengar curhatan tentang masa lalu tini akhirnya membuat sebuah film pendek. Karena begitu terinspirasinya teman tini tanpa sepengatahuan tiniakhirnya teman tini mengikutkan film tersebut dalam sebuah event nasional karena narasi nya yang cukup menyentuh akhirnya film tersebut menjadi tiga film terbaik dalam tahun itu dan cukup mendapat perhatian nasional dengan judul”KERENDA UNTUK KARTINI” .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun