Pasti sudah tidak asing lagi bagi para penggemar sejarah saat mendengar jalur kereta api Saketi-Bayah ini, kisah yang cukup mendalam dan juga tragis untuk sekedar dibayangi tentang para pekerja pribumi yang dieksploitasi habis-habisan oleh para penjajah Jepang hingga menghilangkan banyak nyawa.
Sebelum kita masuk pada inti pembahasan artikel ini, saya akan mengajak kalian untuk mengenal lebih dalam awal sejarah perkeretaapian pertama di Indonesia terlebih dahulu.
Pada tahun 1864, tepatnya pada zaman kolonial Hindia Belanda di mana tanam paksa sedang marak terjadi, Nederlandsc- Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) membangun kereta api pertama di Indonesia dengan tujuan jalur pertamanya yang menghubungkan kota Semarang dengan kota Tanggung. Lalu, jalur kereta pertama pun mulai beroperasi secara resmi di Jawa Tengah pada tanggal 10 Agustus 1867. Seiring berjalannya waktu, jaringan kereta ini mulai diperluas hingga membentang sampai ke daerah Yogyakarta.Â
Namun, ketika perusahaan swasta tidak mencapai keuntungan atas proyek ini, pemerintah Belanda pun mengambil alih dan segera membentuk sebuah sistem jalur kereta api milik pemerintah yang disebut dengan Staatsspoorwegen. Pada mei 1878, Staatsspoorwegen pun kemudian membangun jalur yang menghubungkan kota Bogor dengan kota Surabaya.
Puncak keberhasilan perkeretaapian ini terjadi pada tahun 1925-1935, di mana pada saat itu hampir seluruh kota dan desa strategis di pulau Jawa sudah saling terhubung dengan jalur kereta api. Fungsi utamanya yaitu sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil panen gula yang akan dibawa ke pabrik dan untuk mengangkut hasil tanam paksa untuk dibawa ke Belanda.
Ketika kendali Belanda atas Indonesia berhasil diambil-alih oleh Jepang pada tahun 1942, Jepang pun merombak besar-besaran jalur kereta yang dibangun oleh Belanda, tujuannya amat berbeda dengan apa yang sudah dirancang oleh Belanda sebelumnya. Semua jalur di pulau Jawa dibongkar habis untuk membangun sebuah jalur lintasan baru, jalur Saketi-Bayah.
Bayah menjadi perhatian utama Jepang atas pembangunan ini karena potensi batu baranya yang baik, kualitasnya bahkan lebih bagus dari tambang Ombilin yang ada di Sumatera Barat. Produksi batu bara Bayah dinilai sangat menguntungkan karena lokasinya yang berada di pulau Jawa, dan jenis batu baranya yang cocok untuk digunakan sebagai bahan bakar kapal laut.
Dalam pembangunan ini, tentara Jepang melibatkan penduduk pribumi, para ulama-ulama desa, dan juga para ahli perkeretaapian Belanda yang ditawan untuk membangun jalur kereta api dan menggali tambang batu bara secara paksa. Tak hanya itu, penduduk juga dipaksa untuk memberikan kepemilikan tanah mereka dengan pembayaran yang rendah.Â