Mohon tunggu...
Avanti DM
Avanti DM Mohon Tunggu... bukan siapa tak punya apa

tak ada yang lebih menakutkan dari mempertahankan hidup

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bisnis Is Bisnis

24 Juli 2025   08:55 Diperbarui: 24 Juli 2025   10:40 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : koleksi pribadi

Adik ipar tadinya mengajar di SD swasta, sebagai guru kelas enam. Menikah dan memiliki putri kecil, memutuskan resign, dengan alasan pendapatan tidak mencukupi kebutuhan, beralih menjadi admin BMT yang dimiliki saudara sendiri. Namanya tercantum dalam akte pendirian, sebagai pengurus menjabat sekretaris, dengan pertimbangan saudara.

Layaknya lembaga keuangan pada umumnya, perputaran di awal lancar, debitur rutin mengangsur, debt collector rajin berkeliling. memasuki tahun kesepuluh masalah mulai muncul. Debt collector yang merasa karier tidak berkembang, memutuskan hubungan kerja menerima tawaran yang lebih menggiurkan. Debitur lama mulai memanipulasi debt collector baru, sehingga tagihan macet, terlebih di masa pandemi, ketika gelombang work from home dan shifting production diberlakukan, pendapatan mengalami penurunan, angsuran ikut tersendat. Para kreditur mulai mencairkan uang mereka untuk bertahan hidup. Gelombang rush datang, krisis likuiditas membayangi. Pengurus akhirnya memberikan dana talangan dari kantong pribadi, termasuk adik ipar yang menggadaikan rumah peninggalan orang tua.

Seandainya bukan saudara, namanya tidak akan tercantum dalam jajaran pengurus, dan tidak menghadapi konsekuensi krisis. Sebaliknya jika bukan karena saudara, kemungkinan mendapatkan pekerjaan dengan status menikah dan memiliki anak, sangat kecil. Mengingat Indonesia sangat diskriminatif dalam menetapkan kriteria penerimaan tenaga kerja. Tidak salah juga, posisi kosong hanya satu yang mengirimkan lamaran ada seratus ribu. Sehingga kriteria yang ditetapkan sedemikian tajam, terkadang tidak berhubungan dengan posisi pekerjaan. Apa hubungan tinggi badan dengan posisi administrasi bagian pengarsipan surat?

Akan tetapi ikut menanggung konsekuensi likuiditas berat di rasa, bukan pemilik, hanya nama yang dipinjam atas dasar hubungan persaudaraan. Bersikeras tidak ikut ambil bagian pertanggung jawaban sulit dilakukan mengingat ancaman hukum pidana penipuan bisa saja terjadi karena nama yang tercantum sebagai pengurus, dianggap ikut menikmati uang yang diterima dari kreditur. Menuntut debitur juga bukan hal yang mudah, mengingat utang piutang termasuk dalam hukum perdata. Menuntut saudara untuk bertanggung jawab, lha segala sertifikat dan BPKB yang dimiliki saudara nyaris semua masuk agunan mengejar gelombang rush. Apanya yang mau dituntut? Masuk penjara juga tidak menyelesaikan masalah, penyitaan harta benda apa yang mau disita nyaris semua harta diagunkan. Serba salah. 

Bekerja dengan orang lain, mungkin tidak ikut mempertanggungjawabkan. Akan tetapi jika perusahaan tempat bekerja mengalami pasang surut, karyawan tetap terkena imbasnya. Seperti suami adik ipar yang bekerja di industri garment, yang tergabung dalam satu konglomerasi. Ketika perusahaan lain dalam satu konglomerasi mengalami kerugian, pekerja garment yang mestinya mendapatkan kenaikan gaji, menjadi tertunda dengan alasan dana kenaikan gaji digunakan untuk menutup kerugian. Protes? Lha emang lu siapa? Duit gua serah gua dong. Gaji sudah di atas UMR, jam kerja sesuai, lembur dibayar. So what?

Artinya bekerja dengan saudara ataupun tidak, selama masih bekerja, tetap menghadapi permasalahan. Lantas apakah menjadi boss bagi diri sendiri lebih baik? Oh... belum tentu. Itu tadi saudara yang punya BMT, hartanya teragunkan semua untuk mengembalikan dana kreditur, dan bergantung pada dana yang masih berputar pada debitur. Terbayang susahnya menagih dari pintu ke pintu, karena saudara sudah tidak mampu menggaji debt collector. 

Hidup memang untuk menghadapi masalah. Pengalaman hidup mengajarkan cara bersikap mengambil keputusan dalam permasalahan. Bekerja dengan saudara, bekerja dengan orang lain, bekerja dengan diri sendiri, semua memiliki permasalahan masing-masing sesuai dengan kadar masing-masing. Yang perlu diingat kesyukuran bagi yang masih bisa bekerja, karena banyak yang memandang iri terhadap pekerjaan tersebut. berhadapan dengan masalah merupakan pertanda kehidupan. Bahkan setelah kematian pun, masalah masih menunggu. Ada pertanyaan kubur, ada siksa kubur, ada nikmat kubur, ada padang mahsyar, ada hari hisab, ada penentuan surga neraka. Yang masuk surga masalah selesai, yang masuk neraka, masalah berlanjut. Jadi, mari bekerja baik dengan orang lain, saudara, atau diri sendiri diniatkan untuk ibadah, semoga Allah  ridho, sehingga terhindar dari masalah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun