Mohon tunggu...
Ausof Ali
Ausof Ali Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Sejarah-Universitas Indonesia, anggota Pandu Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora featured Pilihan

15 Januari 1974, Sebuah Tragedi

16 Januari 2012   14:00 Diperbarui: 15 Januari 2019   21:26 27151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Repro buku Hariman & Malari/merdeka.com

Menurut asvi warman adam, kontroversi sejarah indonesia disebabkan oleh 3 hal, 1) interpretasi yang tidak tepat; 2) fakta yang tidak lengkap; dan 3)fakta dan interpretasi yang tidak jelas. Begitu juga yang terjadi pada tragedi-tragedi sejarah yang terjadi pada masa orde baru, hampir semuanya merupakan kontroversi yang belum terpecahkan sepenuhnya hingga sekarang.

Selain karena termasuk sejarah kontemporer sehingga bukti-bukti kejadian belum terungkap seluruhnya, meninggalnya tokoh kunci orde baru (Soeharto) juga menjadi penyebab kenapa tragedi pada masa orde baru banyak meninggalkan teka-teki. Salah satu kejadian yang cukup kontroversial pada orde baru adalah peristiwa malapetaka 15 Januari 1974 atau yang lebih dikenal dengan Malari.

Peristiwa ini terjadi tepat pada saat kunjungan Perdana menteri Jepang Tanaka Kakuei ke Indonesia. Jepang pada saat itu dianggap sebagai pemeras ekonomi Indonesia karena mengambil lebih dari 53% ekspor (71% diantaranya berupa minyak) dan memasok 29% impor Indonesia, selain itu investasi jepang yang semakin bertambah dari waktu ke waktu di Jawa dianggap membunuh pengusaha-pengusaha kecil pribumi.

Hal ini mendapat perhatian dari masyarakat khususnya kalangan mahasiswa. Tepat pada hari kedatangan PM Jepang Tanaka, mahasiswa se-Indonesia melakukan aksi bersama di pusat ibukota.

Pergerakan ini dipimpin oleh Hariman Siregar yang saat itu menjabat sebagai ketua DMUI. Aksi apel besar yang dipusatkan dihalaman Universitas Trisakti ini tadinya merupakan aksi damai, namun tanpa disangka yang terjadi adalah perbuatan anarki diberbagai tempat di wilayah ibukota. Mobil, motor dan produk elektronik Jepang semuanya dibakar, bahkan gedung-gedung dan pusat perbelanjaan di Senen, Harmoni, pun ikut dibakar. korban-korban berjatuhan, dari yang luka kecil bahkan sampai korban jiwa ada.

Total terdapat 11 korban jiwa, 75 luka berat, ratusan luka ringan, 775 orang ditahan, 807 mobil dan 187 motor dibakar, 160 kg emas raib. Selain itu terdapat 144 gedung yang porakporanda termasuk gedung Astra Toyota Motors, coca-cola, Pertamina, dan puluhan toko di proyek Senen.

Setelah diusut ternyata terdapat oknum-oknum gelap dibalik peristiwa Malari itu. Kenyataanya aksi pelajar dan mahasiswa itu telah ditunggangi oleh pihak tak bertanggung jawab.

Pada siang hari itu, mahasiswa dan pelajar sedang melakukan apel besar untuk menolak modal Jepang terkait kedatangan PM Jepang, namun ternyata terdapat mahasiswa selundupan yang diduga telah dibayar oleh seseorang asisten pribadi presiden bernama Ali Moertopo untuk melakukan provokasi terhadap masyarakat agar melakukan kerusuhan sehingga terkesan kalau mahasiswa merupakan dalang dibalik kerusuhan ini.

Ternyata peristiwa Malari ini bukan peristiwa yang sederhana, terdapat banyak faktor dan latar belakang yang menyebabkan peristiwa ini terjadi.

Dualisme (adanya dualisme yang terjadi dalam tubuh kekuasaan) Pada awal masa pemerintahan orde baru, Indonesia berada pada keadaan ekonomi yang sangat buruk.

Zaman orde lama yang sangat fokus pada manifesto politiknya meninggalkan masalah ekonomi pada masa orde baru, akibatnya terjadi inflasi besar-besaran, hutang yang menumpuk dimana-mana dan banyak masalah lainnya. Soeharto yang saat itu menjabat sebagai presiden akhirnya membuat sebuah badan pembangunan nasional yang terdiri dari ekonom-ekonom anak buah soemitro djojohadikusumo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun