Mohon tunggu...
Lizz
Lizz Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Now only @ www.fiksilizz.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Mana Datangnya Ide Fiksi?

29 Oktober 2014   00:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:22 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa saat yang lalu notifikasi masuknya email di tab saya berbunyi. Ternyata dari Kompasiana, ada komen yang masuk ke lapak saya. Inti isi komen itu mempertanyakan dari mana saya mendapat 'ide gila' menuliskan cerpen tentang kehidupan serigala.

Cerita tentang kehidupan binatang layaknya fabel 'seharusnya' masuk ke dalam kategori dongeng. Tapi terus terang saya khilaf kemarin. Lagi gandrung nulis cerpen stripping, fabel pun saya masukkan ke dalam kategori cerpen. Sebetulnya ini adalah 'kecelakaan' kedua karena cerita tentang ayam pun saya masukkan ke dalam cerpen, bukan dongeng.

Lalu dari mana datangnya ide-ide cerpen yang pernah saya tulis? Sebagian besar memang saya dapatkan begitu saja, tapi beberapa saya dapatkan dari hal-hal berikut ini :

1. Membaca
Apa pun yang kita baca bisa jadi ide cerpen. Salah satu artikel yang pernah saya baca tentang dunia periklanan menjadi ide dan muncul menjadi background cerita berjudul Pada Sebuah Dimensi yang pernah saya tulis dalam bentuk cerbung.

2. Nonton TV
Saya cuma nonton TV saat siaran berita dan kartun. Sinetron? Maaf, tapi saya males aja. Dan berita tentang seorang perempuan yang disiram air keras mantan kekasihnya hanya beberapa minggu menjelang hari pernikahannya dengan laki-laki lain menjadi ide fiksi fantasi berjudul Taman Embun Di Balik Cermin.

3. Dengar lagu / browsing youtube
Saya sering tiba-tiba saja menemukan ide cerita lain setelah nyasar sana-sini mencari lagu yang cocok untuk cerita yang sedang saya tulis. Musik instrumental berjudul Sometimes When It's Rain saya temukan ketika sedang browsing lagu Nella Fantasia untuk pendukung Taman Embun Di Balik Cermin. Jadilah fiksi fantasi kedua berjudul Perangkap Angin Dan Hujan.

Cerita lainnya yang juga saya dapat idenya dari lagu adalah L'amore Vincera (dari lagu Per Te) dan Per Sempre Noi (dari lagu Mia Per Sempre).

Sedangkan Perempuan Alpha yang bercerita tentang romantika kehidupan serigala idenya saya dapatkan setelah menonton klip lagu The Joy Of The Wolves.

4. Hobi masa lalu
Saya dulu suka menari. Waktu masih kecil, sebelum badan saya melar tak terkendali (huehehe...). Karena saya lahir di Jawa, maka yang saya pelajari adalah tari Jawa. Pernah sih belajar tari Bali pas SMP, tapi nyerah setelah belajar Panyembrama (dan nggak bisa-bisa, hiks!). Ide untuk menulis Karonsih dan Goyang Penari Beskalan saya dapatkan dari hobi masa lalu itu.
Hobi menari Jawa juga membawa saya untuk sedikit belajar tentang tradisi Jawa. Hal-hal yang tersisa dari ingatan saya menjadi ide penulisan cerpen Sengkala Sri Ganting dan Turun Ranjang.
Ada juga yang nyerempet dunia perwayangan menjadi puisi Shinta Gugat dan Madri Obong.

5. Hobi makan
Makanan sudah beberapa kali menjadi ide penulisan cerita saya. Yang saya ingat adalah : Nogosari Lik Ngat, Bakmi Ko Rudy, Memoar Rujak Latah, dan Lovely Pattiserie. Itu semua idenya dari makanan kesukaan saya.

5. Ngobrol dengan sahabat/teman
Ngobrol dengan sahabat saya Kompasianer Jeng Arek Tembalangan membuat kami berangkat untuk berkolaborasi menulis cerita berjudul Buanglah Mantan Pada Tempatnya. Dalam kolaborasi fiksi ini, tugas saya cuma menulis dan mengembangkan ide karena semua hal-hal pokok dalam penulisan sebuah cerita (judul, plot, penokohan, background) semuanya berasal dari Jeng Arek Tembalangan.

Cerita lain yang idenya juga berasal dari ngobrol dengan teman adalah Gema-Gema Genta.

6. Kehidupan dan pengalaman pribadi
Ada beberapa karya fiksi saya yang idenya berangkat dari secuil kehidupan dan pengalaman pribadi, baik pengalaman saya sendiri maupun teman saya. Ketika mengambil ide dari pengalaman teman saya, hal pertama yang saya lakukan adalah MINTA IJIN YANG BERSANGKUTAN untuk mengolahnya menjadi karya fiksi.

7. Kejadian di sekitar kita
Kejadian di sekitar kita baik hal-hal kecil maupun besar bisa menjadi gudang ide untuk penulisan karya fiksi. Anak saya yang sedang tidur dirubung nyamuk pun pernah juga jadi ide penulisan puisi Funny Vampire. Hamster-hamster imut peliharaan anak saya juga pernah saya 'seret' jadi puisi berjudul Aku, Pejantan Beruntung. Dan kucing imut pun menjelma jadi puisi berjudul Miauw...

Gempita dunia maya pun pernah jadi ide penulisan fiksi berjudul Terjebak dan Matinya Diki Anggada.

Sebetulnya kehidupan kita sehari-hari adalah gudangnya ide untuk penulisan fiksi. Banyak kegiatan yang kita lakukan bisa memberi tambahan isi 'karung ide' yang sebenarnya sudah ada di tangan kita.

Ide itu mahal harganya kalau boleh saya bilang, tapi sekaligus berlimpah ada di sekitar kita. Apa pun bisa kita kembangkan bila sudah memegang ide. Bila ide itu dirasa kurang atau tidak juga muncul, cukup carilah di sekitar kita. Selanjutnya bebaskan imajinasi kita untuk mengembangkan ide itu jadi jalinan cerita yang kita inginkan.

Tapi berimajinasi pun ada batasnya bila kita tidak sedang menulis fiksi fantasi. Meskipun kita sedang menulis dalam bentuk fiksi, bukan berarti lantas kita boleh ngawur dalam memasukkan fakta pendukung. Kita tetap membutuhkan referensi yang betul-betul berupa fakta sehingga fiksi kita terlihat realistis dan 'tidak sekadar ngawur'. Seperti misalnya, ketika saya mencoba untuk menuliskan fiksi tentang serigala, saya pun harus mencari referensi tentang kehidupan serigala. Yang saya dapatkan ternyata lebih dari sekedar menarik. Dari hasil ngulik referensi itu saya jadi tahu bahwa ternyata serigala punya tatanan kehidupan sosial yang cukup terstruktur, hidup dalam kondisi buta warna, dan monogamis. Buat saya, hal yang terakhir itu (monogamis) merupakan sisi romantis serigala yang kemudian jadi dasar penulisan fiksi Perempuan Alpha.

Jadi... Selamat menjaring ide, mencari referensi, dan berimajinasi menjalin fiksi!

Salam edisi narsis,
Lizz

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun