Pada periode akhir tahun '70-an sampai awal tahun '90-an, sosok benama Paitun Gundul cukup terkenal di beberapa kampung lama di kota Malang. Orangnya kecil, kurus, tiap hari wara-wiri menggendong kucing, gundul, dan... bisa dibilang tidak waras. Kerjaannya tiap hari adalah keliling dari kampung ke kampung.
Dia ngetop dengan caranya sendiri. Mulai dari jadi bahan untuk menakut-nakuti anak kecil yang malas mandi, sampai pada legenda tentang 'momongan'-nya. Tapi walaupun tidak waras, tak pernah sekalipun dia mengganggu orang lain. Paling hanya melempari batu anak-anak kurang ajar yang menggodai dia.
Ada 2 versi yang beredar tentang cerita di balik hobinya menggendong kucing.
Cerita versi pertama adalah dia pernah kehilangan anaknya karena diculik. Lalu dia jadi tidak waras, dan menggelandanglah dia dengan kucingnya. Mungkin dia memenuhi naluri keibuannya dengan memelihara kucing.
Versi kedua, Paitun Gundul memang pernah beberapa kali diketahui wara-wiri dalam keadaan hamil. Entah siapa yang 'tega' memanfaatkan dia sedemikian rupa. Tapi siapa, berapa, dan ke mana anak-anak yang telah dilahirkannya, tak ada orang yang tahu. Mungkin ada tangan baik hati yang menyelamatkan kehidupan anak-anak itu. Dan Paitun menggantikan kehadiran anak-anaknya dengan (memelihara) kucing.
Versi mana yang benar? Hanya Tuhan dan Paitun Gundul sendiri yang tahu.
Saat tahun 90'an, usia Paitun Gundul sudah sekira 40-50 tahunan. Berita terakhir yang saya dengar, dia sudah lama tidak ada.
Siapa pun Paitun Gundul, waras ataupun tidak, dia sudah memberi warna sendiri bagi kehidupan di kota Malang pada masa lalu. Kehadirannya bersama 'anak-anak (kucing)'-nya telah jadi maskot tersendiri dalam kehidupan warga Malang. Bahkan setahu saya ada tempat/warung makan bernama Rawon Arema Paitoen Goendhoel di sekitaran Jababeka Cikarang.
Satu hal yang bisa saya ambil dari sosok Paitun Gundul sebagai pelajaran berharga. Bahwa orang 'tak berguna' dan tak waras seperti dia pun masih memiliki sifat welas asih pada makhluk lain (kucing). Masih bisa menghargai suatu bentuk kehidupan makhluk lain yang lebih rendah derajatnya.
Bagaimana dengan kita yang (mengaku) orang waras ini?
Selamat pagi...
Salam semangat,
Aurora Borealisa
*****
CATATAN : Ada tambahan informasi yang masuk melalui komentar : Pak Tuyar | 16 May 2013 | 09:06:38 Versi mana yang benar? Hanya Tuhan dan Paitun Gundul sendiri yang tahu. ====== ke dua versi betul semua. anak- anaknya diambil oleh seseorang lewat RSU sekarang RSSA. alamat beliau tak jauh dari Celaket Gg I L. kejadian antara th 60an - 85an. 90 sudah gak ada. ==== satu hal dicatat dia tak pernah mengemis dan memulung, jadi ada seseorang atau kelompok yang membeayai hidupnya. siapa dia? keluarganya!
***** Terima kasih atas tambahan infonya, Pak... Sumber gambar : tag foto FB oleh Linda Joe
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI