Asal Usul Makanan Sushi
Sushi berasal dari Jepang, namun sebenarnya akar sejarahnya bisa ditelusuri hingga ke Asia Tenggara sekitar abad ke-8. Awalnya, sushi bukanlah makanan seperti yang kita kenal sekarang. Pada masa itu, masyarakat di daerah sekitar sungai Mekong (wilayah yang kini termasuk Thailand, Laos, dan Kamboja) memiliki kebiasaan mengawetkan ikan dengan cara membungkusnya menggunakan nasi yang telah difermentasi. Proses ini disebut narezushi, yang berfungsi untuk menjaga kesegaran ikan agar tahan lama. Menariknya, nasi tersebut tidak dimakan, hanya digunakan sebagai media fermentasi.
Kemudian, metode ini menyebar ke Jepang sekitar abad ke-9. Di Jepang, tradisi mengawetkan ikan dengan nasi berkembang menjadi bagian dari kebudayaan kuliner Jepang. Orang Jepang mulai menikmati ikan dan nasi fermentasi secara bersamaan, bukan hanya ikannya saja. Dari sinilah lahir bentuk sushi pertama yang dikenal sebagai namanare, yaitu ikan mentah yang disajikan bersama nasi yang sudah dibumbui.
Seiring waktu, terutama pada abad ke-19 di Edo (Tokyo sekarang), sushi berkembang menjadi bentuk modern yang dikenal saat ini, yaitu nigiri zushi potongan ikan mentah yang diletakkan di atas gumpalan nasi yang dibumbui cuka. Bentuk ini diciptakan oleh Hanaya Yohei, seorang juru masak di Edo pada tahun 1820-an. Ia menciptakan sushi yang bisa dibuat dan dimakan dengan cepat, cocok untuk masyarakat kota yang sibuk.
Kini, sushi telah menjadi salah satu makanan khas Jepang paling terkenal di dunia, dengan berbagai variasi seperti maki sushi (gulungan), sashimi, nigiri, dan temaki, serta terus berinovasi mengikuti selera masyarakat global.
Sushi memiliki berbagai jenis dengan bentuk dan cara penyajian yang berbeda-beda. Salah satu yang paling terkenal adalah Nigiri, yang berarti “digenggam”, yaitu sushi berupa nasi yang dibentuk dengan tangan dan diberi potongan ikan mentah di atasnya. Jenis berikutnya adalah Maki, yang berarti “digulung”, di mana nasi dan isian seperti ikan atau sayur dibungkus dengan rumput laut (nori) dan digulung, kemudian dipotong-potong menjadi beberapa bagian kecil. Ada juga Sashimi, yang artinya “irisan tubuh ikan”, berupa potongan ikan mentah tanpa nasi, biasanya disajikan dengan wasabi dan kecap asin Jepang. Selain itu, ada Temaki yang berarti “gulungan tangan”, berbentuk seperti kerucut dan diisi nasi serta lauk, lalu dimakan langsung dengan tangan. Jenis lainnya adalah Gunkan, yang berarti “kapal perang”, berbentuk oval dengan nasi di dasar dan nori mengelilinginya seperti dinding kapal, lalu di atasnya diberi topping seperti telur ikan atau kepiting. Kemudian ada Chirashi, yang artinya “berserakan”, berupa semangkuk nasi sushi yang di atasnya diberi aneka potongan ikan, telur, dan sayuran berwarna-warni. Jenis yang lebih manis adalah Inari, di mana nasi sushi dimasukkan ke dalam kantong tahu goreng manis dan dinamai dari dewa “Inari” dalam kepercayaan Shinto. Terakhir, ada Oshizushi, yang berarti “sushi tekan”, berasal dari Osaka dan dibuat dengan cara menekan nasi dan ikan ke dalam cetakan kayu hingga padat berbentuk persegi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI