Mohon tunggu...
Aurelia Rosalin
Aurelia Rosalin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PDB Universitas Airlangga

Saya seorang mahasiswa studi keperawatan angkatan 2023 yang sedang menjalani perkuliahan di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Remaja

21 Mei 2024   19:03 Diperbarui: 21 Mei 2024   19:07 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Media sosial adalah platform digital yang memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi, berbagi konten, dan berkomunikasi. Ini termasuk berbagai situs web dan aplikasi yang dirancang untuk memfasilitasi pembicaraan, pertukaran ide, aktivitas dan kepentingan bersama dalam jaringan virtual. Dengan kata lain, media sosial berfungsi sebagai sarana untuk menghubungkan orang-orang, tidak peduli seberapa jauh jarak geografis mereka.

Keberadaan media sosial ini sering kali berperan penting dalam kehidupan sosial remaja, dimana mereka tidak hanya berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman-teman sebaya, tetapi juga mengeksplorasi berbagai aspek identitas diri mereka dalam lingkup yang lebih luas. Fungsi ini sangat signifikan selama masa remaja, sebuah periode dimana pengembangan sosial dan personal menjadi sangat krusial. Media sosial menawarkan platform di mana remaja dapat merasa diterima dan dipahami. 

Dalam beberapa kasus, media sosial dapat membantu mereka yang mungkin merasa terisolasi secara geografis atau sosial untuk menemukan komunitas yang mendukung, dimana mereka bisa berbagi pengalaman, hobi, dan minat. Hal ini terutama penting bagi remaja yang mungkin menghadapi kesulitan dalam menemukan dukungan di lingkungan langsung mereka, seperti sekolah atau keluarga (Jabbar et al., 2022).

Namun, penelitian yang telah dilakukan oleh Ostic et al. (2021) menunjukan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan sering kali berkorelasi dengan isolasi sosial. Fenomena ini bukan semata tentang berkurangnya interaksi fisik, melainkan tentang kualitas hubungan yang menurun. Remaja yang menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial mungkin merasa terhubung secara virtual, tetapi secara paradoks, ini sering kali menyebabkan mereka merasa lebih terisolasi dari dunia nyata. 

Rasa kesepian yang ditimbulkan dari isolasi sosial ini bukan hanya perasaan semu; ia memiliki implikasi nyata yang dapat mempengaruhi kesehatan mental remaja, meningkatkan risiko depresi dan ansietas. Kecanduan smartphone juga merupakan masalah yang berkembang, di mana remaja mungkin merasa 'tertawan' oleh notifikasi dan pembaruan konstan. Ini dapat mengganggu tidur, kinerja akademis, dan kegiatan sehari-hari, meningkatkan tingkat stres dan mempengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan.

Selanjutnya scoping review oleh Schnning et al. (2020) juga mengungkapkan bahwa paparan terhadap citra tubuh yang tidak realistis dan pengalaman bullying online bisa sangat merusak. Media sosial sering kali mempromosikan standar kecantikan yang tidak hanya sulit dicapai tetapi juga tidak realistis. Remaja, yang sedang dalam proses mencari dan mempertahankan identitas mereka, mungkin merasa perlu memenuhi standar ini, yang bisa memicu masalah citra tubuh dan gangguan makan. 


Selain itu, bullying online menyediakan platform anonim yang dapat digunakan untuk menyebarkan kebencian dan diskriminasi, menambah luka atas tekanan yang sudah ada. Kebutuhan konstan untuk terhubung dan berinteraksi melalui media sosial dapat menyebabkan apa yang disebut dengan 'kelelahan informasi', di mana terlalu banyak informasi untuk diproses menjadi stres mental. Kecemasan sosial yang muncul dari keharusan untuk selalu "online" dan "up to date" pada akhirnya dapat mengganggu tidur dan konsentrasi, yang vital bagi pengembangan kognitif dan emosional yang sehat pada remaja.

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua dan pendidik untuk memantau dan membimbing penggunaan media sosial di kalangan remaja. Pendidikan tentang penggunaan media sosial yang sehat harus diberikan kepada remaja untuk membantu mereka memahami dan mengelola risiko yang terkait dengan penggunaan platform digital ini. Termasuk di dalamnya adalah pembelajaran tentang cara-cara mengidentifikasi dan mengatasi cyberbullying, pengenalan terhadap dampak negatif dari perbandingan sosial online, dan pengembangan keterampilan literasi digital yang kuat.

Selain itu, remaja perlu diajarkan tentang pentingnya keseimbangan antara kehidupan online dan offline. Mendorong kegiatan di luar media sosial, seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial lainnya yang melibatkan interaksi tatap muka dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan pada media sosial. Ini akan membantu mereka membangun keterampilan sosial nyata yang lebih sehat dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka secara keseluruhan.

Pendidikan dan dukungan ini tidak hanya akan membantu remaja mengembangkan pandangan yang lebih sehat tentang diri mereka sendiri dan orang lain, tetapi juga memperkuat ketahanan mereka terhadap tekanan dan tantangan yang mungkin mereka hadapi dalam lingkungan digital. Ini adalah langkah kritis untuk memastikan bahwa media sosial menjadi alat yang memperkaya pengalaman hidup mereka, bukan sumber stres atau masalah mental.

Referensi: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun