Jika kamu sedang berjalan di kawasan Jalan Inspeksi Gajah Mada, Semarang, sempatkanlah mampir ke Angkringan Pak Gik sebuah tempat yang bukan sekadar warung makan, tetapi juga saksi perjalanan kuliner khas Semarang yang sudah melegenda sejak tahun 1960-an.
Warung sederhana ini mulai beroperasi pada tahun 1967, dan sempat berpindah-pindah lokasi sebelum akhirnya menetap di tempatnya yang sekarang pada tahun 1980. Dulu, angkringan ini dirintis oleh Sugijo, yang lebih akrab disapa Pak Gik. Setelah beliau wafat pada tahun 2022, usahanya diteruskan oleh sang anak, Darmanto, yang bertekad menjaga cita rasa dan suasana khas yang telah melekat selama puluhan tahun.
"Kami nggak mau ubah resepnya. Ini sudah jadi kenangan banyak orang," ujar Darmanto sambil tersenyum ketika ditemui di sela kesibukannya melayani pelanggan.
Menu yang ditawarkan Angkringan Pak Gik sederhana, namun selalu menggugah selera. Ada nasi kucing dengan berbagai lauk seperti ayam suwir, usus, dan ikan teri tersedia juga gorengan dan sate-satean, pangsit goreng yang renyah, serta pia-pia goreng yang gurih dan lezat. Tak ketinggalan, segelas teh hangat kental menjadi teman setia di setiap obrolan malam.
Suasana di Angkringan Pak Gik terasa begitu akrab. Lampu temaram, aroma nasi hangat, dan obrolan ringan antar pelanggan membuat siapa pun betah berlama-lama. Tak heran, mulai dari mahasiswa, pekerja kantoran, hingga pejabat sering terlihat nongkrong di sini.
"Kalau menurut saya, ini angkringan terbaik di Semarang," ungkap Yohanes, seorang mahasiswa yang sudah jadi pelanggan tetap. "Rasanya enak banget, porsinya pas, dan harganya masih bersahabat di kantong mahasiswa."
Lebih dari sekadar tempat makan, Angkringan Pak Gik adalah bagian dari identitas kuliner Semarang. Ia menghadirkan kehangatan, nostalgia, dan cita rasa khas yang tak lekang oleh waktu.