Mohon tunggu...
Muliyaty_arief Djide
Muliyaty_arief Djide Mohon Tunggu... Administrasi - beralamat di jl. Rappokalling Timur No.6 Makassar

Anak ke-2 dari 7 bersaudara. Profesional Kehutanan, Owner Mulya Olshop Makassar Salam Hijau! Semangat Yuk!

Selanjutnya

Tutup

Film

Menengok "Keluarga Cemara"

12 Januari 2019   16:40 Diperbarui: 23 Januari 2019   17:23 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali terbersit keinginan untuk menuangkan 'sekilas' cerita film, Keluarga Cemara. Sebelumnya, sepertinya saya ingin mengungkapkan pengakuan bahwa sinetron Keluarga Cemara bukan sinetron favorit saya. Namun akhirnya justru menjadi sebab yang melatarbelakangi rasa penasaran perihal film keluarga Cemara yang sementara edar di bioskop setempat. Mengusung tema keluarga yang sudah 'terlihat' (baca:terbaca) jelas pada judul film Keluarga Cemara. 

Nah...pemeran emak (Nirina Zubir), selanjutnya tokoh Abah, Euis dan Ara. Sekiranya cermat dalam mengamati salah satu nama pemeran tokoh di atas yang telah tersebut, gambaran judul film. Keluarga Cemara, Ara sebagai nama tokoh anak ke-2 perempuan dalam dialog antara Abah dan Ara, bahwa nama Ara diambil dari nama Pohon Cemara, Ara. Diawali sejenak dengan 'kehidupan mewah' keluarga Abah dan Emak. Hanya sejenak terlihat dan akhirnya 'lenyap' seketika oleh karena bangkrut yang disebabkan kerabat, ipar Abah sendiri.

Nah.. bagaimana akhirnya keluarga ini menghadapi kehidupan yang 'pas-pasan', cukup mengundang rasa empati penonton dengan meneteskan air mata. Cukup menarik 'background' rumah keluarga  Cemara pasca pindah dari Kota Jakarta ke desa di Jawa Barat yang menghadirkan konflik, menetap atau balik kembali ke Jakarta. Suasana pepohonan lebat ditiup angin, bunyi sayup-sayup serangga terdengar di sekitar seakan mengajak untuk senantiasa menciptakan kedamaian dan ketentraman di hati dan sekitar.

Konflik-konflik tercipta yang diselingi canda-tawa dalam film Keluarga Cemara membawa penonton 'hanyut' dalam menikmatinya. Tangisan dan Tertawa terdengar yang diiringi nuansa-nuansa musik yang berbeda dihadirkan bahkan nuansa musik ketegangan pun tak luput dalam film ini, antara lain ketika Abah mengalami kecelakaan kerja. Film ini tersaji untuk semua umur dan menghadirkan konflik-konflik 'ala remaja' pada pemeran Euis sebagai anak Pertama Abah yang memasuki usia remaja. 

Rasa penyesalan yang amat dalam bagi Abah terhadap keluarga 'menggiring' penonton pada 'kesedihan' yang berkepanjangan namun akhirnya diselingi dialog singkat perihal tanggung jawab Abah dalam Keluarga Cemara akhirnya menemui 'titik temu' untuk tidak menyalahkan diri sendiri berlarut-larut bagi Abah.Ditengah-tengah kondisi kehidupan Keluarga Cemara yang berusaha untuk keluar dalam kesulitan, Abah dianugrahi anak ke-3 sebagai adik Ara.

Demikian saya 'menangkap' bahwa baik dalam keadaan susah dan senang bagi sebuah keluarga atau rumah tangga seyogyanya saling bantu-membantu, bahu-membahu, bekerja sama dalam menghadapi kehidupan yang dijalani. Selanjutnya Keluarga Cemara dipengujung film memutuskan untuk menetap di desa Jawa Barat, rumah warisan keluarga Abah tanpa pindah ke Jakarta. Recommended, Saksikan ayo! 


Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun