Mohon tunggu...
A.RN
A.RN Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

City life enthusiasts

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Pemahaman BRT di Indonesia yang Salah Kaprah

31 Januari 2019   17:14 Diperbarui: 31 Januari 2019   20:32 3942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagaimana tercantum dalam website Institute for Transportation & Development Policy (ITDP), sebuah layanan bus perkotaan untuk bisa dikatakan sebagai Bus Rapid Transit harus memiliki 38 kriteria dasar.

screenshot dari itdp.org
screenshot dari itdp.org
Lengkapnya: THE BRT BASICS (38 points) 

Kriteria dasar layanan BRT pada umumnya sama seperti layanan berbasis rel perkotaan/metro. Untuk itu, secara infrastruktur BRT harus memiliki jalur khusus atau terpisah dari kendaraan lain untuk menjaga ketepatan waktu.

Bangunan halte yang besar untuk mengakomodasi pergerakan penumpang dengan jarak ideal antar halte adalah 300-500 meter.

Sebagai angkutan massal dengan penumpang yang sebanyak layanan metro, halte BRT perlu didesain besar untuk kenyamanan pergerakan penumpang | Sumber foto: nasional.kompas.com
Sebagai angkutan massal dengan penumpang yang sebanyak layanan metro, halte BRT perlu didesain besar untuk kenyamanan pergerakan penumpang | Sumber foto: nasional.kompas.com
Tidak masalah apakah armada bus yang dipakai lantai rendah atau tinggi seperti Transjakarta, Namun lantai bus dan halte harus sejajar untuk mempermudah / mempercepat akses & ramah terhadap penyandang disabilitas.

Jadwal bus terukur dengan frekuensi kedatangan sesering mungkin, menggunakan gerbang pembayaran elektronik sebagai alat pembayaran untuk mempercepat transaksi.

Hal yang terpenting lainnya adalah layanan BRT harus terintegrasi dengan moda transportasi lain untuk melengkapi perjalanan dari titik awal hingga titik akhir tujuan penumpang. Untuk itu, Koridor BRT juga harus dikelilingi oleh jalur pejalan kaki yang berkualitas baik.

BRT di Buenos Aires (sumber foto: itdp.org)
BRT di Buenos Aires (sumber foto: itdp.org)
Contohnya seperti yang dilakukan Transjakarta, selain menyediakan koridor utama di 13 koridor, Transjakarta juga membuka rute non-BRT sebagai penghubung (feeder) ke daerah pinggiran. Integrasi dengan kereta komuter, MRT, atau angkutan kecil juga sudah dilakukan.

The BRT corridor should integrate into the rest of the public transport network, saving time and providing a seamless, high-quality experience -- ITDP

Oleh karena itu, layanan BRT merupakan layanan angkutan massal berstandar tinggi. Posisinya pun sejajar dengan kereta metro/MRT/LRT dan tidak heran banyak negara berkembang yang membangun jaringan transportasi BRT karena jumlah penumpangnya bisa menyaingi transportasi berbasis rel yang jauh lebih mahal.

Mari Kita Lihat Kembali BRT di Daerah Kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun