Mohon tunggu...
A.RN
A.RN Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

City life enthusiasts

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekelumit Kisahku Menggapai Pekerjaan Pertama

4 Desember 2017   18:17 Diperbarui: 8 Desember 2017   05:10 1780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja Jakarta di Awal Tahun. Sepulang Ku dari Job Fair Bersama Kolega. (Dokumentasi Pribadi)

Working hard for something we don't care about is called stress; working hard for something we love is called passion -Simon Sinek

Mungkin itu yang saya rasakan kini, di tempat pekerjaan yang pertama. Walaupun setiap harinya menempuh perjalanan sejauh 65 kilometer pulang-pergi, berjejalan dengan ribuan komuter, dan berdiri 4 jam dalam transportasi umum setiap hari.

Saya tidak bisa membayangkan apabila beban itu ditambah dengan pekerjaan yang bukan saya sukai. Mungkin pasrah, stress, tidak bahagia?.

Jujur saja, pengalaman saya mendapatkan pekerjaan pertama bisa dibilang lama. Lulus kuliah awal tahun ini, namun baru mendapatkan kerja di penghujung tahun.

Faktor penyebabnya adalah lowongan yang hanya untuk sudah berpengalaman, jurusan kuliah yang lulusannya banyak, dan mirisnya tidak ada kualifikasi khusus untuk jurusan saya pada setiap lowongan. Artinya saya juga bersaing dengan lulusan jurusan lain di posisi apapun.

Satu-satunya kesempatan untuk bisa cepat bekerja setelah lulus adalah dengan mengikuti program development bank, tapi tidak saya ambil. Karena bagi saya bekerja tidak hanya untuk mencari uang, namun juga mengasah diri lewat ilmu yang sudah kita pelajari. Dan yang penting bahwa ilmu tersebut yang kita cintai.

Mungkin saya adalah tipe fresh graduate yang hanya ingin bekerja sesuai minat. Apalagi perihal pekerjaan pertama. Meskipun untuk mendapatkannya butuh menunggu waktu yang lama. Meskipun orang-orang disekitar saya menjadi muak dan ikut letih seperti yang saya rasakan. Hingga nasihat yang sering saya dengar untuk "banting setir" berdasarkan realita yang sudah ada. Tidak sedikit juga saudara ikut membantu. Namun dengan rasa hormat, saya tidak bisa menuruti itu semua.

Beberapa teman saya pun juga mengakui bahwa susah cari kerja yang sesuai passion. Hingga banyak dari mereka yang akhirnya "menyerah" dan bekerja di luar jurusan yang ditempuh. Entah hanya coba-coba, siapa tahu bisa cocok, atau karena gajinya besar yang lumayan untuk ditabung.

Seperti orang-orang bilang "Kerja mah apa aja, yang penting kebutuhan kita tercukupi".

Bagi sebagian orang memang tidak masalah dengan itu, tapi bagi seorang yang masih berambisi meraih cita-cita dan menginginkan karir yang cemerlang sesuai passion tentu butuh waktu untuk berpikir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun