Mohon tunggu...
Auliya Rahma Zain
Auliya Rahma Zain Mohon Tunggu... Content Writer

Saya adalah mahasiswi dari Universitas Brawijaya dengan fokus dan minat yang mendalam dalam bidang kepenulisan. Sepanjang perjalanan akademik saya, saya aktif menulis berbagai artikel yang telah dipublikasikan di sejumlah situs, yang mencakup topik-topik mulai dari sastra, pendidikan, hingga isu-isu sosial. Saya berkomitmen untuk terus mengasah keterampilan menulis saya dengan mengikuti berbagai kegiatan dan proyek yang relevan, serta berkontribusi dalam pengembangan dunia literasi. Dengan tekad untuk memperdalam pengetahuan dan pengalaman di bidang ini, saya berambisi untuk menginspirasi dan memberikan dampak positif melalui karya-karya yang saya hasilkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenapa Menjadi Guru Tidak Lagi Dianggap Sebagai Profesi Bergengsi?

25 Juni 2025   13:26 Diperbarui: 25 Juni 2025   13:26 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenapa Menjadi Guru Tidak Lagi Dianggap Sebagai Profesi Bergengsi?

Di masa kecil, banyak dari kita yang menuliskan "cita-cita: guru" di buku kenangan. Guru adalah sosok teladan, pemegang kapur yang ditakuti sekaligus dihormati. Namun, seiring waktu berjalan, pesona profesi ini perlahan meredup di mata masyarakat. Ketika remaja mulai memilih jurusan kuliah, pendidikan bukan lagi opsi utama. Bahkan, tak jarang terdengar kalimat, "Nggak ada pilihan lain ya, makanya ambil jurusan pendidikan?"

Realitas sosial hari ini mencerminkan adanya pergeseran cara pandang terhadap profesi guru. Di tengah gempuran era digital, industrialisasi, dan glorifikasi profesi-profesi berlabel "prestise tinggi" seperti dokter, pengacara, atau programmer, profesi guru kerap kali dianggap sebagai pilihan kelas dua, profesi yang konon tak menjanjikan kemewahan, hanya penuh pengabdian. Sementara peran guru tetap krusial dalam mencetak generasi masa depan, ironi muncul ketika penghargaan terhadap mereka justru makin menipis.

Fenomena ini memunculkan beberapa pertanyaan penting: mengapa menjadi guru tidak lagi dianggap sebagai profesi bergengsi? apa yang membentuk pandangan tersebut di masyarakat? apakah sistem sosial kita turut melanggengkan stigma ini? dan bagaimana dampaknya terhadap dunia pendidikan jika profesi guru terus-menerus diremehkan?

Mengapa Jurusan Pendidikan Kerap Dipandang Sebelah Mata?

Tidak sedikit mahasiswa jurusan pendidikan yang merasa canggung saat ditanya, "Kuliah di jurusan apa?" Ketika mereka menjawab "pendidikan," tanggapan yang muncul sering kali terdengar meremehkan: "Oh, jadi nanti jadi guru, ya?" seakan menjadi guru bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan.

Fenomena ini mencerminkan realitas sosial kita hari ini: profesi guru tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang prestisius. Padahal, semua profesi hebat yang saat ini dikagumi, dokter, insinyur, pengacara bermula dari sentuhan seorang guru. Ironisnya, guru justru sering kali ditempatkan di barisan belakang dalam struktur sosial.

Antara Gaji dan Gengsi

Salah satu penyebab rendahnya apresiasi terhadap profesi guru adalah persepsi masyarakat yang masih terpaku pada standar material. Profesi dinilai dari seberapa besar penghasilan dan seberapa tinggi status sosial yang menyertainya. Dalam hal ini, guru kerap kali dianggap tidak memenuhi kriteria tersebut.

Tak dapat dimungkiri, kesejahteraan guru di Indonesia, khususnya guru honorer, masih jauh dari kata layak. Banyak dari mereka yang mengabdikan diri dengan gaji yang bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Ketika realitas ini diperlihatkan secara terbuka, profesi guru pun kehilangan daya tarik di mata generasi muda.

Tak hanya itu, narasi yang berkembang di masyarakat juga turut memperkuat stigma. Menjadi guru dianggap sebagai pilihan "terpaksa" atau "pelarian" dari jurusan lain yang lebih bergengsi. Jurusan pendidikan sering kali diposisikan sebagai pilihan terakhir ketika peluang lain telah tertutup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun