Mohon tunggu...
Auliya Ahda Wannura
Auliya Ahda Wannura Mohon Tunggu... Penulis

Seorang Penulis freelance dan solo traveler.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tumbal dan Tradisi : Apakah Kita Masih Bangsa Yang Rasional?

15 Juni 2025   16:28 Diperbarui: 15 Juni 2025   16:28 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Pinterest (https://pin.it/37F2K2DWj)

Tumbal dan Tradisi: Apakah Kita Masih Bangsa yang Rasional?

 

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan tradisi dan spiritualitas. Namun, di tengah kemajuan teknologi dan pendidikan, masih banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada praktik-praktik mistis dan gaib.

Tidak hanya dalam urusan pribadi, bahkan dalam upaya mencari kekayaan, kekuasaan, atau perlindungan, praktik seperti memberi sesaji, bersekutu dengan makhluk gaib, dan bahkan mengorbankan tumbal (baik hewan maupun manusia) masih kerap ditemukan.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar: Apakah kita masih bangsa yang rasional? Bagaimana mungkin di abad ke-21, sebagian dari masyarakat Indonesia masih memilih jalur mistis yang destruktif daripada pendekatan ilmiah dan rasional?

Mistika vs Hal Gaib: Menjernihkan Pengertian

Untuk memahami fenomena ini, kita perlu membedakan antara mistika dan hal gaib. Mistika adalah suatu pendekatan spiritual yang menekankan pencarian makna terdalam atau realitas transendental melalui kontemplasi dan pengalaman batin. Mistika bersifat subjektif dan simbolik, seringkali dijumpai dalam ajaran sufi, Zen, atau filsafat Timur.

Sementara itu, hal gaib merujuk pada entitas atau fenomena yang tidak terlihat dan tidak bisa dijangkau oleh pancaindra biasa, seperti jin, makhluk halus, roh, atau kekuatan-kekuatan magis yang sering dikaitkan dengan ritual klenik, pesugihan, dan praktik perdukunan.

Mistika bisa menjadi jalan spiritual yang luhur, tetapi ketika "hal gaib" menjadi basis kehidupan praktis, bahkan hingga praktik pengorbanan nyawa, dan itu menjadi bentuk kemunduran berpikir dan dekadensi moral.

Tan Malaka: Ilmu dan Akal adalah Kompas Bangsa

Tan Malaka dalam Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika) sangat menekankan pentingnya logika dan ilmu pengetahuan dalam membangun bangsa. Ia mengecam praktik klenik dan takhayul karena menjauhkan rakyat dari cara berpikir ilmiah. Menurut Tan, bangsa yang terlalu percaya pada dunia gaib dan klenik adalah bangsa yang mudah dibodohi dan dijajah. Ia menyebut bahwa "otak yang dibentuk oleh mistik tidak dapat memproduksi kemajuan."

Bagi Tan Malaka, rasionalitas adalah alat pembebasan, sedangkan mistik (yang dipahami sebagai kepercayaan membabi buta terhadap kekuatan supranatural) adalah alat penindasan.

Plato dan Dunia Metafisika

Plato tidak menolak dunia tak kasat mata. Dalam filsafatnya, ia membedakan antara dunia indra (fenomena) dan dunia ide (noumena). Namun, Plato tidak mengaitkan dunia noumena dengan roh gentayangan atau pesugihan, melainkan ide-ide murni, seperti kebaikan, keindahan, dan kebenaran. Dunia metafisik Plato adalah ruang intelektual, bukan mistis gaib yang berbasis ketakutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun