Ditulis oleh : Tena Arnisa Rahma (2501070082), Dinda Azkiya Roudotunnur (2501070083), Fatimah Nasya Auliya (2501070084).
Semarang, 16 Oktober 2025--Pernahkah kamu merasa lelah karena terus-menerus mengejar standar kecantikan yang kadang terasa tidak masuk akal? Di zaman ini, iklan, film, dan media sosial banyak menyuguhkan seseorang bertubuh tinggi dan langsing. Hal ini sering kali membuat remaja merasa tidak percaya diri pada penampilan mereka dan mengusahakan berbagai macam cara agar dapat memenuhi standar kecantikan yang diyakini. Untuk mendapatkan tubuh yang langsing, mereka kerap melakukan pengurangan berat badan dengan membatasi pola makan, bahkan mengonsumsi obat pencahar. Pembatasan pola makan, apabila dilakukan sesuai kebutuhan akan berdampak baik pada kesehatan dan membuat berat badan menjadi ideal. Namun apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak sesuai kebutuhan, maka akan berdampak buruk bagi tubuh dan dapat membuat individu mengalami pengurangan berat badan yang tidak normal. Hal ini dapat memicu munculnya kecenderungan Anoreksia Nervosa. Anoreksia tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga menyerang psikologis, menimbulkan kecemasan dan rasa tidak percaya diri. Namun, ada jalan keluar yang bisa membantu yaitu self-love atau mencintai diri sendiri.
Apa itu Anoreksia Nervosa?
Menurut Melani et al (2021),  Anoreksia Nervosa adalah kondisi di mana seseorang memiliki ketakutan kuat pada kenaikan berat badan sehingga membatasi seseorang untuk makan. Meskipun sering dianggap sebagai masalah diet, sebenarnya  Anoreksia Nervosa adalah penyakit yang rumit dan berhubungan dengan kerja otak. Kondisi ini juga bisa makin parah karena faktor keturunan, kondisi psikologis, serta tekanan standar kecantikan dari lingkungan. Dampak  Anoreksia tidak hanya mencakup masalah gizi, gangguan hormon, hingga kerusakan organ, tetapi juga memicu depresi, kecemasaan, hingga menarik diri dari lingkungan. Putri (2025), menambahkan bahwa remaja perempuan usia 15-19 tahun adalah kelompok yang paling rentan terhadap kondisi ini.
Kenapa Remaja Rentan Mengalami Anoreksia?
 Masa remaja adalah periode dengan banyak perubahan fisik dan mental, di mana standar kecantikan yang sempit sering membuat mereka merasa harus berubah agar diterima (Putri (2025)). BRIN (2025) juga menyoroti bahwa kritik dari keluarga atau teman, serta frekuensi penggunaan media sosial dapat meningkatkan risiko anoreksia nervosa. Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga tanpa disadari sering mengucapkan kalimat-kalimat yang mengarah pada body shaming. Hal itu dapat memperparah krisis kepercayaan diri pada remaja.
Gejala yang Sering Muncul
Penderita anoreksia biasanya menunjukkan perubahan perilaku dan emosi tertentu. Beberapa gejala yang umum pada remaja antara lain:
- Kontrol obsesif terhadap tubuh: membatasi pola makan, olahraga berlebihan, menimbang badan berulang, hingga terus menerus bercermin.
- Perubahan fisik: berat badan turun drastis tidak sesuai dengan tinggi badan, rambut rontok, kulit kering, gangguan menstruasi.
- Distorsi citra tubuh: merasa gemuk meskipun sangat kurus.
Bagaimana Self-Love Bisa Membantu?
Self-Love berarti menerima diri secara utuh baik kelebihan, kekurangan, bahkan kegagalan yang dialami. Penerimaan diri ini berupa bersikap lembut pada diri sendiri, mengejar minat dan bakat, serta bangga terhadap diri sendiri. Ketika memiliki self-love yang kuat, kita akan memahami nilai diri dan memperlakukan diri sendiri dengan cara yang penuh kasih. Alodokter (2024) menguatkan dengan menyebut bahwa self-love menguatkan remaja untuk melawan pikiran negatif dan tekanan dari luar. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki self-love yang kuat tidak akan mudah terpengaruh komentar negatif soal tubuh dan lebih fokus pada kesehatan dan kesejahteraan daripada sekadar tampilan fisik.