Mohon tunggu...
Muhammad AuliaRahman
Muhammad AuliaRahman Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

hanya untuk sekedar sharing

Selanjutnya

Tutup

Financial

Paylater: Meminimalisir Perilaku Konsumtif

16 Desember 2022   09:13 Diperbarui: 16 Desember 2022   09:52 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://mediacerita.com/

Siapa di sini yang tidak mengenal Pay Later. Sistem BNPL (buy now pay later) memang akhir-akhir ini di gandrungi semua kalangan. Baik pelajar, pekerja bahkan sampai orang tua pun pernah menggunakan sistem tersebut. Selain caranya yang mudah dan praktis, kemajuan digitalisasi menjadi pemicu dari berkembangnya sistem pembayaran ini. 

Antusias masyarakat dengan hadirnya sistem BNPL (buy now pay later) ditunjukkan dengan banyak pengguna sistem ini dari waktu ke waktu. Seperti Traveloka (penyedia website dan aplikasi booking tiket pesawat, hotel, hiburan) yang mengalami lonjakan pengguna 10 hingga 14 kali lipat.

Salah satu marketpalce terkenal di Indonesia yakni Shopee, terhitung hingga tahun 2020 lalu jumlah pengguna shopeepay later mencapai 1,27 juta pengguna, dan jumlah dana pinjaman yang dikeluarkan shopee pay later mencapai hampir 1,5 triliun dengan tingakt keberhasilan mencapai 95%. 

Bisa diliat dari data diatas, terdapat kenaikan pengguna dan transaki dalam pay later. Pastinya hal tersebut menambah perilaku masyarakat menjadi konsumtif. Ditambah lagi adanya diskon atau promo apabila menggunakan pay later mendapatkan harga yang sangat murah. Ini berdampak menjadikan masyarakat mempunyai sifat Impulsif buying, membeli barang hanya berlandaskan kepada keinginan bukan kebutuhan.

Terdapat 3 faktor utama yang menyebabkan masyarakat memiliki perilaku konsumtif, yaitu pembelian impulsif (impulsive buying), pembelian tidak rasional (non rational buying), dan pembelian yang boros (wasteful buying). Ketiganya memiliki dampak dan kerugian bagi masyarakat, baik secara materiil maupun moril.

Berawal dari hal kecil inilah yang menyebabkan efek domino dimulai. Akan ada dampak negatif dari masifnya gerakan konsumtif ini jika terus dibiasakan. Dimulai dengan pemborosan dalam keuangan, sikap berbelanja barang yang tidak didasari atas dasar kebutuhan melainkan keinginan semata, serta ditambah lagi adanya denda keterlambatan atau bunga jika terjadi keterlambatan pembayaran. Secara tidak langsung seseorang yang sudah menjadikan BNPL (buy now pay later) ini menjadi kebiasaan sehari-hari dapat terjerumus kepada sistem pinjaman yang lebih besar tanpa mempedulikan kemampuan dari segi finansial. Hal tersebut menyebabkan seseorang akan terus berkerja keras guna menutup pinjaman serta bunga kepada perusahaan fintech. Tanpa disadari, peminjam menganggap bahwa ini merupakan sebuah kebutuhan yang harus terpenuhi. Maka hal ini yang harus dapat kita kendalikan

Adapun solusinya untuk meminimalisir perlika konsumtif berikut. Pertama menerapkan pola hidup sederhana. Banyak yang salah mengartikan bahwa pola hidup sederhana merupakan larangan dari mencari kekayaan. Makna sebenarnya adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki, bersyukur dengan apa yang sudah diraih, sehingga dapat mengendalikan sikap merasa selalu kurang. Dengan diterapkannya pola ini sesorang akan hanya membeli sesuatu tidak berlebihan, berbelanja sesuai kebutuhan dan hanya batas sewajarnya. Selain untuk menyederhanakan pengeluaran, pola hidup sederhana sejatinya juga menyederhanakan pikiran

Salah satu analogi penerapan pola hidup sederhana seperti, seseorang yang memiliki 7 buah mobil. Maka, secara otomatis seseorang itu akan memiliki tanggung jawab dalam merawat setiap 7 buah mobil tersebut, mulai dari perawatan bulanan, bensin, pajak, servis, dan lain-lain. Padahal, sejatinya kebutuhan mobilitas seseorang tersebut cukup dengan 1 buah mobil saja. apakah dia membutuhkan keenam mobil tersebut ataukah hanya keinginan semata.

Kedua yakni menerapkan pola hidup minimalis. Minimalis adalah gaya hidup seseorang yang benar-benar mengetahui apa yang penting bagi dirinya sendiri dan tetap mempertahankan hal-hal tersebut untuk dirinya Hal tersebut merupakan respon dari sikap gaya hidup konsumtif yang mengedapankan keinginan dalam membeli sesuatu. Dengan hidup minimalis, seseorang mampu membedakan mana yang keinginan dan mana yang kebutuhan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun