UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN SELF EFFICACY MATEMATIS SISWA KELAS XII MIPA 3 SMA MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
RINGKASANÂ
Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan dan perkembangan suatu negara. Salah Satu cabang ilmu pendidikan yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari adalah matematika. Faktanya, masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam melakukan pemecahan masalah matemaika. Berdasarkan observasi dan pretest di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta, terlihat bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan pemecahan masalah matematika. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan pemecahan masalah dan kurangnya keyakinan dalam dirinya untuk menyelesaikan permasalahan matematika atau yang biasa disebut self efficacy matematis. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam matematika yaitu model pembelajaran Problem Based Learning. Atas dasar tersebut penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan self efficacy matematis siswa melalui pembelajaran problem based learning. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta kelas XII MIPA 3 Tahun Ajaran 2024/2025 yang berjumlah 30 siswa. Data dikumpulkan dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah dan angket self efficacy matematis yang diberikan pada akhir setiap siklus penelitian. Materi yang terlibat adalah dimensi tiga. Indikator Penelitian (1) kemampuan pemecahan masalah matematika pada akhir siklus meningkat, (2) kategori sikap self efficacy matematis meningkat. Â Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran problem based learning terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy matematis siswa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan rata-rata kemampuan pemecahan masalah dengan skor 56 pada siklus 1 menjadi 82 pada siklus 2, serta peningkatan self efficacy matematis siswa dari 62% pada siklus 1 menjadi 70% pada siklus 2 dan keduanya sudah mencapai kategori baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran problem based learning dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy matematis siswa dalam pembelajaran matematika.
Kata kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah; Matematika; Penelitian Tindakan Kelas, Problem Based Learning; Â Self Efficacy Matematis
LATAR BELAKANGÂ
Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan dan perkembangan suatu negara. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pendidikan yang memiliki peran penting dan wajib untuk diberikan pada setiap jenjang pendidikan. Matematika bukanlah ilmu pengetahuan yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi dengan adanya matematika dapat membantu manusia untuk memahami, menguasai, dan menyelesaikan  permasalahan sehari-hari (Sinaga et al., 2021). The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)  menetapkan ada lima standar yang harus dimiliki oleh siswa yang berhubungan dengan kemampuan matematis, yaitu pemecahan masalah (problem solving), komunikasi (communication), koneksi (connection), penalaran (reasoning), dan representasi (representation) (Morin & Herman, 2022).
Masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam melakukan pemecahan masalah matemaika. Hal ini dapat dilihat dari proses menjawab soal yang belum bisa memahami konteks masalah, merencanakan cara menyelesaikan masalah, menjalankan, dan mengecek hasil pada jawaban soal (Aini dalam Septhiani, 2022). Kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa di Indonesia juga tergolong rendah. Scherer & Beckman melakukan penelitian yang hasilnya Indonesia mendapat poin 361,4 dengan menempati peringkat 40 dari 41 negara (Yunitasaria & Zaenurib, 2020). Kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika  akan berpengaruh terhadap prestai belajar siswa. Menurut Anshari (2017) kemampuan pemecahan masalah erat kaitannya dengan keyakinan siswa dalam menyelesaikan soal, karena keyakinan yang dimiliki siswa dalam pemecahan masalah akan mempengaruhi hasil belajar siswa, keyakinan ini disebut selfefficacy.
Self-efficacy (efikasi diri) menurut Bandura merupakan kemampuan seseorang untuk menyelesaikan berbagai tugas dengan keyakinan pada saat proses belajar. Self-efficacy mengarah kepada kepercayaan seseorang untuk mengendalikan situasi yang menantang dengan maksud efikasi diri kategori rendah diartikan sebagai ketidakberdayaan, sebaliknya efikasi diri kategori tinggi diartikan sebagai kompetensi dan keberhasilan (Muhammad et al. 2023). Kemampuan pemecahan masalah dan self-efficacy berkorelasi positif yang artinya jika siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik maka mereka juga memiliki self-efficacy yang baik (Damianti & Afriansyah, 2022). Sejalan dengan itu, Jatisunda juga berpendapat bahwa kemampuan pemecahan masalah berkaitan dengan self-efficacy dari seorang siswa, dikarenakan self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan menyelesaikan tugas dan soal-soal pemecahan masalah (Damianti & Afriansyah, 2022).
Berdasarkan hasil dari tes pra siklus kemampuan pemecahan masalah matematika di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta kelas XII MPA 3 diperoleh bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih kurang, dengan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah 41 dari 100. Pemberian angket pada saat pra siklus juga menunjukkan hasil self-efficacy matematis siswa memeperoleh rata-rata 11 dari 20 poin dan tergolong dalam kategori kurang baik.
Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy matematis siswa diperlukan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran inovatif yang memfasilitasi siswa mengkontruksi pengetahuannya sendiri serta berpusat pada siswa adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Menurut Ibrahim dalam Hosnan, 2014, Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah. Menurut Hasanah et al. (2023) dengan menggunakan model Problem-Based Learning yang didukungan dengan media pembelajaran, maka dapat meningkatkan efikasi diri matematis siswa. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk meningkatan kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy matematis siswa kelas XII MIPA 3 SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2024/2025 dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Â
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta pada bulan Juli hingga Agustus 2024. Subjek penelitian yaitu siswa kelas XII MIPA 3 SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran 2024/2025 yang berjumlah 30 siswa dengan rincian 16 laki-laki dan 14 perempuan. Objek dari penelitian ini yaitu kemampuan pemecahan masalah matematika dan self effiacy matematis. Tujuan dari penelitian ini meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self Efficacy matematis melalui model pembelajaran Problem Based Learning. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu tes danangket. Metode tes digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa, sedangkan metode angket digunakan untuk mengetahui self efficacy matematis siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes tertulis kemampuan pemecahan masalah dan angket self efficacy matematis siswa. Data yang diperoleh yaitu data pemecahan masalah dan data self-efficacy matematis siswa setiap siklus.
    Penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus dengan masing-masing siklus dilaksanakan 2  kali pertemuan. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Tabel 1. Kualifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Nilai
Kualifikasi
85-100
Sangat Baik
70-84,99
Baik
55-69,99
Cukup
40-54,99
Kurang
0-39,99
Sangat Kurang
Â
Â
Â
Â
Mawaddah & Anisah (2015)
Adapun data hasil pengisian angket diolah dan dihitung persentasenya kemudian diintegrasikan ke dalam klasifikasi self efficacy matematis siswa seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Self Efficacy Matematis Siswa
Persentase
Klasifikasi
81%-100%
Sangat Baik
61%-80%
Baik
41%-60%
Kurang Baik
21%-40%
Tidak Baik
0-20%
Sangat Tidak Baik
(Adni et al., 2018)
Ketercapaian penelitian ditunjukkan dengan dihentikanya siklus penelitian. Pada penelitian ini siklus dapat dihentikan jika nilai rata-rata pemecahan masalah yang diperoleh siswa dan self efficacy matematis siswa meningkat jika dibandingkan siklus sebelumnya. Kriteria yang diharapkan tercapai pada penelitian ini yaitu kemampuan pemecahan masalah matematika berada dalam kategori baik atau pada nilai  , dan self efficacy matematis berada dalam kategori baik atau pada persentase  .
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
   Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan self efficacy matematis siswa kelas XII MIPA 3 SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran 2024/2025 dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi dimensi tiga. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan setiap siklus dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pada setiap akhir siklus dilaksanakan postest untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan pemberian angket self efficacy matematis.
Pra Siklus
   Sebelum memulai siklus, peneliti melakukan pra siklus dengan memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika dan pemberian angket self efficacy matematis untuk mengetahui tingkat self efficacy matematis siswa. Kegiatan pra siklus dilakukan pada 18 Juli 2024. Hasil yang diperoleh yaitu data kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy matematis siswa masih rendah pada setiap indikator dan secara keseluruhan. Nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah yaitu 41 dengan kategori kurang dan self efficacy siswa hanya mencapai 56% dan berada pada kategori kurang baik.
Siklus 1Â
   Siklus pertama dilakukan pada tanggal 24 Juli 2024 dan 25 Agustus 2024. Hasil dari pelaksanaan siklus 1 secara inci sebagai berikut.Â
- Tahap Perencanaan. Pada tahap perencanaan siklus 1 peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang berup modul ajar, PPT, dan LKPD, dan soal postest untuk evaluasi siklus 1.
- Tahap Pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak sebagai guru atau model yang melaksanakan pembelajaran sesuai modul ajar yang direncanakan.
- Tahap Observasi. Pada tahap penelitian ini, pengamatan dilakukan untuk mengamati aktivitas guru, aktivitas siswa, kemampuan pemecahan siswa, dan self efficacy siswa.
- Tahap Refleksi. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti melakukan refleksi pada penelitian ini guna perbaikan pada siklus berikutnya. Adapun hasil refleksi pada siklus 1 yakni sebagai berikut :Â
      - Siswa masih belum fokus dalam kegiatan pembelajaran.Â
      - Siswa belum bisa melakukan pemecahan masalah dengan baik dan terlihat belum percaya diri dalam mengerjakan tugas.Â
      - Hasil postest kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy siswa masih perlu adanya perbaikan.Â
      - Analisis data hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
   Skor pada indikator mengidentifikasi masalah hanya mencapai skor 42 dan berada pada kategori kurang. Pada indikator merencanakan, skor yang diperoleh yaitu 62 dan berkategori cukup. Pada indikator menyelesaikan masalah, skor yang diperoleh 77 dan berkategori baik. Untuk indikator keempat yaitu mengevaluasi, skor yang diperoleh hanya 26 dan masih berada dalam kategori sangat kurang. Secara keseluruhn, rata-rata ketercapaian indikator pemcahan masalah siswa hanya berada pada skor 56 dengan kategori cukup.  Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa penelitian pada siklus 1 masih belum memenuhi indicator keberhasilan sehingga dilanjukan menuju siklus 2.Â
   Hasil angket self-efficacy matematis, pada dimensi magnitude, persentase ketercapaian indikator mencapai 56% yang tergolong dalam kategori kurang baik. Pada dimensi stregth, persentase yang diperoleh 68% dan merupakan kategori baik. Untuk dimensi generality, diperoleh skor dengan persentase 62% dan sudah berkategori baik. Secara keseluruham, self efficacy matematis siswa sudah memasuki kategori baik dengan nilai rata-rata mencapai 62%. Dapat disimpulkan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan self-efficacy siswa. Namun, akan dilanjutkan menuju siklus 2 untuk lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, terutama dalam dimensi magnitude.
 Siklus 2Â
   Siklus kedua dilakukan selama dua pertemuan yaitu 31 Juli 2024 dan 7 Agustus 2024. Berdasarkan refleksi siklus 1 terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki pada siklus 2. Hasil dari pelaksanaan siklus 2 secara rinci sebagai berikut.Â
- Tahap Perencanaan. Pada tahap perencanaan siklus 2 peneliti menyusun modul ajar, PPT, dan LKPD berdasarkan refleksi pada siklus 1, dan soal postest untuk evaluasi siklus 2. Peneliti juga melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing lapangan, guru pamong, dan rekan sejawat serta melakukan revisi sesuai saran dan masukan.
- Tahap Pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan tindakan penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru model yang
menjalankan pembelajaran sesuai dengan modul ajar yang telah dirancang dan hasil
refleksi pada siklus 1. Perbaikan pelaksanaan tindakan kelas pada siklus 2 yakni sebagai berikut :
- Meningkatkan kemampuan manajemen dan pengelolaan kelas.
- Guru memberikan ice breaking untuk meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan fokus siswa.
- Guru memberikan pengarahan kepada siswa bahwa dalam menjawab soal harus runtut dengan cara menuliskan diketahui, ditanya, jawab, dan kesimpulannya.
- Guru memberikan bantuan yang lebih intens kepada siswa yang membutuhkan bimbingan, dan memberi semangat kepada mereka untuk bisa menyelesaikan permasalahan matematika.
- Guru memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif terlibat dalam pembelajaran, seperi memberi kesempatan untuk bertanya, berdiskusi, menjawab pertanyaan, prsentasi.
- Tahap Observasi. Tahap observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas kegiatan
pembelajaran baik guru maupun siswa. Kemampuan pemecahan masalah maematika siswa diamati melalui test pada pertemuan kedua siklus 2. Hasil observasi tersebut akan digunakan sebagai bahan untuk reflesi dan merancang rencana tindak lanjut. - Tahap refleksi. Pada tahap ini, data-data yang diperoleh dianalisis guna menentukan keberhasilan penelitian. Secara keseluruhan, proses pembelajaran sudah terlaksana dengan sangat baik dan manajemen pembelajaran yang dilakukan guru sudah lebih efektif daripada sebelumnya, serta kepercayaan diri siswa sudah baikÂ
   Pada tabel terlihat bahwa skor pada indikator mengidentifikasi sudah mencapai skor 79 dan berada pada kategori baik. Pada indikator merencanakan skor yang diperoleh yaitu 73 dan berkategori baik. Pada indikator menyelesaikan masalah, skor yang diperoleh 94 dan berkategori sangat baik. Untuk indikator mengevaluasi, skor yang diperoleh 73 dan berada dalam kategori baik. Secara keseluruhn, rata-rata ketercapaian indikator pemcahan masalah siswa berada pada skor 82 dengan kategori baik.  Berdasarkan hasil yang diperoleh, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sudah dikatakan mencapai indikator keberhasilan.
   Berdasarkan tabel hasil angket self-efficacy matematis, terlihat bahwa pada dimensi magnitude, persentase ketercapaian indikator mencapai 65% yang tergolong dalam kategori baik. Pada dimensi stregth, persentase yang diperoleh 72% dan berada pada kategori baik. Untuk dimensi generality, diperoleh skor dengan persentase 72% dan sudah tergolong kategori baik. Secara keseluruham, self efficacy matematis siswa sudah memasuki kategori baik dengan nilai rata-rata mencapai 70%. Dapat disimpulkan siswa sudah dikatakan self efficacy matematis sudah mencapai indikator keberhasilan. Â
Pembahasan
Penelitian tindakan kelas berlangsung selama 2 siklus dengan rincian bahwa pada siklus 1 belum tercapai indikator keberhasilan, sedangkan pada siklus 2 sudah mencapai indikator keberhasilan. Apabila disajikan dalam bentuk grafik maka akan terlihat kenaikan hasil kemampuan pemecahan masalah siswa kelas XII MIPA 3 dari siklus 1 sampai dengan siklus 2 baik pada setiap indikator pemecahan masalah maupun rata-rata keseluruhan. Berikut adalah grafik yang menggambarkan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan.
Gambar 1. Grafik Pemecahan Masalah Matematika Siklus 1 dan 2
Berdasarkan grafik, terjadi peningkatan skor kemampuan pemecahan masalah siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Pada indikator pertama skor meningkat dari 42 ke 79. Pada indikator kedua skor meningkat dari 62 ke 73. Pada indikator kettiga skor meningkat dari 77 ke 94. Pada indikator keempat skor dari 26 meningkat ke 73. Secara keseluruhan, skor kemampuan pemecahan masalah siwa meningkat dari 56 pada siklus 1 dan  menjadi 82 pada siklus 2 dan sudah mencapai kategori baik.
  Berikut adalah grafik yang menggambarkan peningkatan  self efficacy matematis dalam penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan :
Berdasarkan grafik, terjadi peningkatan persentase self efficacy matematis siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Pada indikator pertama skor meningkat dari 56% ke 65%. Pada indikator kedua persentase 68% menuju 72%. Pada indikator ketiga persentase 62% naik ke 72%. Secara keseluruhan, self efficacy matematis siwa meningkat dari 62%  pada siklus 1 dan  menjadi 70 % pada siklus 2 dan sudah berada pada kategori baik.
   Dari hasil refleksi yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dan self efficacy siswa pada test akhir siklus 2. Berdasarkan hasil refleksi tersebut penelitian pada siklus 2 dikatakan sudah berhasil karena sudah memenuhi indicator yang ditentukan dan dapat dikatakan telah mencapai tujuan penelitian. Dengan demikian, siklus pada penelitian tindakan kelas ini dihentikan.
KESIMPULAN DAN SARANÂ
   Dapat disimpulakn bahwa model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy matematis peserta didik. Hal tersebut juga didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Rokhmawati, Djatmika & Wardana (2016) menyatakan bahwa keterampilan pemecahan masalah dan self efficacy matematis dapat ditingkatkan dengan model problem based learning. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Mataka & Kowalske (2015), juga mengatakan bahwa model problem based learning dapat meningkatkan self efficacy matematis peserta didik. Dalam penelitian ini, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matemaika dan self efficacy matematis siswa kelas XII MIPA 3 tahun Pelajaran 2024/ 2025 pada materi dimensi tiga. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menaikkan self efficacy matematis siswa.
   Saran yang dapat penulis berikan adalah siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis yang rendah sehingga perlu adanya latihan yang dilakukan secara menerus, serta pengaitan materi atau soal dengan kehidupan sehari-hari yang mampu
digunakan untuk penyelesaian masalah menggunakan langkah secara urut untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran tertentu yang mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis dengan berbagai tinjauan berbeda.Â
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, L.A. et al. (2021) Metode Penelitian dan Analisis Data Comprehensive. Penerbit Insania.
Adni, D. N., Nurfauziah, P., & Eti Rohaeti, E. (2018). Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP Ditinjau Dari Self Efficacy Siswa. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 1(5), 957–964. https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i5.p957-964 Â
Anshari, H. (2017). Pengaruh Pendekatan Realistik Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik dan Self-Efficacy Siswa SMP Taman Harapan Medan. Tesis. Medan: Universitas Negeri Medan.
Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and acion: A socizl cognitive theory. New York: Prentice- Hall, Inc.
Damianti, D., & Afriansyah, E. A. (2022). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Efficacy Siswa SMP. Jurnal Inovasi Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika, 8(1), 21–30.
Lestari, K. E. dan Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Refika Aditama
Muhammad, I., Triansyah, F. A., Fahri, A., & Lizein, B. (2023). Analisis Bibliometrik: Penelitian Self-Efficacy Pada Sekolah Menengah Atas (1987-2023). EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 5(1), 519–532. https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i1.4713
Siti Mawaddah, Hana Anisah. Kemampuan Pmecahan Masalah Matematis pada Pembelajaran. EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, 6(2), Oktober 2015, 166-175.
Rokhmawati, J. D., Djatmika, E. T., & Wardana, L. (2016). Implementation of
problem based learning model to improve sudents' problem solving skill and self-efficacy ( A study on IX class students of Smp Muhammadiyah). IOSR
Journal of Research & Method in Education, 6 (3), 51-55
Rosidah, C. T. (2018). Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Menumbuhkembangkan Higher Order Thinking Skill Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Inventa, 2(1), 62–71.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI