Mohon tunggu...
Aulia Indra Ramadhani
Aulia Indra Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Malang

Tetap semangat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tragedi Itaewon di Korea, Mengundang Rasa Simpati dan Empati Semua Orang

11 November 2022   19:59 Diperbarui: 11 November 2022   20:07 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: liputan6.com

Tragedi yang menimpa negara ginseng yaitu negara Korea Selatan yang lebih tepatnya di Itaewon. Kejadian tersebut terjadi pada saat malam Halloween, dalam tragedi tersebut menewaskan sekitar 150 orang dan ratusan lainnya luka-luka. Halloween memang sudah menjadi acara yang setiap tahunnya dirayakan di negara ginseng ini, tetapi karena ada covid-19 memang sempat ditiadakan, setelah covid-19 mereda dan dipastikan aman untuk berkerumun dibukalah kembali pesta Halloween tersebut, tetapi masih dengan protokol kesehatan. Tetapi entah mengapa pada tahun ini banyak sekali pengunjung yang berdatangan saat pesta Halloween tahun ini, dan pesta tersebut sudah bebas dari protokol kesehatan.

Saat pesta malam Halloween banyak pengunjungnya, baik dari warga lokal maupun warga asing berkunjung saat malam itu, dan memadati wilayah Itaewon. Itaewon merupakan kota yang tidak cukup besar, banyak gang-gangnya. Gang-gang tersebut dipadati pengunjung pesta malam Halloween. Karena desak-desakan itu sampai ada yang pingsan, dan membuat panik orang-orang sekitar yang akhirnya membuat semua orang semakin berdesak-desakkan, dorong-mendorong, hingga berjatuhan akhirnya terinjak-injak. Salah satu pengunjung asal WNI yang bernama Beta Bayusantika memberikan kesaksiannya, "Itu sangat ramai. Dari sudut gang, kami melihat banyak orang berusaha keluar dari sana. Itu sangan memilukan." Tambahnya lagi, "Saya mendengar orang berkata Tolong! Tolong! Tolong! Dalam bahasa Korea." Dikutip dari CNBC Indonesia, menurut polisi, hingga Minggul pukul 10 malam, sedikitnya 154 tewas.

Sangking banyaknya korban yang membutuhkan pertolongan, ada video yang menampakkan seroang pria yang meminta bantuan kepada warga yang ahli bidang kesehatan untuk melakukan CPR. Dikutip dari laman liputan6, "Adakah di sini yang tahu caranya CPR? Yang sudah pernah mengikuti wajib militer dan belajar cara melakukan CPR, mohon bantuannya! Perawat wanita, mohon bantuannya!" Ucap pria tersebut dalam bahasa Korea. Seorang relawan yang sekaligus dokter yang bernama Lee Beom-suk mengatakan jumlah korban meningkat tajam, hingga korban melebihi kemampuan tenaga medis di lapangan.

Relawan-relawan yang membantu dalam tragedi tersebut merupakan tindakan prososial, membantu tenaga medis dalam menangani korban yang berjatuhan, hingga melebihi tenaga medis di lapangan. Dari tragedi ditas tidak sedikit mengundang banyak orang untuk berempati dan berimpati atas kejadian tersebut. Menurut Rober dan Strayer dalam jurnal milik Gusti Yuli Asih mengungkapkan bahwa empati berhubungan dengan perilaku prososial. Begitu pun temannya yaitu simpati.

Lalu apa definisi tindakan prososial? Menurut Vanessa LoBue, dan kawan-kawan, yaitu perilaku yang bermanfaat bagi orang lain, seperti membantu, berbagai, dan menghibur. Sedangkan menurut Sukmo Bayu Suryo Buwono, segala perbuatan yang ditujukan untuk mengungkapkan kepedulian, memberikan manfaat itu merupakan perilaku prososial, seperti halnya contoh diatas, yang memberikan bantuan kepada korban. Bentuk umum perilaku prososial yaitu membantu orang, menolong orang, berbagi, dan lain sebagainya. Jadi garis besarnya yaitu perilaku prososial yaitu perilaku yang bermanfaat untuk orang lain.

Perilaku prososial ini harus ditumbuhkan sejak masa kanak-kanak dengan begitu pada saat dewasa anak akan memiliki kualitas prososial yang baik. Ada beberapa tahap perkembangan kualitas perilaku prososial menurut Nancy Eisenberg yaitu:

a). Tahap berorientasi pada kepentingan pribadi, anak berbuat baik bukan karena murni dari hatinya, melainkan didasari oleh konsekuensi jika si anak tidak berbuat baik. Contohnya, ketika anak selesai bermain dan si anak membereskan mainan tersebut. Ia membereskan mainan tersebut dengan alasan supaya orang tua tidak marah. Tahap ini pada usia pra-sekolah dan pada awal sekolah dasar.

b). Berorientasi pada kebutuhan, anak-anak sudah mulai menunjukkan rasa kepedulian terhadap orang lain walaupun tidak selaras dengan kepentingan dirinya. Artinya, anak sebatas merespon ketika orang lain membutuhkan bantuannya, tetapi anak masih belum bisa membayangkan jika anak berada diposisi tersebut. Tahap ini pada usia sekolah dasar dan sebagian sekolah menengah.

c). Munculnya kemampuan reflektif dan empati, anak berbuat baik telah melibatkan rasa empati, prinsip kemanusiaan, dan lain sebagainya. Contohnya ketika ada bencana, biasanya sekolah akan menggalang donasi, si anak akan menyumbang uang jajannya untuk berdonasi karena ia mulai membayangkan jika ia diposisi tersebut. Tahap ini pada usia sebagaian kecil sekolah dasar akhir dan moyoritas sekolah menengah.

d). Transisi, pengambilan keputusan untuk menolong atau tidak menolong didasari pertimbangan yang panjang dan melibatkan nilai norma, moral, agama, dan ada dorongan untuk merubah kondisi menjadi lebih baik. Tahap ini pada usia sebagaian kecil siswa sekolah menengah dan mereka berasal dari kelompok usia yang lebih tua.

e). Berorientasi pada nilai-nilai moral yang telah terinternalisasi dalam diri, pada tahap ini anak menolong atau tidak menolong dipengaruhi beberapa prinsip, seperti pada tahap sebelumnya, akan tetapi prinsip tersebut akan lebih terinternalisasi pada diri si anak. Tahap ini dijumpai pada usia sekolah menengah dan tidak pernah pada usia sekolah dasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun