Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Finansial Sehat Selama Ramadhan: Trik Jitu Menjaga Cashflow vs Kisah Sedih Bagi Banyak Orang

19 Maret 2024   15:22 Diperbarui: 19 Maret 2024   15:43 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3. Keluarga Yatim Piatu: Mengharap Keajaiban di Bulan Ramadhan

Sebuah keluarga yatim piatu dengan 3 orang anak kecil harus merasakan getirnya hidup tanpa orang tua di bulan Ramadhan. Mereka hanya mengandalkan belas kasihan dari tetangga dan donatur untuk dapat bertahan hidup.

"Kami hanya bisa berharap ada keajaiban di bulan Ramadhan ini. Kami ingin merasakan kebahagiaan seperti anak-anak lain, tapi kami tidak tahu bagaimana caranya," ungkap anak tertua dengan mata berkaca-kaca.

Kebijakan yang Kurang Efektif

Meskipun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk membatasi harga bahan pokok, namun kenyataannya harga di pasaran masih jauh dari terjangkau bagi kalangan miskin. Hal ini membuat mereka semakin terpuruk dalam kesulitan.

Solidaritas dan Kepedulian

Kisah-kisah sedih ini adalah bukti bahwa masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan di tengah gemerlapnya bulan Ramadhan. Diperlukan solidaritas dan kepedulian dari semua pihak untuk membantu mereka yang kurang beruntung.

Masyarakat, organisasi sosial, dan pemerintah perlu bekerja sama untuk mengatasi permasalahan ini. Bantuan langsung, program pemberdayaan ekonomi, dan kebijakan yang efektif untuk mengendalikan harga bahan pokok adalah solusi yang dibutuhkan.

Pengalaman Pribadi

Pengalaman saya di toko swalayan Budiman di Kota Padang tanggal 18 Maret 2024 mencerminkan kenyataan pahit yang dihadapi banyak orang di bulan Ramadhan ini. Kenaikan harga buah yang signifikan dan stok yang terbatas menambah beban bagi masyarakat, terutama kalangan miskin.

Anggur kemasan yang biasa menjadi pilihan untuk berbuka puasa kini menjadi barang mewah. Harganya yang naik dua kali lipat membuat banyak orang harus mencoretnya dari daftar belanja.

Pisang dan jeruk, yang merupakan buah-buahan lokal favorit untuk berbuka puasa, juga mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi. Hal ini membuat masyarakat harus mencari alternatif buah lain yang lebih murah.

Satu-satunya harapan tampaknya terletak pada salak, yang masih bertahan dengan harga Rp 15.000 per kilo. Namun, tidak semua orang menyukai salak, dan tidak semua orang mampu membelinya dalam jumlah banyak. Di bulan Ramadhan sepertinya salak tidak menjadi buah favorit, bahkan sewaktu saya tawarkan ke anak saya dia hanya menjawab dengan memandang sambil menggeleng.

Situasi ini tentu saja memprihatinkan. Di bulan yang penuh berkah ini, seharusnya semua orang dapat merasakan kebahagiaan dan kemudahan, bukan kesulitan dan kekecewaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun