Mohon tunggu...
Aulia Arafah
Aulia Arafah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

writing for enjoyment

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Memilih Metode Belajar yang Tepat

23 Oktober 2019   10:23 Diperbarui: 23 Oktober 2019   10:35 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam proses belajar, tentunya akan ada metode belajar yang diterapkan oleh pendidik. Dan setiap pendidik, tentu mempunyai metode-metode yang berbeda-beda untuk membangun situasi kelas atau proses belajar yang bisa membuat nyaman para peserta didiknya. Pendidik juga harus memperhatikan dalam pemilihan metode yang akan diterapkan. Seorang pendidik harus mengetahui dulu bagaimana latar belakang peserta didiknya agar bisa menerapkan metode yang pas sesuai porsinya. Hal ini bertujuan agar peserta didik juga bisa ikut nyaman dengan proses belajar yang ada dan bisa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Adapun bentuk atau metode belajar pada umumnya yaitu ada belajar abstrak, dimana dalam metode ini peserta didik diminta untuk menggambarkan dalam pikirannya secara abstrak. Tujuan dari metode ini yaitu agar peserta didik dapat memecahkan masalah yang tidak nyata. Contohnya seperti, belajar astronomi, tentunya kita tidak tahu betul bagaiman wujud dari luar angkasa, bintang-bontang, dsb. Kedua ada belajar keterampilan, yakni pembelajaran dengan menggunakan gerakan motorik, biasa kita jumpai pada pembelajaran olahraga.

Ketiga ada belajar sosial, dasar dari metode ini yakni agar peserta didik dapat memahami masalah-masalah dan dapat memecahkan masalah tersebut, seperti dalam pembelajaran PPKN, peserta didik diminta untuk memahami masalah perbedaan antara ras, suku, budaya, adat dalam setiap daerah di Indonesia, dan diharap dapat memecahkan masalah tersebut. Kemudian ada belajar pengetahuan, dimana peserta didik akan belajar dengan melakukan penyelidikan dan pendalaman terhadap suatu objek. Contohnya dalam pembelajaran sains, dimana peserta didik akan dihadapkan pada penelitian menggunakan alat-alat laboratorium, tujuannya agar peserta didik dapat menyelesaikan atau memahami suatu pengetahuan dengan cara khusus.

Tidak hanya metode pendidik yang digunakan untuk bisa menciptkan suasana pembelajaran dengan nyaman dan sesuai harapan, peserta didik juga ikut berperan didalamnya. Peserta didik juga harus menempuh beberapa tahapan dalam belajar. Sesuai dengan apa yang dikatakan Albert Bandura (dalam Syah,2005) yaitu suatu proses perubahan atau aktivitas belajar mengandung tahapan-tahapan yang satu dengan yang lainnya berkaitan. Adapun tahapan yang dimaksud yakni ada empat tahapan, tahap perhatian (attentional phase), tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase), tahap reproduksi (reproduction phase), tahap motivasi (motivation phase).

Pada tahap perhatian, peserta didik harus memfokuskan perhatiannya dalam teori yang disampaikan oleh pendidik. Jika peserta didik gagal dalam memberikan perhatianya maka teori yang disampaikan akan gagal. Oleh karena itu, seorang guru harus memberikan suatu metode yang menarik agar peserta didiknya dapat terfokus dan memperhatikan dengan baik. Pada tahap penyimpanan ingatan, peserta didik yang berperan besar pada tahap ini. Materi yang disampaikan oleh guru harus di ingat dan dipahamkan dengan baik, sehingga akan tertanam dalam ingatan. Tetapi pada masing-masing peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengingat, sehingga peserta didik harus mempunyai cara-cara tertentu untuk bisa mudah mengingat materi yang dismapaikan oleh guru.

Disini peran guru juga bisa di salurkan, seperti adanya evaluasi materi yang disampaikan. Sedangkan pada tahap reproduksi, dimaksudkan bahwa seorang peserta didik akan jauh lebih mudah mengingat suatu materi dengan adanya pengucapan simbolis. Sehingga guru bisa membuat isyarat pada suatu materi yang disampaikan agar peserta didk jauh lebih mudah dalam memahami dan mengingatnya. Dan tahap motivasi yakni tahap dimana akhir dari semua tahap. Agar peserta didik bersemangat dalam proses belajar, guru juga harus memberikan apresiasi atau reward pada peserta didik yang mampu menjalankan kegiatan belajar dengan baik, seperti pemberian pujian, hadiah, atau apresiasi nilai yang baik. Dan sebaliknya sikap yang diberikan oleh guru pada peserta didik yang kurang berprestasi mungkin bisa dengan memberikan pengertian atau nasehat, dan jika perlu seorang guru bisa memberikan suatu hukuman yang edukatif terhadap peserat didik. Hal ini bisa mendorong peserta didik agar lebih aktif dalam suatu proses pembelajaran.

Pada intinya, belajar adalah kegiatan atau proses dalam meningkatkan pola pikir dan memperbaiki perilaku manusia. Hakikatnya belajar tidak ada batasan umur. Semua manusia berhak dalam mengikuti proses belajar. Dan tidak hanya dalam lingkup sekolah saja, belajar juga bisa dilakukan dengan pengalaman yang ada.

Proses belajar sendiri di dalamnya terdapat hubungan guru dengan peserta didik yang harus dibangun dengan kekompakkan, agar prsoses belajar yang ada dapat menghasilkan hasil yang maksimal. Seorang guru harus memiliki metode yang baik dan tepat dalam penggunaan pengajaran pada peserta didik, dan peserta didik harus melewati tahapan belajar dengan baik, yaitu bisa fokus dalam proses belajar dan mengingat materi yang sudah disampaikan, agar proses belajar yang dilakukan berhasil dengan baik.

Daftar Pustaka

Dalyono. 2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Khodijah, Nyanyu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun