Mohon tunggu...
Lia Herliana
Lia Herliana Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Just another ordinary mommy who's trying to be extraordinary :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setangkup Rindu Buat Mel

8 Agustus 2011   07:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:59 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Mel, Ramadhan ini kamu pulang, ya! Mama kangen!”pinta Mama.

“Nggak bisa, Ma. Bulan ini banyak job nyanyi! Belum lagi jadi bintang tamu di acara sahur bareng Telkomsel, Ma,” kilah Mel. Terdengar Mama menghela nafas kecewa.

Bukan Mel tak rindu. Hanya saja, belakangan gadis 23 tahun itu memilih untuk mengindari perempuan yang telah melahirkannya itu. Bagi Mel, Mama semakin cerewet. Nyinyir. Sedikit-sedikit menasehati. Melarang Mel begini begitu. Memprotes penampilan Mel yang menurut beliau terlalu berani. Mengkritik caranya bergaul dengan rekan sesama artis. Membuat Mel merasa tak nyaman.

“Ma, Mel kan pendatang baru. Kalau mau survive, Mel harus tampil menarik. Supel. Ramah,” Mel membela diri.

“Mama tahu. Tapi, janganlah terlalu berani begitu, Mel. Kamu anak gadis mama satu-satunya. Mama ingin kamu bisa menjaga diri dan kehormatanmu.”

“Alaah, Mama pasti sudah termakan gosip-gosip infotainment! Masa Mama lebih percaya sama mereka ketimbang Mel?” sergah Mel emosi. Telepon dimatikan dengan kasar.

....

Puasa pertama, jelang sahur. Wanita pertengahan lima puluhan itu mendesah, lalu mematikan televisi. Menyaksikan anak kesayangannya tertawa lepas di layar kaca, memberinya dua rasa yang berbeda. Satu sisi, ia bangga, anaknya telah meraih kegemilangan. Namun, naluri keibuannya sangat mencemaskan kegelapan dunia yang tengah digandrungi anaknya itu.

“Mel, kalau saja kamu tahu, betapa Mama mengkhawatirkanmu,” lirihnya, di dalam sujud panjangnya malam itu.

....

Sementara itu, di sebuah pub di selatan Jakarta. Mel begitu menikmati suasana malam ini. Dentuman musik yang menghentak, kerlip lampu disko, tawa dan celoteh ceria di sekitarnya. Beberapa orang mengerumuninya, menyanjungnya tiada henti.

Mel, si bintang pop baru, sedang menikmati dunianya. Kesuksesannya. Dan semua itu hampir membuatnya lupa diri. Apa yang tersaji di depan matanya, selalu tampak indah dan benar. Sementara, semua yang berlawanan arah dengan kesenangannya, mutlak salah.

Termasuk seorang lelaki muda nan tampan, yang sedari tadi tak melepaskan rengkuhannya di pundak Mel. Pemuda yang beberapa bulan terakhir ini mengisi hari-hari Mel. Membuat Mel jatuh cinta setengah mati. Laki-laki yang dikiranya adalah sang pencinta. The right one for Mel.

Mel masih menebar senyum. Menyesap nikmat, tanpa menyadari selarut serbuk jahanam dalam gelas minumannya. Sang kekasih, tersenyum penuh arti.

(344 kata)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun