Mohon tunggu...
AUGUSTA FARAWANSA FIRDAUS
AUGUSTA FARAWANSA FIRDAUS Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

Mahasiswa Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Master Of Ceremony di berbagai acara formal dan semi formal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sarjana, Jaminan Kerja?

27 Agustus 2023   12:50 Diperbarui: 27 Agustus 2023   12:59 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sarjana bukan jaminan kerja? Begitulah kebanyakan pola pikir atau cara pandang masyarakat yang jauh tempat tinggalnya dari perkembangan teknologi. Namun apakah pernyataan itu benar adanya?

Dewasa ini banyak sekali timpang tindih permasalahan yang banyak terjadi di Indonesia. Ya, salah satunya adalah Pendidikan. Satu masalah yang banyak mengaitkan masalah-masalah lain.

Namun, apakah pernyataan tersebut benar adanya?

Di Indonesia, seorang anak wajib belajar minimal 12 tahun. Namun bagaimana dengan anak-anak yang tidak meneruskan pendidikannya karena keadaan ekonomi mereka? Atau dengan mereka yang terpaksa berhenti bersekolah karena adat istiadat daerah mereka atau pola pikir orang tua mereka yang masih terbawa dengan Pendidikan jaman dahulu? Fungsi utama keluarga adalah memberikan pendidikan secara khusus pada anak. Mengapa demikian? Menurut Ki Hadjar Dewantara, keluarga adalah sentra pendidikan yang paling utama dan pertama bagi anak.

Namun, yang mempengaruhi cara pandang mereka bukan hanya adat istiadat zaman dahulu. Dewasa ini, jika kita berkaca pada keadaan pola pendidikan dan lulusan sarjana saat ini sangat-sangat memprihatinkan. Mengapa seperti itu? Mengapa para sarjana yang telah mengenyam pendidikan lebih dari batas wajib mereka tapi tidak mendapatkan pekerjaan sesuai dengan gelar yang mereka dapatkan? Memang tidak dapat disangkal dari segi manapun bahwa pendidikan adalah suatu investasi terbesar yang bisa dilakukan sejak dini untuk masa depan dan tidak bisa dinafikan pula bahwa pendidikan adalah salah satu investor pengangguran terbesar terdidik yang dewasa ini memberatkan pada bidang-bidang terntentu, terutama bidang ekonomi. Kurangnya Pendidikan softskill dan jiwa kewirausahaan pada mahasiswa sangat memungkinkan hal ini terjadi.

Mari kita cermati sejenak, yang sekarang memiliki perusahaan-perusahaan besar di Indonesia ternyata bukan dari kalangan orang-orang yang memiliki gelar yang tinggi pada masa pendidikannya dulu. Mereka meningkatkan softskill dan jiwa wirausaha dalam diri mereka, memiliki jiwa yang gigih dan tidak pernah takut untuk mencoba adalah salah satu kuncinya. Sekarang, mari kita berkaca pada keadaan para pemuda kita zaman sekarang, nilai semangat pada diri mereka sudah mulai berkurang. Perlunya menanamkan mindset untuk merintis sebuah value dari seorang pemuda zaman sekarang adalah suatu project besar. Tuntutan ini termasuk besar jika yang berperan aktif hanyalah pemuda saja. Eloknya untuk menuntut sebuah perubahan, maka semua pihak juga harus menuntun perubahan tersebut. Dalam artian tidak hanya menuntut tapi juga menuntun.  Maka dari itu untuk pihak terdekat yang bisa dilibatkan adalah orang tua dan keluarga.

Bagaimana cara yang efektif untuk menuntun keluarga agar bisa berpartisipasi dalam hal ini?

Banyak diluaran sana, orang tua memiliki harapan yang besar pada pendidikan yang diperuntukkan kepada anaknya yang dianalogikan pendidikan adalah investasi utama, karena menurut mereka jika orang yang "bergelar"  maka akan mudah jalannya untuk mendapatkan sebuah posisi kerja yang mapan dan sesuai dengan jurusan yang mereka ambil. Dan saat ini cara pandang yang demikian adalah "SALAH".

Cara pandang tersebut lama kelamaan akan menimbulkan sebuah kekecewaan jika sebuah institusi tempat seorang mahasiswa tersebut menimba ilmu tidak bisa membukakan sebuah lapangan pekerjaan bagi lulusannya. Perlu kita ketahui bahwa yang paling ideal dalam dunia pendidikan adalah bagaimana sebuah karakter itu dibentuk, bagaimana sebuah ilmu itu dapat disampaikan dan tersampaikan, bagaimana ilmu yan tersampaikan tersebut dapat terealisasikan dan yang paling utama adalah bagaimana sebuah mindset dan jiwa wirausaha itu bisa merintis sebuah value dari pemuda tersebut. Pada dasarnya, apapun gelar yang tertulis di ijazah tidak menentukan orang tersebut bisa merealisasikan menjadi sebuah lowongan pekerjaan, ijazah hanya sebuah tanda bahwa orang tersebut pernah duduk di bangku sekolah.       

Di sisi lain, banyak kalangan pemuda yang ingin meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi dengan tekat yang lebih besar akan tetapi terkendala oleh biaya. Hal itu karena kurang meratanya kemajuan-kemajuan pendidikan disetiap daerah. Namun, apakah hal tersebut akan menciutkan nyali mereka? Tentu tidak. Dalam sebuah kisah disuatu lingkungan daerah di Jawa banyak sekali anak-anak gadis seumurannya bahkan dibawahnya sudah menikah dan bahkan sudah memiliki anak. Mengapa hal itu bisa terjadi? Pada kenyataannya, kurangnya tenaga terdidik di daerah tersebut yang sangat memungkinkan remaja/pemuda didaerah tersebut memutuskan untuk menikah dini karena tuntutan ekonomi, juga karena daerah rumahnya yang masuk dalam kategori 3T. Dengan keadaannya tersebut, hanya tersisa dia. Gadis yang hidup di lingkungan tersebut yang tidak mengikuti jejak para remaja seumurannya. Apa yang memotivasinya? Dia hanya mendapat satu kalimat yang diucapkan oleh ayahnya, " Kamu ga harus jadi orang kaya, kamu ga harus jadi orang sukses dimata semua orang, kamu akan ayah anggap sukses kalau kamu bisa membantu untuk merubah nasib dan keadaan sedikit demi sedikit orang-orang dilingkungan kita dengan usahamu sendiri."  Hingga pada satu titik, dia bertekat untuk mewujudkan apa yang ayahnya ucapkan. Dengan segala kemampuan yang ia miliki, dia memulai hal-hal kecil dengan merubah mindset yang ia miliki. Dia ber-mindset bahwa sarjana memang bukan jaminan kerja, akan tetapi dengan sarjana, dia bisa mendapat berbagai hal yang ia tidak ketahui. Hingga pada akhirnya, dia berjuang keras agar dia mendapat beasiswa dan meyakinkan orang tuanya untuk merantau dan pulang membawa sebuah pesan kesuksesan yang memotivasinya dari ayahnya.

Dari sebuah kisah tersebut, peran orang tua sangat penting dalam pembentukan mindset anak dalam memandang berbagai kesuksesan masa depan. Sukses itu ngga harus kaya, sukses itu ngga harus jadi pujaan orang banyak, cukup bermanfaat bagi orang lain disekitarmu akan membawa pada jalan kesuksesan yang sebenar-benarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun