Microteaching merupakan salah satu metode pelatihan mengajar yang sangat penting bagi calon guru, khususnya mereka yang akan mengajar di jenjang Sekolah Dasar (SD). Dalam dunia pendidikan anak, pendekatan yang digunakan tidak bisa disamakan dengan jenjang yang lebih tinggi. Anak-anak usia SD membutuhkan metode belajar yang menyenangkan, interaktif, dan penuh empati. Untuk itu, microteaching menjadi sarana ideal untuk mengasah keterampilan tersebut sebelum menghadapi siswa yang sebenarnya.
Melalui microteaching, calon guru dapat mencoba berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia SD—seperti penggunaan lagu, permainan edukatif, media visual, dan pendekatan komunikatif yang ramah anak. Tidak hanya itu, microteaching juga membantu guru memahami bagaimana cara membangun suasana kelas yang positif, mengelola emosi anak, hingga menciptakan interaksi yang membangun semangat belajar.
Yang tak kalah penting, microteaching memberikan ruang untuk evaluasi dan perbaikan. Calon guru bisa mendapat masukan langsung dari dosen atau teman sejawat mengenai cara menyampaikan materi, cara berbicara dengan anak, hingga bagaimana bersikap di depan kelas. Hal ini tentu sangat berguna, karena mengajar anak bukan hanya soal menyampaikan materi, tetapi juga soal menjadi figur yang menyenangkan, sabar, dan mampu menjadi teladan.
Dengan kata lain, microteaching bukan hanya soal latihan mengajar, tapi juga tentang membentuk karakter guru yang peka terhadap dunia anak. Oleh karena itu, microteaching seharusnya terus dikembangkan dan diperkaya, agar mampu melahirkan guru-guru SD yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga kreatif, penuh kasih, dan siap menjadi inspirasi bagi para siswa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
