Mohon tunggu...
Audy Kalangi
Audy Kalangi Mohon Tunggu... -

Lahir di Tomohon, tidak pernah di wisuda dalam urusan belajar, mengembangkan diri dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Sulawesi Utara Mau Dibawa Kemana?

29 Desember 2017   18:14 Diperbarui: 29 Desember 2017   22:29 1900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan Di Sulawesi Utara Mau Dibawa Kemana?

"Dalam sejarah Indonesia, salah satu daerah yang pendidikan umumnya yang terlambat adalah kita (Sulsel). Bayangkan di tahun 1920 sudah ada doktor orang Manado sementara di Sulsel orang bergelar sarjana baru pada tahun 1949, Bahkan guru-guru yang ada di Sulsel pertama kali didatangkan dari Manado dan Ambon.

Dewasa ini baru ada pembaharuan pendidikan di Sulsel. Sekarang Makassar itu merupakan pusat pendidikan kawasan timur sama posisinya dengan Malang, Yogjakarta dan Bandung",  kata wakil presiden Jusuf Kalla saat memberikan sambutan pada peresmian Gedung Guru Jusuf Kalla di Makasar pada bulan Juli 2017. Bagaimana dengan kondisi pendidikan di Sulawesi Utara?

Membaca salah satu media nasional pada tanggal 26 Desember 2017, hati rasanya seperti tersayat-sayat melihat hasil uji kompetensi guru yang menempatkan Sulawesi Utara berada pada urutan 25 dengan nilai 51, 65 dan berada dibawah standar nasional yang bernilai 56,69. Provinsi Gorontalo yang merupakan adik kita berada di urutan 21 dengan nilai 52,31.

Pikiran saya langsung melayang kepada murid-murid yang diajar oleh guru tersebut. Apa yang akan terjadi dengan mereka 10 dan 20 tahun mendatang?.  Inilah yang akan menjadi wajah Sulawesi Utara dalam beberapa tahun kedepan.

Salah satu koran lokal juga melansir tentang  angkatan kerja berpendidikan rendah dominan di Sulut, seakan mempertegas tentang betapa SDM di Sulut sudah tertinggal jauh. Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2017 menunjukkan angkatan kerja berpendidikan SD ke bawah sebanyak 468,4 ribu orang (39,63 persen). Sedangkan penduduk bekerja dengan pendidikan Diploma sebanyak 33,4 ribu orang (2,82 persen) dan penduduk bekerja dengan pendidikan Universitas hanya sebanyak 92,9 ribu orang (7,86 persen).

Ditengah kondisi pendidikan yang memprihatinkan ini, kita sudah masuk dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), dimana para perkerja dari negara-negara Asean bisa bebas bekerja di semua negara Asean. UMP Sulut yang telah ditetapkan sebesar Rp 2.824.286 merupakan UMP terbesar ketiga di Indonesia dan paling besar di Pulau Sulawesi. Dengan kondisi ini, akan membuka peluang bagi para pencari kerja di luar Sulut untuk datang mencari pekerjaan dan dengan bekal pendidikan yang lebih baik tentunya. Akibatnya angkatan kerja di Sulut akan kalah bersaing dengan para pencari kerja dari luar daerah.

Perbaikan yang sudah dimulai di UNSRAT dan UNIMA sebagai lembaga pendidik tenaga pendidikan harus kita apresiasi,meskipun masih memerlukan waktu untuk dapat mengejar ketinggalan demi mempersiapkan generasi Sulut yang lebih berdaya saing. Komitmen gubernur dan wakil gubernur seperti yang tertuang dalam visi dan misinya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkepribadian dan berdaya saing masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan.  UNIMA yang berada di urutan 53 universitas di Indonesia, dan sebagai salah satu lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang dipercaya pemerintah, memiliki peran strategis dalam mempersiapkan tenaga kependidikan.

Guru adalah pilar pendidikan itu sendiri. Maju mundurnya suatu bangsa akan ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan seperti kata Nelson Mandela adalah kekuatan. Kekuatan untuk bangkit dan merubah keadaan. Memang guru tidak harus menanggung semua beban untuk menghasilkan generasi Sulut kedepan. Tanggung jawab guru yang besar ini haruslah mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Mencermati hasil kompetensi guru tersebut, ada banyak cara dan masukan untuk membangkitkan kembali semangat pendidikan (tomoutou) di bumi nyiur melambai Sulawesi Utara. Seperti diskusi yang terjadi di salah satu group WA, pertanyaan yang mengemuka akan dimulai dari mana, kapan dan siapa yang mau terlibat?.

Pertanyaan ini adalah buat kita semua, dan bukan hanya ditujukan buat pemerintah (eksekutif), legislative yang membuat peraturan dan penganggaran, tapi ini harus menjadi tanggung jawab bersama. Daripada memaki kegelapan, lebih baik memasang lilin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun