Bandung - Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Herry Suhardiyanto menegaskan bahwa sistem ekonomi ekstraktif yang abai terhadap lingkungan sering menimbulkan dampak jangka panjang.Â
Meski menghasilkan profit, kata Herry, keuntungan tersebut kerap tidak adil karena sebagian pihak meraih lebih banyak, sementara kerusakan lingkungan ditanggung bersama.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam pembukaan Program Askara Greenpreneur Academy 2025 di Auditorium KH Ahmad Dahlan UM Bandung pada Sabtu (13/09/2025).Â
Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan kerja sama antara UM Bandung dan Kitabisa.ORG sebagai bentuk kolaborasi penguatan wirausaha hijau.
Herry menjelaskan, banyak negara kini mengadopsi konsep triple bottom line (TBL) yang menyeimbangkan ekonomi, sosial, dan lingkungan.Â
Ia juga menyinggung konsep Triple-P yang menekankan profit, people, dan planet sebagai pilar utama bisnis berkelanjutan. Menurutnya, perusahaan harus menggabungkan keberlanjutan usaha dengan kepedulian terhadap masyarakat dan kelestarian alam.
Ia menegaskan bahwa pengusaha yang merusak lingkungan harus diingatkan agar lebih peduli terhadap keberlanjutan. "Solusi terbaik adalah menyiapkan aktivitas ekonomi yang menyatukan profit dengan tanggung jawab lingkungan," ucapnya.
Rektor berharap peserta Askara Greenpreneur Academy menjadi entrepreneur yang mampu mengolah sampah dan limbah menjadi usaha produktif.Â
Menurutnya, industri berwawasan lingkungan adalah keniscayaan dan anak muda harus berani menunjukkan kepedulian itu karena dianggap keren, hebat, dan berdampak positif.
Ketua Pelaksana Askara Greenpreneur Academy M Nur Afif Aulia menjelaskan bahwa program ini menjadi ruang belajar sekaligus wadah tumbuh bagi wirausahawan hijau.Â