Mohon tunggu...
Attalia Meta
Attalia Meta Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga Tahun 2023

Mahasiswa Universitas Airlangga jurusan Bahasa dan Sastra Jepang tahun 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perbandingan Tradisi Pertumbuhan Anak di Jepang dan Indonesia

17 April 2025   02:21 Diperbarui: 17 April 2025   02:21 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Okuizome.  Foto: Shutter Stock

Dalam upacara ini, keluarga akan menyiapkan hidangan lengkap yang terdiri dari nasi, ikan panggang (biasanya ikan laut seperti ikan kakap merah), sup, acar, serta sebuah batu kecil yang diambil dari kuil Shinto. Namun, jenis ikan bisa disesuaikan dengan kondisi dan ketersediaan di masing-masing daerah, sehingga tidak selalu harus jenis tertentu.

Yang menarik, peralatan makan untuk okuizome dibuat khusus, terdiri dari mangkuk, piring, sumpit, dan nampan kecil. Desain dan warna alat makan ini bisa berbeda-beda tergantung daerahnya. Umumnya, alat makan untuk bayi laki-laki berwarna hitam dengan hiasan merah, sedangkan untuk bayi perempuan menggunakan kombinasi warna merah atau hitam-merah. Perbedaan ini mencerminkan estetika budaya dan simbolik tradisional masyarakat Jepang.

Proses makan dilakukan secara simbolis: bayi tidak benar-benar makan, melainkan hanya “disuapi” oleh anggota keluarga tertua—biasanya kakek, nenek, atau yang dituakan—sebagai bentuk doa agar bayi kelak dapat hidup berkecukupan dan memiliki gigi yang kuat. Setelah itu, batu kecil ditempelkan secara lembut ke mulut bayi sebagai simbol kekuatan dan kesehatan gigi.

Di masa kini, seiring perkembangan zaman, banyak restoran di Jepang yang menyediakan paket khusus okuizome set, lengkap dengan hidangan tradisional dan peralatan makan khas, sehingga memudahkan keluarga dalam menjalankan tradisi ini tanpa harus menyiapkan semuanya sendiri di rumah.

Tradisi ini tidak secara langsung memiliki padanan dalam budaya Indonesia, tetapi semangatnya—yaitu doa dan syukur atas pertumbuhan anak—tetap dapat ditemukan dalam berbagai bentuk syukuran keluarga yang menandai perkembangan penting sang bayi.

Hatsu Tanjou (初誕生) adalah perayaan ulang tahun pertama bayi yang dianggap sebagai tonggak penting dalam pertumbuhan anak di Jepang. Salah satu elemen khas dalam perayaan ini adalah ritual Isho Mochi (一升餅), di mana bayi diminta untuk membawa mochi seberat sekitar 1,8 kilogram. Mochi tersebut biasanya dimasukkan ke dalam ransel kecil yang dikenakan oleh bayi, dan setelah itu bayi didorong untuk menginjak mochi tersebut.

Mochi dalam ritual ini memiliki makna simbolik yang kuat—melambangkan harapan agar sang anak tumbuh kuat, sehat, dan memiliki kehidupan yang panjang serta sejahtera. “Isho” (一升) juga merupakan permainan kata dengan “hidup sepanjang usia” (一生, isshou), sehingga mochi tidak hanya menjadi simbol makanan, tetapi juga doa untuk kehidupan yang penuh berkah.

Di Indonesia, perayaan ulang tahun pertama anak juga menjadi momen penting bagi keluarga. Namun, bentuk perayaannya biasanya lebih sederhana dan modern, seperti mengadakan syukuran bersama keluarga serta membagikan makanan. Tidak terdapat ritual khusus seperti membawa atau menginjak mochi, namun esensinya tetap sama, yakni sebagai bentuk rasa syukur atas pertumbuhan anak dan doa agar ia terus diberi kesehatan serta keberkahan di masa depan.

https://wattention.com/shichigosan-7-5-3/ 
https://wattention.com/shichigosan-7-5-3/ 

Shichi-Go-San (七五三) secara harfiah berarti "tujuh–lima–tiga" dan merupakan ritual tradisional di Jepang yang dirayakan untuk anak-anak yang berusia 3 tahun (perempuan), 5 tahun (laki-laki), dan 7 tahun (perempuan). Perayaan ini umumnya dilaksanakan setiap tanggal 15 November, meskipun beberapa keluarga melakukannya pada akhir pekan terdekat agar lebih praktis.

Tradisi ini bermula dari kepercayaan zaman dahulu bahwa angka 3, 5, dan 7 merupakan usia-usia penting dalam pertumbuhan anak. Di masa lalu, banyak anak tidak mampu bertahan hidup hingga usia tersebut, sehingga ketika seorang anak mencapai usia ini, keluarga merasa perlu mengungkapkan rasa syukur dan memanjatkan doa agar anak tetap sehat dan panjang umur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun