Mohon tunggu...
Daniel Yonathan Missa
Daniel Yonathan Missa Mohon Tunggu... Administrasi - Anak kampung

Saya anak kampung yang kampungan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bandit Komunikasi

11 Juni 2018   21:06 Diperbarui: 11 Juni 2018   21:24 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Motif merupakan faktor penggerak seseorang melakukan tindakan-tindakan tertentu, tidak terkecuali tindakan komunikasi. Karena itu, siapa pun yang hendak mengukur atau mengetahui motif seseorang, tidak bisa tidak, ia harus menunggu hingga motif yang telah terkonversi dalam aktivitas komunikasi itu dinyatakan.

Maksudnya, kita hanya dapat menyatakan seseorang konsisten atau inkonsistensi dalam perkataannya apabila memperlihatkan tingkah laku yang tidak berseberangan dengan kata-katanya. Memang dari sudut pandang disiplin ilmu psikologi, hal ini mungkin saja dilakukan dengan memperhatikan body language sang komunikator (komunikasi nonverbal), tetapi harus diakui pula bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang pasti.

Ada komunikator yang berkomunikasi karena berdasarkan motif yang benar atau tulus. Mereka adalah orang-orang yang tampil apa adanya, tidak memiliki maksud terselubung, sungguh-sungguh peduli, dan  memperjuangkan kepentingan komunikan hingga terrealisasi.

Orientasi mereka adalah kepentingan komunikan, bukan kepentingan mereka semata. Namun, ada pula  orang yang berkomunikasi secara tidak benar atau tidak tulus. Terpusat kepada kepentingan diri mereka sendiri, ingin selalu terlihat perfect dalam berbagai hal, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan merupakan ciri utama orang-orang ini.

Bandit Komunikasi

Setiap orang yang berkomunikasi dengan motivasi serampangan memasukkan dirinya ke dalam kelompok bandit komunikasi. Entah apa yang ada dalam pikiran Anda ketika membaca istilah ‘bandit komunikasi’? Jika boleh menduga, mungkin Anda mulai membedah istilah tersebut menjadi dua kata sehingga mudah dipahami, sebagaimana yang pernah saya lakukan ketika berkenalan dengan istilah ini beberapa waktu lalu. Kita akrab dengan istilah ‘Bandit’ karena istilah ini bukanlah istilah yang asing bagi kita.

Bahkan mungkin kita pernah menggunakan istilah tersebut beberapa kali. Karena itu, ketika berjumpa dengan istilah ini pemikiran kita langsung terarah pada hal-hal negatif dan buruk. ‘Bandit’ selalu mengacu kepada para pelaku kejahatan. Dan memang kata ‘bandit’ merupakan penggambaran tentang individu atau kelompok tertentu yang biasa melakukan tindak kriminal, seperti perampokan, pencurian, dan sebagainya.

Tidak ada orang yang dijuluki bandit padahal sepanjang hidupnya ia tidak pernah melakukan tindak kriminal. Lain halnya dengan istilah ‘komunikasi’. Meski tidak semua orang menggunakan istilah ini dalam berbagai kesempatan, namun tidak berarti mereka sama sekali tidak memiliki pengertian tentang istilah komunikasi itu sendiri. Minimal, tidak ada persepsi negatif.

Rupanya identitas setiap orang yang berkomunikasi, baik komunikator maupun komunikan, penting untuk diketahui. Tujuannya tidak lain daripada agar kita dapat menentukan sikap dan keputusan secara tepat. Pengenalan kepada orang/pihak yang berkomunikasi dengan kita membuat kita dapat membuka atau menutup diri terhadapnya. Lagipula sikap dan keputusan kita: menerima atau menolak pesan atau berita yang dikomunikasikan bergantung pada pengetahuan atau pengenalan kita akan teman komunikasi kita.

Nah, apakah ‘bandit komunikasi’ itu? Istilah ini terdiri dari dua kata, yaitu ‘bandit’, yang oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013) diartikan sebagai penjahat; pencuri, dan ‘komunikasi’ yang memiliki arti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Komunikasi juga memiliki arti hubungan; kontak; dan perhubungan. Keit Davis (1996) menerangkan komunikasi sebagai cara menyampaikan gagasan, fakta, perasaan dan nilai kepada orang lain. Komunikasi juga diartikan sebagai usaha mendorong orang lain menginterpretasikan pendapat seperti apa yang dikehendaki oleh orang yang mempunyai pendapat tersebut (Sukanto Reksohadiprodjo & T. Hani Handoko, 2001).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun