Mohon tunggu...
Atika Wahidhotul Nafakhna
Atika Wahidhotul Nafakhna Mohon Tunggu... Mahasiswa Gizi

Hai, aku Tika! Mahasiswa Gizi Universitas Tidar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bakpia Lebih dari Sekadar Oleh-Oleh Khas Yogyakarta

17 Juni 2025   01:33 Diperbarui: 17 Juni 2025   01:40 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bakpia Kukus Tugu Jogja (Sumber: jogjaaja.com)

Pernah mencium wangi bakpia hangat saat jalan-jalan di Malioboro? Atau membawa pulang satu kotak isi sepuluh sebagai oleh-oleh untuk keluarga? Bakpia memang bukan sekadar camilan biasa. Di balik kelezatan sederhana kue manis berisi kacang hijau ini, tersimpan kisah panjang tentang perjalanan budaya dari negeri Tiongkok hingga akhirnya menjadi ikon kuliner Yogyakarta yang tak tergantikan.


Siapa sangka, bakpia yang kini identik dengan Jogja ternyata berasal dari Tiongkok dengan nama asli "lu dou bing" atau "touk lu pia" yang artinya kue kacang hijau. Bahkan konon bakpia terinspirasi dari kue bulan yang terkenal itu. Bedanya, bakpia asli Tiongkok menggunakan isian daging babi, bukan kacang hijau seperti yang kita kenal sekarang. Bakpia mulai dikenal di Yogyakarta sekitar tahun 1940-an berkat seorang pedagang Tionghoa bernama Kwik Sun Kwok dari Wonogiri. Dia memulai usaha dengan menyewa tempat di Kampung Suryowijayan, Mantrijeron. Cara jualannya pun sederhana, berkeliling dari rumah ke rumah menawarkan kue buatannya.

Dua Jalur Perkembangan Bakpia
Perkembangan bakpia di Yogyakarta mencatat dua jalur. Ketika Kwik Sun Kwok pindah tempat, Niti Gurnito, seorang warga lokal, melanjutkan produksi bakpia di lokasi yang ditinggalkan. Dari sinilah lahir Bakpia Tamansari yang kemudian berkembang hingga ke Prambanan, Sleman, dan Bantul.

Sementara itu, Liem Bok Sing, seorang pedagang arang dari Dagen, juga mulai tertarik dengan bisnis bakpia setelah berinteraksi dengan Kwik Sun Kwok. Pada 1948, dia mulai usaha sendiri dan tahun 1955 memindahkan usahanya ke daerah Pathuk dengan nama Bakpia Pathuk 75. Daerah Pathuk inilah yang kemudian menjadi pusat industri bakpia dengan banyak warga yang ikut terjun ke bisnis serupa.

Kesuksesan kedua merek ini membuktikan betapa baiknya penerimaan masyarakat lokal terhadap bakpia. Seiring berjalannya waktu, bakpia terus berkembang. Kemasan yang dulunya cuma pakai koran atau besek bambu kini berganti kotak karton yang lebih menarik. Variasi rasanya pun makin beragam, dari yang awalnya hanya kacang hijau, sekarang ada cokelat, keju, ubi ungu, bahkan durian.

Jenis-Jenis Bakpia yang Berkembang
Bakpia khas Jogja ternyata punya dua jenis utama. Pertama, bakpia basah yang teksturnya lembut dan halus karena proses pembuatannya menggunakan lebih banyak air atau minyak. Sayangnya, bakpia jenis ini cuma tahan 4-5 hari karena mudah berjamur.
Kedua, bakpia kering yang teksturnya lebih renyah dan tahan lebih lama, sekitar 10-15 hari. Proses pemanggangan bakpia kering membutuhkan waktu lebih lama dengan api yang lebih besar.

Inovasi terbaru yang menarik adalah bakpia kukus. Bakpia Kukus Tugu Jogja menjadi pelopor bakpia kukus pertama di Yogyakarta dengan memadukan konsep tradisional dan modern. Bentuknya tidak pipih seperti bakpia biasa, tapi lebih membulat dengan pilihan isian yang variatif.

Bakpia kering (Sumber: javaprivatetour.com)
Bakpia kering (Sumber: javaprivatetour.com)

Kunci Keberhasilan: Adaptasi Budaya
Rahasia utama kesuksesan bakpia di Indonesia terletak pada kemampuan adaptasinya yang luar biasa. Perubahan paling penting adalah penggantian isian daging babi dengan kacang hijau, serta penggunaan minyak nabati menggantikan lemak babi. Perubahan ini memungkinkan bakpia diterima mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam. Bakpia menjadi makanan yang inklusif dan sesuai dengan norma lokal. Kepintaran dalam menyesuaikan diri dengan budaya setempat inilah yang membuat bakpia cepat diterima sebagai bagian dari kuliner lokal.

Selain adaptasi bahan, inovasi rasa yang terus berlanjut juga penting untuk menjaga daya tarik bakpia. Para produsen tidak pernah berhenti berkreasi menghadirkan varian baru untuk memenuhi selera konsumen yang makin beragam. Keseimbangan antara mempertahankan tradisi dan merangkul inovasi menjadi kunci kelangsungan bakpia jangka panjang.

Bakpia rasa durian (Sumber: bakpiajuwarasatoe.com)
Bakpia rasa durian (Sumber: bakpiajuwarasatoe.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun