Mohon tunggu...
Atikah
Atikah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Magister Ekonomi Syari'ah UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Money

Peluang Bank Syariah dalam Menghadapi Outlook Ekonomi Tahun 2017

25 Februari 2017   04:59 Diperbarui: 25 Februari 2017   14:00 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sebelum berbicara tantangan lembaga keuangan syariah dalam menghadapi tantangan outlook kebijakan Bank Indonesia 2017, hal pertama yang perlu diketahui adalah gambaran tentang anggaran pendapatan dan belanja negara 2017 sebagai stimulus fiskal untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi. Penerimaan perpajakan menjadi tantangan utama fiskal tahun ini sebagai akibat dari tingginya target penerimaan pajak ketimbang pertumbuhan riil yang selama ini tercapai. Tidak mudah bagi pemerintah untuk mencapai target pajak 2017.

Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia membukukan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi pada 2011, yakni 6,17 persen. Hal ini lebih banyak disebabkan faktor eksternal berupa kenaikan harga komoditas. Namun, seiring harga komoditas yang anjlok pasca 2011, pertumbuhan ekonomi indonesia juga melambat. Dalam 10 terakhir, titik nadir pertumbuhan PDB terjadi pada 2015, yakni 4,88 persen. Pada 2014, perkenomian tumbuh 5,01 persen. Pada 2016, pertumbuhan ekonomi sedikit membaik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,02 persen. Nilai kegiatan ekonomi secara agregat mencapai Rp 12.407 triliun. Pertumbuhan ekonomi 2016 memutus tren perlambatan pertumbuhan sejak 2011, namun kemampuan perekonomian indonesia untuk tumbuh masih terbatas akibat kinerja sektor industri, pertanian, dan pajak yang belum optimal. Dari aspek lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi dibukukan sektor yang kontribusinya relatif kecil terhadap  PDB. Jasa keuangan dan asuransi mencatat pertumbuhan tertinggi yakni 8,9 persen padahal kontribusinya terhadap PDB hanya 4,2 persen. Sektor informasi dan komunikasi yang kontribusinya terhadap PDB hanya 3,62 persen tumbuh 8,9 persen. Sektor dengan kontribusi terbesar terhadap PDB yakni industri pertanian justru tumbuh terbatas. Sektor industri yang kontribusinya terhadap PDB mencapai 20,51 persen hanya tumbuh 4,29 persen.

Struktr PDB berikut pertumbuhan masing-masing sektor tersebut menggambarkan basis ekonomi indonesia yang terlanjur timpang. Sektor yang tumbuh cepat dan tinggi adalah sektor yang permintaannya didominasi kalangan menengah-atas. Hal ini tidak banyak menciptakan lapangan kerja. Sementara sektor yang menjadi mayoritas rakyat indonesia menggantungkan hidup, tumbuh terbatas dan melambat. Padahal sektor ini merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja.

Melihat fenomena tersebut, peran apa yang harus dilakukan oleh lemabga keuangan syariah untuk mampu menjadikan stabilitas ekonomi indonesia. Dari rekam jejak perekonomian di atas yang sangat timpang, sektor riill menjadi peluang terbesar bagi bank syariah. Bank syariah yang lebih menitik beratkan pada sektor riil inilah yang diharapkan mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB.

Ada beberapa poin penting dalam arah bauran kebijakan BI pada tahun 2017. Pertama, Bank Indonesia akan melakukan stabiltas nilai tukar dengan cara meminimalkan capital. Di antaranya akan mengeluarkan kebijakan sistem pembayaran yang lebih maksimal seperti NPG dan GNNT, Fasilitasi pembayaran Bantuan Sosial (Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, Keluarga Harapan dll).

Hal ini bisa menjadi peluang tersendiri bagi lembaga keuangan syariah, karena apabila bank syariah mampu menjadi mitra BI dalam penyaluran bantuan sosial ke seluruh lapisan masyarakat, maka masyarakat mudah mengenal bank syariah, dan bank syariah dengan mudah mengenalkan produk-produk lainnya kepada masyarakat. Perbankan juga akan disokong sepenuhnya oleh Bank Indonesia, karena bank indonesia di tahun 2017 akan meningkatkan liquiditas perbankan dan akan mendorong sektor pembiayaan dan kredit guna untu meningkatkan perekomian di sektor riil.

Outlook perbankan syariah 2017 disusun dengan asumsi-asumsi makro berikut ini.  Pertama, ekonomi global masih stagnan.  Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tahun 2016 diperkirakan dibawah 2 persen, pertumbuhan Cina hanya 6,5 persen, dan Eropa hanya 1,5 persen.   Kedua, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2016 diperkirakan 5,2 persen dengan pertumbuhan kredit 8 persen.  Ketiga, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 diproyeksikan 5,4 persen dengan partumbuhan kredit 10 persen.

Outlook ini juga memperhitungkan adanya empat hal yang tetap menjadi kendala industri perbankan syariah.  Pertama, risiko konsentasi kredit yang masih akan mengandalkan pada sektor konsumtif terutama pembiayaan kendaraan bermotor dan pembiayaan multiguna pada nasabah berpendapatan tetap. Kedua, skala ekonomi yang kecil karena permodalan dan kapasitas bank syariah. Diperkirakan pada 2017 hanya ada satu BUS yang masuk bank BUKU 3.  Skala ekonomi yang masih kecil ini menimbulkan dua hambatan, yaitu terbatasnya kemampuan menarik sumber daya manusia yang terbaik di bidangnya, dan terbatasnya kemampuan investasi dalam hal teknologi. Ketiga, switching rate (tingkat perpindahan) nasabah ke perbankan syariah masih rendah. Berbagai survey yang dilakukan menunjukkan tingginya keinginan nasabah konvensional berpindah ke perbankan syariah yang diukur dengan rendahnya resistance rate (tingkat penolakan).  Namun, keinginan nasabah berpindah ini terkendala oleh terbatasnya produk dan layanan. Keempat, terbatasnya alat likuid dimana ini semakin terasa ketika bank-bank daerah yang memiliki karakter kelebihan likuiditas dalam jumlah besar dalam kuartal dua sampai empat dan kekurangan likuiditas dalam jumlah besar pula dalam kuartal pertama.

Outlook ini memperkirakan empat perubahan yang akan terjadi, dua perubahan yang berpotensi baik (upsides) dan dua perubahan yang berpotensi buruk (downsides). Dua perubahan yang berpotensi mempercepat pertumbuhan perbankan syariah adalah proses konversi, spin off, merger akuisisi, serta proses masuknya fintech ke perbankan syariah. Sedangkan dua downsides yang berpotensi memperlambat pertumbuhan bank syariah adalah berakhirnya periode masa kerja pengurus OJK, dan perubahan pengurus beberapa bank syariah.

Singkatnya apabila kedua faktor downsides dapat dikelola dengan baik dan dua faktor upsides dapat dioptimalkan, maka bukannya menjadi hal yang sulit untuk indonesia memiliki wajah baru perbankan syariah yang kuat dan sehat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun