Mohon tunggu...
Ati Hidayati
Ati Hidayati Mohon Tunggu... Utama: Ibu Rumah Tangga. Sampingan: Konselor & Trainer -

Blog ini dibuat supaya saya banyak menulis. Jadi isinya tentang banyak hal yang berkaitan dengan saya, hidup saya, keilmuan saya, dan seterusnya. Semoga ada pelajaran yang bisa diambil

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Motor Saja

1 Desember 2015   22:54 Diperbarui: 1 Desember 2015   23:52 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Naik motor saja, sayang..."

Demikian jawaban saya jika suami menanyakan kendaraan apa yang saya pilih untuk perjalanan kami. Saya suka sekali naik motor. Tahu sebabnya? Begini...

Bagi setiap istri yang pernah diboncengi motor oleh suaminya mungkin pernah merasakan ini. Saat diboncengi oleh suami, pasti dong, posisinya tidak sama dengan naik ojek? Nah, setiap kali duduk di belakang suami dan memeluknya dari belakang, saya merasa tenang dan senang. Bahkan lebih dari sekedar senang. Ya, saya merasa begitu. Mungkin semua istri pernah merasakan itu. Jika bukan semua, mungkin sebagiannya pernah. Dan saya bersyukur termasuk yang merasakan hal itu. Sensasi ini yang membuat saya 'nagih' diboncengi motor lagi oleh suami.

Namun, bukan berarti duduk di samping suami yang sedang mengendarai mobil tidak membuat saya merasa tenang dan senang. Buat saya dosisnya berbeda. Lebih 'nagih' ketika naik motor. Hehe...

Apakah karena motor kami motor mewah? Sepertinya bukan. Motor itu dibeli suami saya sejak sebelum kami menikah dalam kondisi bekas. Honda Suprafit keluaran tahun 2004. Setahu saya itu bukan termasuk golongan motor mewah. Bahkan penampakannya sudah tidak lagi seperti seharusnya. Tebeng (atau apalah namanya) di bagian depan sudah lepas. Tutup oli remnya sudah direkatkan dengan kawat, bukan mur. Spion bagian kiri sudah tidak ada sejak awal dibeli. Warnanya sudah memudar. Jadi, jika diduga sensasi itu datang karena kemewahan, berarti dugaan itu salah.

Ada satu kemungkinan. Sejak pertama diboncengi motor oleh suami, seberapa dekatpun jarak pergi kami dari rumah, suami saya selalu mewajibkan kami berdua memakai helm. Jika perjalanan agak jauh, kami harus pakai jaket. 

"Menjaga keselamatan diri itu wajib, sayang. Agama kita mengajarkan begitu. Aku suamimu. Aku harus memastikan kamu menerapkannya karena aku sayang kamu."

Lalu kami naik motor, dan ia menjalankan motor setelah memastikan saya memeluknya dari belakang yang berarti posisi saya sudah aman dan nyaman. Cara suami saya memerlakukan saya seperti itu membuat hati saya tentram dan penuh kehangatan. Hmm...

Jika kami naik mobil, suami saya juga memastikan kami memakai seatbelt. Sebetulnya hampir sama saja perlakuannya: memastikan keselamatan kami berdua. Namun tetap saja buat saya berbeda sensasi. Mungkin karena jika naik mobil saya tidak bisa memeluk suami dari belakang. (Ya iyalah... :D)

Satu lagi yang istimewa bagi saya saat membonceng motor dengan suami. Dalam mengendarai motor, suami saya tidak pernah mengambil jalan melawan arah seperti yang dilakukan banyak pengendara motor lain untuk memangkas perjalanan. Ia juga sering mempersilahkan kendaraan lain lewat lebih dahulu jika ada yang berselisih jalan dengan kami. Ia tidak merasa perlu kebut-kebutan, memaksa menyalip, apalagi menggunakan trotoar. Meskipun ada, namun jarang saya menemui pengendara motor yang santun seperti suami saya. Bagaimanapun kondisi motor kami, sikap suami saya membuat saya bangga menaikinya.

Untuk beberapa kondisi perjalanan kami, suami saya menetapkan pilihan berkendara dengan mobil. Seperti ketika kami bepergian bersama Mamah, bepergian dalam jarak yang cukup jauh, jika perjalanan kami diperkirakan sampai agak larut, ketika cuaca hujan, dan saat suami akan mendongeng karena alat peraga dongeng membutuhkan ruang penempatan yang cukup.

Selain itu, saya memilih: naik motor saja... :)

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun