Tragedi yang menimpa Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online yang tewas terlindas mobil taktis Barracuda milik Brimob saat demonstrasi di Jakarta, bukan sekadar kecelakaan lalu lintas biasa. Peristiwa ini mencerminkan praktik komunikasi kekuasaan yang represif, di mana negara lebih memilih menghadirkan intimidasi fisik ketimbang dialog terbuka dengan warganya.
Kehadiran kendaraan militer di ruang publik menunjukkan simbol kekuatan negara yang menakutkan, dan secara tidak langsung mengirim pesan bahwa rakyat harus tunduk. Dalam perspektif komunikasi kritis, ini disebut sebagai kekerasan simbolik, bentuk dominasi yang dilakukan melalui lambang-lambang kekuasaan yang seolah sah.
Reaksi publik pun tak kalah penting. Melalui media sosial, masyarakat membangun narasi tandingan, menolak versi resmi, dan memosisikan diri sebagai pengkritik kekuasaan. Peristiwa ini membuka ruang diskusi tentang kegagalan negara dalam melindungi warganya, serta menunjukkan bahwa kekuasaan tidak lagi bisa berjalan searah tanpa perlawanan.
Kunjungan Kapolri ke rumah duka disambut dengan ambivalensi. Tindakan simbolik seperti menangis atau meminta maaf tidak cukup untuk memulihkan kepercayaan publik. Masyarakat kini menuntut keadilan yang nyata, bukan sekadar performa empati.
Tragedi Affan membongkar cara komunikasi kekuasaan masih dijalankan melalui pendekatan koersif. Namun, perlawanan digital publik menjadi bukti bahwa masyarakat kini lebih kritis, berani, dan mampu membongkar hegemoni narasi negara.
Kematian Affan Kurniawan adalah cermin retak dari hubungan rakyat dan negara. Ia menjadi simbol dari pertanyaan besar tentang bagaimana seharusnya kekuasaan berkomunikasi dengan warganya. Di tengah suara sirene dan derap sepatu aparat, ada satu suara lirih yang selama ini diabaikan: suara kemanusiaan.
Jika negara ingin memulihkan kepercayaan, maka bahasa intimidasi harus diganti dengan bahasa empati. Bukan sekadar air mata atau pidato belasungkawa, melainkan tindakan nyata yang berpihak pada rakyat. Tragedi Affan bukan akhir, tetapi titik tolak --- sebuah panggilan agar negara belajar berbicara dengan hati, bukan dengan senjata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI