Rabu, 8 Oktober 2025 menjadi momentum bersejarah bagi lingkungan GEPEMBRI Klasis Kalbar 1, 2, 3 dan 4. Sebanyak 9 (sembilan) orang Guru Injil resmi ditahbiskan menjadi pendeta dalam sebuah ibadah penahbisan yang khidmat dan penuh sukacita.
Ibadah penahbisan dipimpin oleh Pdt. Samuel Lumban Tobing, dengan doa pembukaan oleh Pdt. Baginda. Suasana ibadah yang berlangsung khusyuk menandai awal perjalanan pelayanan baru bagi para pelayan Tuhan ini.
Puncak ibadah ditandai dengan penyampaian firman Tuhan oleh Pdt. Nicanor Nangoro yang membawakan kotbah penahbisan dengan tema "Pendeta (Gembala) yang Menjadikan Murid Yesus".
Firman Tuhan diambil dari dua nas utama, yaitu Matius 28:19--20 dan Yohanes 21:15--17. Dalam kotbahnya, Pdt. Nicanor menegaskan kembali panggilan mulia seorang pendeta untuk menjadi gembala yang mengikuti teladan Kristus, bukan sekadar memenuhi ekspektasi manusia.
Seorang gembala atau pendeta dipanggil bukan hanya untuk menggembalakan jemaat, tetapi juga untuk melaksanakan amanat agung Yesus Kristus. Pendeta dipanggil menjadi teladan, pengajar, pembimbing, dan pemenang jiwa.
Dalam pelayanan pastoral yang sejati, pendeta diutus untuk menjadikan murid-murid yang taat dan hidup dalam kebenaran firman Tuhan. Gembala yang sejati bukan sekadar "penjaga kandang" rohani, melainkan pemimpin rohani yang digerakkan oleh kasih Kristus untuk menuntun umat kepada kedewasaan iman. Inilah panggilan mulia yang menjadi dasar setiap penahbisan pelayan Tuhan di lingkungan gereja.
Namun dalam kenyataan pelayanan, tugas pendeta tidak selalu mudah. Tantangan zaman, tuntutan jemaat, serta tekanan sosial dan rohani kerap membuat seorang gembala menghadapi beban pelayanan yang besar. Sering kali, harapan jemaat terhadap sosok pendeta sangat tinggi, bahkan menuntut seorang pendeta menjadi serba bisa, selalu hadir, dan disenangi semua kalangan.
Di sisi lain, fokus terhadap amanat Kristus sering terabaikan karena kesibukan administratif dan sosial. Dalam situasi nyata inilah, penting untuk mengingat kembali dasar panggilan pelayanan seorang pendeta: bukan untuk menyenangkan manusia, melainkan untuk menyenangkan hati Yesus dengan menjadikan murid-murid yang setia.
Fenomena umum ini sering terjadi di gereja: kebutuhan akan sosok "gembala all-rounder". Gembala yang diharapkan serba bisa, mahir dalam berbagai bidang, seolah-olah dapat hadir di semua tempat sekaligus, disenangi semua anggota jemaat, dan mampu memenuhi semua kebutuhan umat.
Namun, dengan nada retoris Pdt. Nicanor bertanya, "Apakah gembala yang seperti ini juga disenangi Yesus?" Pertanyaan ini menjadi pintu masuk untuk membawa jemaat dan para calon pendeta kembali kepada pusat panggilan pelayanan.