Mohon tunggu...
ASWAN NASUTION
ASWAN NASUTION Mohon Tunggu... Kontributor Tetap

Menulis adalah bekerja untuk keabadian” Horas...Horas ..Horas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahasa Diam : Membaca Kondisi Mental Lewat Kebiasaan Sehari Hari.

9 Oktober 2025   09:26 Diperbarui: 9 Oktober 2025   09:26 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkadang, tanda seseorang sedang lelah bukan dari wajah kusutnya, tapi dari caranya tiba-tiba menghilang dari peredaran sosial---tidak nongol di grup, tidak balas chat, dan tiba-tiba jadi alumni kehidupan ramai. Bukan karena sombong, tapi karena butuh waktu buat menata ulang hidup yang rasanya seperti lemari penuh baju, tapi nggak tahu mana yang masih muat. Seperti kata Gus Dur, Gitu aja kok repot. Nah, kadang hidup memang perlu disederhanakan dulu biar kepala nggak panas seperti charger murahan. Jadi kalau seseorang tiba-tiba menarik diri, biarkan saja ia menikmati kesunyian versi dirinya---karena bisa jadi, diamnya bukan tanda menyerah, tapi cara paling waras untuk menyelamatkan kewarasan. Dan nanti, kalau sudah cukup tenang, dia akan kembali lagi---dengan tawa yang lebih lepas, dan baterai jiwa yang sudah penuh daya.

Sering menunda itu bukan berarti tiba-tiba jadi pemalas, bisa jadi cuma sedang kehilangan arah, seperti GPS yang muter-muter di bundaran tanpa tahu kapan harus keluar. Dulu produktif, sekarang malah sibuk membuka laptop hanya untuk menatapnya---karena ide belum datang, tapi rasa kantuk sudah datang duluan. Kadang bukan niat yang hilang, tapi semangat yang sedang ngambek. Seperti kata Sujiwo Tejo, Orang sibuk belum tentu hidupnya penuh, bisa jadi cuma takut dianggap kosong. Nah, begitu juga dengan kita---yang dulu sibuk, sekarang memilih jeda, bukan karena menyerah, tapi sedang mencari arah baru agar langkah berikutnya tidak salah tujuan. Jadi kalau hari ini kamu sering menunda, jangan terlalu keras pada diri sendiri---mungkin jiwa sedang loading, menyiapkan versi kamu yang dulu dengan pembaruan sistem yang lebih tenang, lucu, dan tentu saja, lebih manusiawi.

Kadang, tanda seseorang sedang lelah bukan teriak atau menangis, tapi tiba-tiba menghilang seperti sinyal di daerah pelosok---tidak marah, tidak pamit, cuma... offline sementara. Menarik diri dari orang lain bukan selalu berarti benci dunia, bisa jadi cuma butuh ruang untuk menata ulang diri yang sempat berantakan seperti kabel charger di tas. Seperti kata Soe Hok Gie, Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya tanpa kehilangan cinta. Nah, barangkali orang yang sedang diam itu bukan kehilangan cinta pada dunia, tapi sedang belajar mencintai dirinya dulu sebelum kembali ke keramaian. Jadi kalau kamu punya teman yang tiba-tiba menghilang, jangan langsung curiga dia sombong---bisa jadi dia cuma sedang recharging, biar nanti kalau balik lagi, bukan cuma hadir, tapi juga waras dan siap menertawakan hidup bareng kita lagi.

Kalau belakangan kamu mudah marah hanya karena sendok jatuh atau chat dibaca tapi tak dibalas, tenang saja---itu belum tentu temperamental, mungkin cuma emosi yang sudah lama menumpuk, seperti cucian yang lupa dijemur. Kadang orang tidak sadar bahwa yang ia butuhkan bukan kopi tambahan, tapi jeda untuk bernapas dan menata ulang isi kepala yang sudah seperti file Downloads penuh sampah tak berguna. Seperti kata Bung Hatta, Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar, tapi kurang jujur sulit diperbaiki. Nah, kadang kita juga kurang jujur pada diri sendiri---mengaku kuat padahal lelah, mengaku santai padahal hati panas seperti wajan. Jadi kalau tiba-tiba mudah tersinggung, jangan buru-buru merasa bersalah; mungkin itu sinyal dari hati yang ingin didengar, bukan dihakimi. Karena marah tanpa alasan sering kali bukan soal orang lain, tapi cara jiwa kita minta dipeluk... sebelum meledak seperti popcorn tanpa tutup panci.

 Ketika hal-hal yang dulu bikin semangat tiba-tiba terasa hambar---kopi tak lagi nikmat, musik kesukaan terdengar seperti suara iklan obat, dan nongkrong bareng teman malah terasa seperti rapat RT---bisa jadi itu bukan soal bosan, tapi tanda hati sedang kehilangan rasa. Hidup memang kadang seperti nasi tanpa lauk: ada, tapi tak menggugah selera. Seperti kata Tere Liye, Bahagia itu sederhana, sesederhana mensyukuri yang masih kita punya. Nah, mungkin kuncinya ada di situ---bukannya kehilangan minat, tapi lupa mensyukuri rasa kecil yang dulu bikin hidup berwarna. Jadi kalau tiba-tiba segalanya terasa datar, jangan langsung panik; mungkin jiwamu cuma butuh sedikit bumbu penyedap, entah berupa istirahat, tawa, atau sekadar tidur tanpa alarm. Karena sesungguhnya, semangat hidup itu tidak hilang---cuma sedang rebahan, menunggu kita membangunkannya dengan senyum dan secangkir kopi yang baru diseduh.

Pada akhirnya, kondisi mental seseorang memang bisa terbaca dari hal-hal sederhana yang sering luput dari perhatian: dari cara ia tidur terlalu lama atau malah begadang tanpa alasan, dari kebiasaannya menarik diri tiba-tiba, menunda pekerjaan padahal dulu super produktif, mudah marah karena hal sepele, hingga hilang minat pada hal-hal yang dulu membuatnya bahagia. Semua itu bukan tanda kelemahan, tapi cara jiwa berteriak minta istirahat dengan gaya halus. Seperti kata Sapardi Djoko Damono, Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Begitu pula dengan diri sendiri---kadang yang kita butuhkan bukan nasihat rumit, tapi cara sederhana untuk kembali mencintai hidup: tidur cukup, tertawa lebih banyak, dan berhenti memaksa diri menjadi kuat setiap waktu. Karena di balik setiap kebiasaan kecil, tersimpan peta suasana hati yang rumit; dan memahami diri sendiri adalah langkah paling berani untuk tetap waras di dunia yang kadang bikin gila tapi lucunya, tetap kita cintai juga.

Ketika seseorang mulai kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai, mudah marah, menarik diri, atau tidur tidak teratur, itu bukan sekadar perubahan suasana hati. Bisa jadi, itu tanda bahwa mental sedang lelah dan butuh perhatian.- dr. Andri, SpKJ (K).

Horas Hubanta Haganupan.

Horas ...Horas ... Horas

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun