Mohon tunggu...
ASWAN NASUTION
ASWAN NASUTION Mohon Tunggu... Kontributor Tetap

Menulis adalah bekerja untuk keabadian” Horas...Horas ..Horas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

MBG dalam Menu Rasa Lokal

3 Oktober 2025   13:40 Diperbarui: 3 Oktober 2025   13:40 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

iapa bilang makan siang sehat dan bergizi harus mahal dan membosankan? Di tanah Batak dan Simalungun, rempah-rempah lokal seperti andaliman yang pedasnya bisa bikin lidah joget, kecombrang yang harum semerbak seperti parfum alami dapur, bawang Batak yang tajam tapi menyehatkan, hingga serai yang bikin aroma masakan serasa spa tradisional adalah kunci rahasia cita rasa yang tak tergantikan. Menu MBG (Menu Bergizi Seimbang) dalam sekali makan siang bukan hanya soal kenyang, tapi juga tentang merayakan kekayaan budaya lewat sepiring nasi penuh gizi. Dengan memanfaatkan rempah-rempah lokal yang harganya bersahabat di dompet, kita tidak hanya menjaga kearifan rasa leluhur tetap hidup, tapi juga memberi tubuh asupan antioksidan dan pelancar pencernaan alami, semua itu tanpa perlu dompet sampai ikut puasa. Jadi, siapa sangka kalau sepiring nasi Rp12.000 bisa terasa seperti pesta kuliner warisan nenek moyang.

Nah, supaya makan siang kita tidak cuma jadi ajang mengisi tangki perut semata, Menu MBG mengajarkan kita untuk menyusun sepiring nasi dengan komposisi yang pas layaknya tim sepak bola yang seimbang antara penyerang dan bek. Setengah piring wajib diisi karbohidrat seperti nasi putih atau jagung, karena tanpa itu, tenaga kita bisa drop seperti HP low-batt. Seperempat piring lagi diisi protein dari ikan, ayam, atau telur; misalnya Natinombur ikan nila yang pedasnya bikin semangat kerja naik dua level. Sisanya, seperempat piring lagi adalah sayur dan buah lokal seperti urap daun singkong dan pisang yang bukan cuma segar, tapi juga menjaga pencernaan tetap lancar jaya. Atau kalau mau variasi, coba nasi jagung, arsik ikan mas, tumis daun ubi tumbuk, dan pepaya -- kombinasi yang bikin lidah bahagia dan dompet tetap aman. Jadi, meski cuma makan siang Rp12.000, isi piring kita tetap seimbang, bergizi, dan penuh cinta khas dapur Batak.

Selain isi piringnya yang harus seimbang, cara memasaknya juga jangan asal-asalan --- karena teknik memasak yang tepat bisa jadi pembeda antara makanan sehat dan bom kolesterol terselubung. Dalam menu MBG, kita disarankan memilih cara yang efisien dan sehat seperti merebus yang bikin sayur tetap renyah dan vitamin tidak kabur ke udara, membakar yang memberi aroma smokey tanpa minyak segentong, atau menumis ringan yang membuat bumbu meresap tanpa membuat dapur berubah jadi ladang minyak. Bonusnya, teknik-teknik ini bukan hanya menjaga kualitas gizi, tapi juga menjaga biaya tetap bersahabat --- cocok banget untuk target Rp12.000 per porsi. Jadi, meskipun sederhana, rasa tetap luar biasa, dan tubuh pun senang karena tidak perlu kerja keras membakar lemak "hadiah" dari minyak berlebih. Ibarat cinta, memasak itu soal cara, bukan sekadar bahan --- dan cara yang tepat bisa membuat sepiring makan siang terasa istimewa tanpa bikin dompet menjerit.

Menu MBG dalam sekali makan siang bukan cuma urusan kenyang dan gizi, tapi juga soal harga diri budaya yang tersaji di atas piring. Setiap sendok nasi yang melimpah, setiap taburan andaliman yang menggigit, hingga setiap suapan daun ubi tumbuk yang lembut menyimpan cerita panjang tentang siapa kita dan dari mana kita berasal. Di balik rasa pedas, gurih, dan harum itu, terselip filosofi hidup orang Batak: kerja keras, kebersamaan, dan cinta tanah leluhur --- semua terangkum dalam sepiring makan siang yang sederhana tapi penuh makna. Jadi, saat kita menikmati arsik ikan mas atau natinombur dengan nasi yang menggunung, kita tidak hanya makan, tapi juga merayakan jati diri sambil membuktikan bahwa budaya bisa tetap hidup, bergizi, dan relevan meski zaman sudah serba modern. Karena sesungguhnya, mempertahankan tradisi itu tidak selalu lewat upacara adat yang rumit --- kadang cukup lewat sendok dan garpu yang bekerja sama dengan perut lapar.

Supaya sepiring menu MBG tetap bergizi tanpa bikin dompet menjeritT olong! kita perlu strategi jitu menekan biaya agar tetap di bawah Rp12.000 per porsi. Kuncinya adalah belanja cerdas --- bukan berarti menawar sampai pedagang pasar angkat tangan, tapi belanja langsung dari pasar tradisional atau petani lokal yang harganya lebih miring dan kualitasnya masih segar. Selain itu, manfaatkan bahan musiman yang biasanya lebih murah dan rasanya pun lebih nikmat karena baru dipanen, seperti sayur daun ubi di musim hujan atau ikan nila saat panen raya. Kalau mau lebih hemat lagi, masaklah dalam jumlah besar agar biaya produksi per porsi bisa ditekan, ibarat beli baju grosiran: lebih banyak, lebih murah. Dengan trik-trik sederhana ini, makan siang bukan hanya jadi momen menyenangkan bagi perut, tapi juga jadi bukti bahwa gizi seimbang, cita rasa lokal, dan harga bersahabat bisa bersatu dalam satu piring tanpa drama keuangan.

MENU MAKAN SIANG KHAS BATAK & SIMALUNGUN (SENIN -- JUMAT)

Hari   : Senin 

Menu : Nasi putih porsi besar + Natinombur ikan nila/mas (ikan bakar sambal andaliman) +Urap daun singkong + Pisang 

Keterangan Gizi : Protein tinggi dari ikan, serat dan zat besi dari daun singkong, cita rasa khas dari andaliman   

Hari : Selasa

Menu :  Nasi merah porsi besar + daging Ayam tanpa lemak + Lalapan mentimun & tomat + Semangka            

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun