Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pesan Tak Tersampaikan...

19 Januari 2015   18:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:49 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikala aku masih muda, biasa didengar : “Jo lali lho, welinganne gambir mbako”. ( Janganlah lupa, pesanannya gambir dan tembakau) Ucapan aselinya dari seorang suami/isteri kepada isteri/suami yang akan pergi kepasar, mengulang mengingatkan bahwa tadi sudah diminta untuk membelikan gambir dan tembakau. Maklumlah orang baheulak itu lelaki perempuan sama sama makan sirih, dan tembakau sebagai penghapus bibir dari ludah merah. Merokok dan makan sirih adalah kegemaran yang layak dan terhormat pada zamannya.

Pesan memang perlu diulang untuk diingatkan. Pesan yang dilupakan membuat kekecewaan. Apalagi pesan yang menyangkut hobby, kegemaran atau kesukaan, dan itu tak terpenuhi. Pesan tak tersampaikan seperti itu bisa terjadi dalam banyak bentuk. Misalnya Surat Cinta, pesanan untuk kencan, pesan penentuan pertemuan, pesan klarifikasi sesuatu menyangkut relasi atau hubungan persaudaraan dengan pihak ketiga.

Kita bisa membayangkan betapa kecewa bila anda sendiri menjadi orang yang diharapkan. Sudah lama dipesankan agar pada hari H bisa hadir. Boleh dibayangkan betapa arti dan makna kehadiran anda yang sudah lama sebelumnya dirancang dipesankan.

Penyampai pesan yang tak tersampaikan itu berdosa besar dalam dan bagi relasi komunikasi. Dosa besar bisa dimaafkan atau tidak bisa dimaafkan. Itu tergantung dari relasi, komunikasi, komunikantes, dan pesan itu sendiri.

Hidup kita ini Pesan dan Perutusan artinya : hidup ini berasal dan ditujukan kepada “Target”. Hidup ini membawa pesan menjadi pembawa pesan menjalankan perutusan dan menjadi pesan merupakan bawaan yang harus sampai ketujuan.

Betapa mulia dan bahagia bila pesan perutusan itu berhasil sukses. Hidup ini terbukti layak untuk “tersampaikan”, oleh pembawa dan sekaligus nilai pesan bawaan itu dapat terbukti “dihargai”.

Kita harus siap menjadi pembawa dan layak menjadi pesan tersampaikan. Janganlah kita menjadi Pesan Tak Tersampaikan,........itu bukan anda kan ?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun