Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Selera & Minat Baca dan Bahan Bacaan

26 Maret 2023   18:05 Diperbarui: 26 Maret 2023   18:07 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Belum lama yang lalu saya mengirim kepada teman di WA, link dua tulisan saya tentang 'Belajar dari Orang lain' dan 'Dengan Bekerja Menjadi Lebih Manusiawi'. Teman ini seorang mantan/pensiun guru SMA, tetapi lebih bangga sebagai petani. Dia berterima kasih sebab kiriman-kiriman tulisan saya yang katanya belajar banyak dari tulisan saya. Memang dia orang yang suka sekali membaca, melihat pameran buku dsb.

Saya sendiripun suka membaca tulisan orang lain yang terbiasa di Kompasiana. Seperti belum lama saya baca tulisan yang menjadi catatan. Diantaranya @Muhammad Andi Firmansyah Di Kompasiana.com dengan judul "Mengapa Kita Kecanduan Buku-buku Self-Help?" (*) Dari yang lain tentang  Bagaimana Usaha Penerbit memajukan pemasaran produknya buku2 di UMY. Tersirat didalam tulisan @Suharyanto Malawa,  Kompasiana.com dengan judul "Prof. Sukamta, Meniti Jalan Pengabdian" (**) Manarik pula Rekan @Masykur Mahmud menulis di Kompasiana.com dengan judul "Tiga Strategi Aktif Menulis di Bulan Puasa" demikian ditulis olehnya:

"Adapun menulis bisa dijadikan sebagai sumber pahala. Ya, dengan menuliskan banyak hal yang bermanfaat bagi orang lain tentunya. Apa saja yang mengandung unsur positif dan bisa diambil manfaaat oleh siapa saja, maka tuliskan saja". Demikian Masykur Mahmud. (***)

Disamping itu masih saya catat link dan inti berita yang mengembang tentang Prabowo -Ganjar setelah pertemuan Jokowi Megawati di Istana 18-03-2023 Sabtu yl. Berita mana terus bergulir hingga hari ini. Semua faktual aktual dan serasa masih terus relevan jadi pemberitaan hingga masuk ke tahapan Pemilu (2024) berikutnya.

Peristiwa tersebut diatas memang awal dari tulisan ini. Dan jelas hal Menulis dan Membaca adalah makna utama terkandung disana. Dari sana kita bisa bicara banyak sekali..Menulis dan Membaca adalah produsen bacaan, yang pada hakekatnya adalah perbuatan bermakna sebagai komunikasi sosial yaitu penyampaian pesan yang menyenangkan dengan aksara. Arti menyenangkan "Kalau tidak suka tidak menyenangkan berhentilah menulis dan membaca".

Anda mau pesan apa? Kata orang ketika dirumah makan : Memesan dan mendapat pelayanan. Orang kerumah makan biasanya sudah memilih gaya rumah makan itu masakan model apa. Pengusaha RM  sudah menata fasilitas tempat, perabotnya serta mendatangkan juru masak yg spesial selaras programnya, Dst.


Dalam hal Menulis dan Membaca jelas tampak : ada keahlian, ada Minat dan Selera terhadap Menu tertentu. Selera-baca biasa yg jadi pertanyaan, meski selera-tulis pasti sudah lebih dahulu bekerja. Selera seperti selera konsumsi, membaca menulis ada beda2 untuk setiap orang seperti selera nulis/baca buku bidang ini itu, ada suka majalah, berita, cerpen, sastra, olahraga, politik, filosofi, pendidikan, ketrampilan..

Selera adalah kecenderungan perasaan positip terhadap produk untuk dikonsumsi dan dinikmati. Selera-baca diawali didahului oleh Minat-baca. Minat-baca masyarakat atau kemauan untuk membaca menjadi bahan kajian ilmiah untuk memberi masukan pada instansi dan lembaga pengembangan sosial dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Bahkan rupanya dibanyak tempat 'minat baca' warga masyarakat masih perlu dikatrol. Rupanya memang minat baca bisa menjadi salah atu indikator kemajuan dan adab budaya.

Bagaimanapun Siapapun yang akan bersantap, Penyaji dan pemeriksa harga di konter akan melihat dulu sajian yang diminta. Demikian pulalah Bahan Baca bisa menjadi pemikiran baik bagi penggemar baca naupun penulis. Pilihan terhadap Bahan Baca yang menurut saya rasional, nyata dan biasa terjadi dan 'mendasar' yaitu :

1. Bahan Baca yang Relevan (kata sifat). Bentuk relevansi disini adalah hal bersangkut paut,atau yang memiliki hubungan, atau selaras dengan kebutuhan pribadi atau kelompok, kesempatan yang ada pada Pembaca masing-masing. Akan tetapi pasti juga harus mengindahkan kaidah-kaidah umum, ethis hukum dan kewajaran. Pandangan ini bermaksud untuk menghargai 'kebebasan' dan melihat 'kenyataan', apa yang sedang mau dilakukan Pembaca, terkait kesediaan bahan baca dan kondisi lainnya.

2. Bahan Baca yang Faktual. Yaitu yang berasal dari fakta. Fakta sendiri merupakan kata benda yang memiliki arti hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Bacaan yang faktual memberi kesempatan luas untuk pembaca lebih menggali nilai atau pembelajaran lebih luas dan bebas.

3. Bahan baca yang Aktual adalah istilah lain dari up to date, atau kejadian yang terkini. Sebuah peristiwa baru bisa menjadi berita kalau kejadiannya masih baru atau hangat. Jika dirasa perlu masih lebih mudah diusut. Buat apa membaca cerita lama kecuali mau meneliti proses dan sejarahnya?  Karena itu bagi penyaji dalam jurnalistik juga dikenal prinsip aktualitas.

Maka selanjutnya dengan materi bahan yang faktual syukur aktual  itu perlu dijabarkan lagi Relevansi bahan bacaan itu bagi si pembaca/penulis. Dalam konteks ini sebenarnya sama-sama pembaca maupun penulis membutuhkan kecerdasan analitis dan kritis tetapi juga pemikiran yang inspiratif dan kreatif lebih lagi innovatif.  Tetapi mengapa kedua ujung bacaan itu sama membutuhkan kecerdasan dan pemikiran seperti itu.?

Kebutuhan yang sama tersebut berdasarkan pengamatan saya sama ditumpukan pada perkembangan teknologi informatika dewasa ini. Perkembangan itu menciptakan cepatnya arus proses informasi. Hal itu tampak dari kecenderungan baik penulis akan segera menjadi pembaca maupun pembaca yang juga harus kritis analitis itu cenderung untuk segera  berbagi dari masukan yang diterimanyanya.

Fenomena kecepatan arus proses tersebut bisa diamati dalam peristiwa belum terlalu basi viral peradilan Sambo, viralnya fenomena Pamer kekayaan, viralnya pencapresan, terakhir viralnya Patung Maria Diselubung di DIY..Apabila orang kurang cerdas teliti menganalisa dan beropini akan terkecoh oleh arus proses. Amat sayang apabila penulis juga terkecoh oleh opini tanpa melihat menganalisa sendiri peristiwanya. Sebab setiap pihak dapat sepertinya berhak beropini untuk kepentingan sendiri masing-masing, siapapun itu. Bahkan yang berwajib memelihara keselarasan suasana masyarakatpun bisa dinilai sebagai upaya membatasi kebebasan penulis.  

Maka selain kreativita yang aspiratip didasarkan pada analisa yang cerdas perlu memperhatikan arus informasi yang sedang terjadi. Bila tidak sebaiknya menjadilah pembaca saja yang bisa menikmati bacaan, suka-suka, terhibur, mengasah otak dan belajar menikmati kemanfaatan dari membaca. Pembaca murni yang cukup dengan kesadaran sewajarnya akan terhindar dari problematika pelik ketika berpegang pada kesederhanaan rutinitas. Tetapi bisa jadi yang demikian akan "ketinggalan pesawat", kapan akan maju..

Maka sangat berterima kasih Admin Grup baik di Facebook, atau WhatsApp, apa lagi Kampasiana telah memberikan arahan yang praktis dan mudah untuk dengan aman menikmati bacaan sesuai selera dan minat baca. Silahkan "baca" arahan Kompasiana, dari tata letak penyajian artikel di kolom samping tulisan kita, ada artikel nilai tertinggi, artikel terbaru, dibawahnya artikel utama. Dihargainya penilaian pembaca di kolom teratas, dibawahnya dihargainya Aktualias artikel terbaru, dibawahnya ditempatkannya artikel utama hasil penilaian Admin.  Selanjutnya pun deretan peluang penilaian tampak arahan Sistematika Kompasiana membuat urutan pertama Aktual, kedua, kemanfaatan faktual, baru berikut kemanfaatan ideal, inspiratif, menarik, termasuk hiburan maupun kejutan dari yang unik dikemudiannya..  

Demikian hasil baca saya, apabila itu kurang tepat atau kurang benar, saya sadar tulisan ini hanya untuk tayang di Kompasiana, jadi cara pandang lainpun bisa mudah disampaikan.

Dan secara keseluruhan beberapa butir dibawah ini menjadi catatan pembelajaran papasan artikel ini :

@ Minat dan Selera Baca dapat menjadi kajian sejalan dengan perkembangan teknologi informatika untuk menjadi indikator kemajuan warga.

@ Bahan Baca yang Relevan, Faktual, Aktual perlu menjadi acuan pertimbangan bagi baik pembaca maupun penulis karena cepatnya arus informasi dewasa ini.

@ Relevansi, Fakta dan Aktualitas perlu dihadapi dengan kapasitas kecerdasan yang kritis, sikap kedepan yang inspiratif serta kreatif untuk inovasi adab dan budaya.  

Inilah beberapa hal yang sangat sederhana tetapi saya harapkan menjadi sudut pandang yang sangat urgen untuk diperhatikan. Sudut pandang mana pasti tetap menjadi hak pembaca penulis maupun penulis pembaca yang saya hormati.

Sambil manghaturkan Selamat Beribadah Puasa bagi Saudara Saudari Islam maupun Selamat Ber Prapaskah bagi Umat Kristiani, tolong terima salam hormat saya.

Ganjuran, Minggu 26 Maret 2023. Emmanuel Astokodatu.

Bacaan dan Referensi :

(*) Muhammad Andi Firmansyah Di Kompasiana.com dengan judul "Mengapa Kita Kecanduan Buku-buku Self-Help?", https://www.kompasiana.com/muhammad30488 /64190e134addee68446ce412/mengapa-kita-kecanduan-buku-buku-self-help 

(**) Suharyanto Malawa,  Kompasiana.com dengan judul "Prof. Sukamta, Meniti Jalan Pengabdian",  baca: https://www.kompasiana.com/mallawa/641aae 16d3aa0f098d10f802/prof-sukamta-meniti-jalan-pengabdian  

(***) Masykur Mahmud menulis di Kompasiana.com dengan judul "Tiga Strategi Aktif Menulis di Bulan Puasa"  https://www.kompasiana.com/masykurideas/ 641bba0208a8b56bee423f84/tiga-strategi-aktif-menulis-di-bulan-puasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun