Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Makna Hukuman Mati Yesus

16 Februari 2023   12:49 Diperbarui: 16 Februari 2023   12:55 1314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di era Post-Truth,dalam kancah dunia beropini tentang pidana mati dan pelanggaran berat, dibarengi undangan budaya dialog antar umat beragama oleh "Dokumen Abu Dhabi 2019", dirasa penting penegasan makna hukuman mati Yesus untuk dipahami bukan untuk diimani.

Masih hangat pemberitaan sekitar kematian polisi dan rangkaiannya berupa pidana mati dst. jpnn.com, JAKARTA - Terdakwa kasus pembunuhan terhadap Yosua, Richard Eliezer telah memasuki ruang sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dia didampingi sejumlah petugas LPSK. Namun, sebelum mulai, seorang penasihat hukum menghampiri Eliezer dan mengajaknya berdoa bersama. 

Membentuk lingkaran, mereka saling berangkulan, menundukkan kepala dan berdoa. Doa singkat itu diiringi teriakan dan seruan para pengunjung sidang yang terus memanggil nama Eliezer. Dan vonis membuktikan nilai kejujuran dan doa.Tanggal 15/02 sore masih ada di komputer saya 24 berita/opini seputar peristiwa Sambo dkk semacam ini.

Berita dari BREBES -- Briptu RC, 27, anggota Satlantas Polres Brebes asal Grobogan ditemukan tewas di Pos Polisi Tol Brebes Timur atau Brexit, Selasa (14/2) sekitar pukul 12.50 WIB. (msn.com). Terdapat tergantung, ternyata bunuh diri.

Hukuman mati bagi Yesus oleh Pontius Pilatus merupakan suatu kenyataan sejarah. Tetapi penting untuk dicatat bahwa ajaran Kristen lebih fokus pada arti makna dan tujuan kematian Yesus, daripada pada detail sejarah yang tepat. Tujuannya menurut ajaran itu ialah penebusan dosa dan keselamatan umat manusia. Termasuk untuk para polisi baik yang menggantung diri, maupun Sambo dkk. 

Menurut Injil, Pontius Pilatus, yang saat itu menjabat sebagai prefek Romawi di Yudea, menghukum Yesus Kristus dengan hukuman mati dengan cara disalibkan. Pilatus sendiri sebenarnya tidak menemukan kesalahan apapun dalam tindakan Yesus, namun ia akhirnya memutuskan untuk menyerahkan Yesus kepada keinginan rakyat dan pemimpin agama Yahudi yang meminta hukuman mati.


Pilatus menanyakan kepada Yesus apakah ia benar-benar adalah raja orang Yahudi, namun Yesus menjawab bahwa Kerajaannya bukan dari dunia ini. Meskipun Pilatus merasa ragu-ragu untuk menghukum Yesus karena merasa bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi ia juga merasa tertekan oleh tekanan dari rakyat dan para pemimpin Yahudi yang menginginkan Yesus dihukum mati. 

Akhirnya, Pilatus memberikan persetujuan untuk menghukum Yesus dengan hukuman mati. Apakah itu merupakan suara rakyat dalam rasa keadilan mereka dapat dipertanyakan. Tetapi itu sudah tidak penting, seribu satu jalan untuk terjadinya peristiwa yang dikehendaki Tuhan.

Bukan suatu tabu pula membuka sejarah bahwa Injil sebagai sumber berita dipercaya oleh sementara pihak sudah dipalsukan. Sebab mereka memahami Yesus Sang Nabi yang tidak mati. Namun demikian khususnya Gereja Kristen dan Katholik meyakini realita kematian raga Yesus hingga bangkit lagi ditiga hari berikutnya, dan ditandai oleh umat beriman perayaan KebangkitanNya di hari Paska. 

Sengsara di Salib dan Hukuman mati yang diterima oleh Yesus Kristus merupakan bagian penting dari keyakinan Kristen Katholik. Menurut ajaran itu, Yesus menderita dan mati di salib untuk menebus dosa umat manusia dan memberikan kesempatan untuk hidup kekal di surga. Kematian Yesus dipandang sebagai tindakan kasih dan sadar dikehendaki sebagai pengorbanan terbesar yang pernah ada, dan merupakan dasar bagi iman Kristiani.

Saya menulis ini terdorong oleh peristiwa yang sangat positip di DIY. Peristiwa pertama pemberian gelar DR Hc  oleh sebuah Perguruan Tinggi UIN Sunan Kalijogo, kepada tiga tokoh K.H.Yahya Cholil Staguf dari Nahdatul Ulama; Cardinal Miguel Angel Ayuso Guixot, pejabat Vatikan; Sudibyo Markus, dari Muhammadiah. 

Yang kedua tulisan di Kompas Selasa tg 14/02/2023 dari A.Bagus Laksana, Rektor Univ Sanata Dharma Yogyatarta, berjudul "Agama Demi Kemanusiaan".  Tulisan indah menyentuh hati saya ini awalnya membahas langkah UIN Sunan Kalijogo dan mempertemukan tiga tokoh itu karena karya positip mereka demi nilai universal kemanusiaan. Dan itu membuat tertulisnya pemikiran "Agama Demi Kemanusiaan" di harian besar Kompas.

Adapun tiga tokoh tersebut dimuka dinilai sebagai tokoh yang mengimplementasikan dokumen yang ditanda tangani oleh Sri Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar al Ahmed Thayeb, pada 13 Februari 2019.  Dokumen Abu Dhabi tentang Kemanusiaan tersebut,, adalah sebuah inisiatif global yang bertujuan untuk mempromosikan perdamaian, toleransi, dan kesetaraan di seluruh dunia.

Dokumen ini diadopsi oleh para pemimpin agama, pemikir, dan masyarakat sipil dari berbagai negara. Dokumen Abu Dhabi menekankan bahwa kemanusiaan adalah nilai universal yang harus dijunjung tinggi oleh seluruh umat manusia. Dalam keseluruhan, Dokumen Abu Dhabi tentang Kemanusiaan memberikan pandangan yang sangat positif dan optimis tentang keadaan manusia dan lingkungannya. Dokumen ini menunjukkan bahwa kesepakatan universal dapat dicapai melalui dialog, toleransi, dan keberanian untuk menghadapi tantangan bersama. Dokumen ini adalah sebuah panggilan untuk tindakan bersama dan pengakuan bahwa kita semua berada dalam perjuangan bersama untuk membangun dunia yang lebih adil, damai, dan manusiawi.

Seperti ada pencerahan muncul dari Sinar pelangi dari Dokumen Abu Dhabi bagi saya pemikiran tentang 'Budaya dialog', dengan implemantasinya pada bentuk-bentuk kerjasama yg tulus, yang didasarkan pada saling memahami lebih dalam. Maka sampailah pada tulisan ini.

Seminggu lagi umat katholik merayakan Rabo Abu tg 22/02/2023. mengawali bulan persiapan Paskah dengan puasa dan matiraga. Dan tidak terlalu jauh waktu umat islam juga akan memasuki bulan puasa Ramadon.

Puasa dan Matiraga adalah dua praktek spiritual yang dijalankan oleh Gereja Katolik selama masa Prapaskah. Masa Prapaskah dimulai pada hari Rabu Abu (tahun ini jatuh pada tg 22 Februari) dan berakhir pada hari Sabtu Malam Paskah, tahun ini jatuh pada tanggal 8 April.

Puasa adalah praktek menahan diri dari makanan atau minuman pada hari-hari tertentu selama masa Prapaskah. Puasa pada hari-hari tertentu dianggap sebagai bentuk pengorbanan diri dan pembersihan spiritual. Menurut ajaran Gereja Katolik, semua umat beriman diminta untuk berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Selain itu, umat beriman juga dapat memilih untuk berpuasa pada hari-hari lain selama masa Prapaskah. Menurut tradisi kuno terhitung 50 hari puasa dalam kurun waktu itu tidak dihitung hari-hari Minggu.

Puasa dan Matiraga juga dianggap sebagai cara untuk membersihkan diri dari dosa-dosa dan kembali berhubungan dengan Tuhan. Dalam tradisi Katolik, dosa dianggap sebagai penghalang dalam hubungan antara manusia dan Tuhan. Oleh karena itu, melalui puasa dan Matiraga, umat beriman diharapkan dapat memperdalam hubungan dengan Tuhan dan memperkuat iman mereka.

Gereja Katolik mengajarkan bahwa puasa dan Matiraga adalah praktek spiritual yang dapat membantu umat beriman dalam mempersiapkan diri untuk merayakan Paskah. Melalui puasa, umat beriman diharapkan untuk mengikuti contoh Yesus yang menahan diri dari kenikmatan dunia dan memusatkan perhatiannya pada kebutuhan rohaninya. Sementara itu, Matiraga mengajarkan pentingnya melayani sesama dan mengasihi orang lain seperti yang dilakukan Yesus. Dalam perkembangan belakangan "demi kamanusiaan" diarahkan hasil pengurangan kenikmatan dunia itu di"tabung" diuangkan dan dikaryakan dalam karya sosial bersama. Apa yang di Inbonesia disebut Aksi Puasa Pembanunan. (APP)

Kesimpulan dan pembelajaran seluruhnya yang bisa diperoleh sekurangnya adalah :

1. Peristiwa hukuman pidana mati memang menyentuh sanubari terdalam kemanusiaan. Belum lagi dampak keseimbangan ekologis kekeluargaan yang bisa terjadi. Kematian itu sendiri bagaimanapun caranya untuk manusia beriman menjadi satu kali saja bagaikan penanda tanganan diatas meterai kehidupan kita baik buruk prestasi dan jasa di dunia ini menghadap Sang Maha Hakim.

2. Disyukuri terjadinya peristiwa oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan penghargaan kepada tiga tokoh agama aktivis kerukunan antar umat beragama. Itu bukti Indonesia terlibat mondial pada pelaksanaan Dokumen Abu Dhabi-2019 dengan pemikiran tentang 'Budaya dialog', dengan implemantasinya pada bentuk-bentuk kerjasama yg tulus, yang didasarkan pada saling memahami lebih mendalam, .

3. Sebuah peristiwa bersejarah sekaligus sebuah misteri iman yakni pidana mati Yesus. Hanya bagi yang sungguh beriman dalam satuan iman Gereja Kristen dan Katholik kematian dan kebangkitan Yesus Kristus menjadikan kemanusiaan diselamatkan dan lebih manusiawi. Khususnya terlebih melalui pelbagai praktek spiritual dan sosial secara luas.

Dan pantas pula saya berterima kasih dan bersyukur atas "kunjungan" Pembaca yang budiman ke tulisan saya ini, dan kesepahaman terhadap Dokumen Abu Dhabi yang membawa saya menulis ini semua.

Tetapi tolong terima salam hormat saya

Ganjuran, Februari, 16, 2023 Emmanuel Astokodatu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun