Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Temukan Hikmah Jangan Salahkan Orang Lain

13 September 2022   10:43 Diperbarui: 13 September 2022   11:49 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjalin Relasi adalah suatu perbuatan yang mulia, manusiawi, alami, dan penuh dinamika yang variatip. Bila terjadi hal yang negatip sebagaimana menjadi catatan  terpapar diatas, sering kita cenderung menyalahkan pihak lain atau bersimpati pada yang dirugikan dan disebutnya kurban kejahatan.

Susah juga mencari bahan bacaan tentang Penipuan. Mungkin orang segan menulisnya agar tidak disebut ahli dalam penipuan. Tetapi dewasa ini saya berpendapat ketertipuan, keterkecohan, keterperdayaan sudah dalam bentuk halus, dan dengan begitu juga lebih gampang tidak disadari melalui : Hoack, Issue, Promosi kebodongan, Promosi barang, Trend, Siaran iklan dan gaya marketing yang membuat masyarakat bisa tergiur dan terkecoh mengubah arah hidupnya. Dan yang "terhebat" Pengecohan a la Sambo, cari di internet Obstraction of Justice.

Oleh karena itu, merenungkan pengalaman peristiwa tercatat diatas, langsung saja saya susun pemikiran berserta saran pertimbangan dalam tiga perspektif dibawah ini :  

(satu) Komunikasi

Tertipu,Terkecoh,Terperdaya adalah buah dari Komunikasi yaitu pembicaraan dan pendengaran. Idealnya berbicara baik dan pendengaran baik. Tetapi ketertipuan itu bisa akibat bicara baik pendengaran buruk, bisa juga bicara buruk/jahat pendengarnya baik. Sialnya bisa jadi ada kejahatan dan pendengar yang buruk tetapi mengira baik. Penipuan, Pengkecohan, Pembodohan adalah suatu bentuk komukasi jahat mungkin lebih jahat dari pembunuhan, fitnah, pembunuhan karakter orang, menghalang proses keadilan.

Terinspirasi oleh Maslow's Hiararchy of Needs tentang adanya motivasi pemenuhan kebutuhan yang berjenjang. Dari kebutuhan dasar, seperti rasa lapar, rasa aman, rasa nyaman, hingga rasa ingin dihargai, hasrat ingin bahagia. Semuanya dari tubuh hingga pemikiran dan motivasi barjalan alami, disadari atau tidak disadari.(*)  Nah, dalam sikon berkomunikasi perlu disadari orang itu sedang dalam situasi kondisi dimana, sebagai pembicara atau pendengar. Dan dalam proses komunikasi sudah sampai mana: semua harus berproses dalam rangka 'pemenuhan kebutuhan' : "setiap orang mau bahagia".

Maka Tertipu, Terkecoh, Terperdaya akan terhindarkan apabila selalu disadari dengan kewaspadaan, diikuti hukum dan disiplin berproses secara alami, mulai dari pengenalan dengan siapa berkomunikasi,  baik dalam bervisi, barhasrat, berbuat serta memenuhi kebutuhan apalagi bekerja dan kerjasama. (**)  

(dua) Bekerja. 

Dalam peristiwa terpapar diatas ada latar belakang yang tidak menguntungkan dalam kaitannya dengan 'Bekerja'. Diataranya : Persaingan bukan kerjasama, Ajakan berteman oleh 'pengangguran', kelemahan mental & kepribadian, .

Pemekaran cakupan kerja adalah suatu bentuk pengembangan Pekerjaan. Michael  LeBoeof Ph.D dalam "Working Smart", (***) memberi banyak saran berharga dalam bekerja cerdas, effisicient, : Hasil maksimal dengan waktu dan tenaga yang minimal. Yang mengkait masalah penipuan dkk ada beberapa saran:

B-1 Managemen proses kerja (tujuan/perencanaan/disiplin waktu) harus sangat jelas dan ditaati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun