Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jangan Sembarangan Bermain Cinta

9 Maret 2021   12:23 Diperbarui: 9 Maret 2021   12:58 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semua fungsi manusia tersebut dimuka untuk menghayati dan menghidupi sepenuhnya menjadi semakin jelas bila kira merenungkan semua unsur dalam Olah Raga yang namanya sebut saja satu : "Sepak Bola".

Kesebelasan sekolah saya dahulu untuk pertandingan keluar sekolah memakai nama "IFO".  Singkatan dari kata In Finem Omnia. Artinya Semua Untuk Satu Tujuan. Tujuan satu itu adalah Goooll. Memasukkan bola kegawang lawan adalah suatu tujuan yang dibayangkan sebagai tujuan yang mempengaruhi semua jenis dinamika di lapangan. Baik itu oleh pemain sepak bola maupun penonton permainan. Masuknya bola ke gol adalah peristiwa, yang sungguh sungguh karena nyata dan diberi makna suatu prestasi dan kegembiraan. Jenis bola, jenis kayu gawang, waktu, tempat , orang yang terlibat tetap sama dipengaruhi oleh masuknya bola ke gawang. Dan itu pada gilirannya membuat semuanya bergerak dalam kesungguhan. Mangapa ?

Pada gilirannya pula filosof manusia berbicara tentang manusia. Manusia yang terpengaruh oleh dinamika permainan. Dalam bermain Driyarkoro menyebut ada unsur Eros, nafsu, mau memiliki, mau bersama, suka dan cinta. Saya melihat seperti bayi itu menikmati air susu ibu, dengan segala fungsi tubuhnya yang spontan.  Disamping eros juga ada Agon, yaitu semangat berupaya, berjuang untuk apa yang diinginkan lebih lagi berlomba-lomba bersaing menghadapi faktor luar atau lingkungan hidupnya.

Sedemikianlah bermain, permainan merupakan perilaku manusia yang sedemikian lengkap memerankan jiwa raganya kekuatan dan jenis garakan tubuhnya. Bagi saya hanya dalam permukaan pandang saja mudah mengatakan itulah manusia yang berbudaya.  Sehingga apa yang sekarang kita lihat baik didunia olah raga dan hiburan yang manusiawi itu hampir tidak nampak fenomena bermain.

Oleh budaya, kita lebih melihat dalam olahraga, bermain menghibur diri dalam kesenian itu suatu komoditi dan upaya bisnis, keuangan, dan bahkan politis. Keaneka ragaman pengelolaan "komoditi seni hiburan dan oleh raga" itu sedemikian kompleks sehingga tersembunyi disana penyimpangan dan penyalah gunaan kesempatan untuk perjudian, prostitusi dan kenikmatan yang menistakan kemanusiaan.

Driyarkoro menasehati "Mainlah dengan Eros (cinta,kelekatan diri) tetapi janganlah mau dipermainkan Eros dan Mainlah dengan Agon(perjuangan,dinamika) tetapi janganlah kau dipermainkan oleh Agon. Sebab Barang siapa mempermainkan permainan  akan menjadi permainan Permainan".

Apabila kita bisa membayangkan Peristiwa Bola masuk gawang sebagai simbol bermakna, maka saya kira kita bisa membayangkan segala penyimpangan dan penyalahgunaan pengelolaan di dunia hiburan dan permainan adalah tidakan mempermainkan Permainan. Dan mereka itu adalah dimainkan oleh permainan dan dapat kehilangan jati diri manusia yang bermartabat. Sebab mereka adalah permainan.

Maka Bermainlah untuk bahagia, bersama eros tetapi jangan mempermainkan ke Bahagia-an, dan eros. Termasuk Cinta. Jangan main main dengan eros dan cinta agar tidak jadi permainannya..

Pembaca yang budiman tolong maafkan bila ada salah kata membuat tidak berkenan dan tolong terima salam hormat saya.

Ganjuran, Maret 08, 2021. Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun