Mohon tunggu...
ASTI FITRIADESTRI
ASTI FITRIADESTRI Mohon Tunggu... Universitas Pendidikan Indonesia

Assalamualaikum Wr, Wb perkenalkan saya Asti Fitria Destri NIM 2205179 prodi S1 pendidikan Guru Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Pembelajaran IPS Pada Era Digital

9 Januari 2023   15:49 Diperbarui: 9 Januari 2023   15:54 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Asti Fitria Destri, Mutiara Nasjwa Maharani 

Universitas Pendidikan Guru Sekolah Dasar 

Kampus Cibiru Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar 

email: astifitriad01@upi.edu 

email: mutiaranasjwa@upi.edu 

ABSTRAK Penelitian ini berjudul "Implementasi Pembelajaran IPS di pada era digital". Pembelajaran IPS pada dasarnya bertujuan mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara yang baik (good citizenship), sebagai warga masyarakat yang baik peserta didik harus menguasai knowledge, skill dan attitude and value yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah pribadi maupun sosial serta dapat mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat. Kemajuan IPTEK terutama dibidang teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan semakin pesatnya penyebaran globalisasi dan menimbulkan dampak dalam berbagai sektor. Kondisi ini secara tidak langsung menuntut peserta didik untuk memiliki kemampuan memilah konten dan informasi yang mereka dapat melalui jaringan internet atau biasa disebut dengan literasi digital. Dalam kaitannya dengan pembelajaran IPS, artikel ini mengungkapkan beberapa masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran IPS dan tujuan mengapa peserta didik diharuskan mampu untuk mengimplementasi pembelajaran IPS di rumah. teknik pengumpulan data bersifat kualitatif dengan menggunakan studi literatur. Untuk teknik analisis sendiri berdasarkan hasil bacaan yang didapat. 

kata kunci: implementasi, pendidikan, penerapan, IPS, digital

 PENDAHULUAN 

Dalam kegiatan pembelajaran IPS perlu didukung oleh penggunaan media pembelajaran. Selain sebagai alat bantu guru dalam mengajar, juga membantu siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan. Maka media perlu dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi siswa, termasuk alam sekitar, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah. Media pendidikan sangat penting sekali untuk menunjang tujuan pembelajaran. Salah satu pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah baik sekolah dasar dan sekolah menengah adalah Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS. Ilmu ini mempelajari berbagai hal yang melibatkan pemikiran manusia, tingkah laku manusia, hubungan antarmanusia, konflik yang dihasilkan hingga keputusan-keputusan yang melibatkan banyak orang. pembelajaran IPS seharusnya dilakukan dengan melakukan berbagai pembahasan dan percontohan yang dapat dipahami langsung oleh peserta didik. Literasi digital dapat dipahami sebagai suatu kemampuan, pemahaman, wawasan, kecakapan maupun pengetahuan tentang seluk beluk dalam memahami perangkat digital di era modern seperti saat ini. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa literasi digital merupakan suatu kemampuan untuk dapat menggunakan serta memanfaatkan teknologi yang berasal dari perangkat digital dalam kehidupan sehari-hari secara efektif dan efisien (Sujana & Rachmatin, 2019). Selain itu, menurut UNESCO (2011) Literasi digital merupakan serangkaian keterampilan dasar yang dalam penggunaan, pengelola, serta berpartisipasi dalam jejaring sosial. Peranan guru memang menjadi kunci utama dalam pemberian pelajaran IPS yang memiliki relevansi dengan literasi digital yang diberikan, tetapi lebih daripada itu orang tua juga memiliki peranan yang sentral juga dalam memberikan pemahaman mengenai literasi digital serta melakukan implementasi langsung terhadap peserta didik dalam memberikan kelancaran dan keefektifan dalam pembelajaran IPS itu sendiri. Peranan orang tua dalam memberikan pemahaman mengenai lierasi digital di masa pandemi jelas dapat membantu peserta didik dalam memahami materi-materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini karena pemahaman mengenai teknologi digital dapat memudahkan munculnya interaksi dan komunikasi dengan orang-orang sekitar dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dengan berkembangnya berbagai informasi banyak muncul berbagai konten negatif, berita yang tidak benar (hoax) atau bahkan sarana untuk melakukan penipuan terhadap orang lain. Oleh karena itu, dapat dipahami bagaimana urgensi atau pentingnya dari penerapan literasi digital. Di dalam era digital ini, setiap orang harus berbenah diri supaya tidak kalah dalam persaingan, kita menghadapi suatu era digital yang membutuhkan disruptive regulation, disruptive culture, disruptive mindset, dan disruptive marketing. dunia telah berubah di berbagai bidang, meliputi perkembangan teknologi komunikasi, munculnya generasi milenial, kebutuhan po;a pikir eksponensial, corporate mindset, model bisnis disruptif, dan era internet of things. Jika melihat perubahan yang telah terjadi di dalam masyarakat pada saat ini, hal ini pun terjadi pada lingkungan pendidikan. Pada saat ini pendidikan yang konvensional sudah mulai ditinggalkan seperti guru yang selalu mengandalkan ceramah. Di lingkungan pendidikan kita sudah mulai menggunakan teknologi yang inovatif dalam membangun sebuah proses pembelajaran, hal ini merupakan suatu tantangan bagi pendidik untuk mampu bergerak dan berinovasi serta terampil dalam membelajarkan setiap materi kepada peserta didik. Hal-hal yang inovatif belum mampu diikuti oleh dunia pendidikan kita termasuk pembelajaran IPS yang masih dikatakan belum sepenuhnya menyesuaikan dengan era digital ini. Pendidikan IPS sebagai ujung tombak pembangunan warga negara harus mampu menyesuaikan dengan kemajuan era digital yang sedang berkembang sangat pesat. Titik masalahnya adalah bagaimana pendidikan IPS di sekolah dasar ini bisa membangun sumber daya manusia yang mampu mengambil peran dalam strategi era digital sehingga posisinya secara akademis tidak tertinggal dan mampu membangun rasa cipta karya untuk menyesuaikan dengan perubahan era digital yang sangat pesat ini. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang sudah ada di depan mata dan harus secepatnya ditanggapi bersama secara cepat tepat dan inovatif untuk bisa membentuk peserta didik yang bisa menyelaraskan dengan era digital ini, kemudian bisa membangun kepercayaan diri untuk berkreasi serta bersaing, berkompetisi dengan kondisi dunia yang serba terbuka sehingga peserta didik mampu menguasai secara teknologi, mental, keteguhan diri dalam menghadapi era digital yang bisa saja memunculkan berbagai macam masalah terutama masalah masa depannya yang mulai terancam jika peserta didik tersebut tidak memiliki kemampuan, kompetensi, keterampilan untuk menghadapi era digital ini. 

METODE PENELITIAN 

Jenis pengumpulan data yang kami lakukan adalah dengan studi literatur menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain, istilah Studi Literatur ini juga sangat familiar dengan sebutan studi pustaka. menurut Nazir (1998 : 112) studi kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). Menurut Danial dan Warsiah (2009:80), Studi Literatur adalah merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku buku, majalah yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Peneliti berhadapan langsung dengan teks atau data angka dan bukan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian, orang atau lainnya. Data pustaka bersifat siap pakai (ready mode), artinya peneliti tidak kemana-mana kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan. Data perpustakaan umumnya sumber sekunder, artinya bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan. Bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi ruang dan waktu. Peneliti berhadapan dengan info statis atau tetap, artinya kapanpun ia datang dan pergi data tersebut tidak akan berubah karena ia sudah merupakan data mati yang tersimpan dalam rekaman tertulis (teks, angka, gambar, rekan tape atau film). Studi kepustakaan memuat uraian sistematis tentang kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan dan diusahakan menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang ilmu tersebut. 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 Pada era globalisasi seperti sekarang ini, setiap warga Negara termasuk peserta didik dituntut untuk mempunyai sejumlah keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan bukan hanya sebagai warga Negara, tetapi juga sebagai warga dunia sehingga kehidupan peserta didik dapat lebih fungsional dan lebih bermakna. Metiri Group (2009) mengemukakan beberapa keterampilan yang perlu dikuasai yaitu: 1) literasi zaman digital, yang meliputi; literasi dasar, ilmiah, dan teknologi, literasi visual dan informasi, dan literasi budaya dan kesadaran global; 2) berpikir inventif modal intelektual yang meliputi; adaptabilitas/mengelola kompleksitas dan kemandirian self direction 3) komunikasi interaktif keterampilan sosial dan personal, yang meliputi; bekerja dalam kelompok, dan bekerjasama (kolaborasi), tanggung jawab pribadi (personal), dan sosial, komunikasi interaktif; 4) hasil yang berkualitas dan terkini, yang meliputi mengutamakan, merencanakan dan mengelola hasil, menggunakan alat-alat dunia nyata secara efektif, hasil yang berkualitas tinggi dengan penerapan pada dunia nyata. Upaya mengembangkan keterampilan digital guru dilakukan pada siang hari yaitu teacher hours (jam guru), Guru melaksanakan kegiatan membuat perangkat pembelajaran dan peta konsep yang akan diajarkan, guru langsung membuat semacam workshop. Untuk literasi digital sendiri ada materi khusus utamanya untuk guru guru yang baru. Selain itu mengikutsertakan guru dalam pelatihan pelatihan yang dilakukan pihak luar seperti pembelajaran berbasis IT, powerpoint plus, pembelajaran menggunakan android. Implementasinya dilaksanakan mulai dari peserta didik baru melalui kurikulum ada sosialisasi penggunaan tablet pembelajaran. Kondisi saat ini dalam penerapan literasi digital, Media sebagai alat bantu guru dalam mengajar haruslah mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran, mengubah sikap dan menanamkan keterampilan untuk peserta didik. Landasan dasar pendidikan yang baik adalah mengakomodir literasi digital dalam pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, kemudian guru perlu mengidentifikasi penerapan literasi digital ini apakah berhasil atau tidak dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik, lalu guru secara cermat menyusun prinsip dan pendekatan yang efektif kedepannya untuk dibelajarkan kepada peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan(Martin, 2008). Literasi media dalam studi sosial dapat mempromosikan pemahaman dan apresiasi siswa tentang peran yang dimainkan media dalam membentuk dan menyebarluaskan pandangan khusus dunia. Guru harus memahami pendidikan literasi media dan harus berupaya mengintegrasikan ke dalam ruang kelas. Pemahaman guru tentang peran dan tempatnya dalam kurikulum, dan implikasi dari pandangan-pandangan ini untuk pengembangan dan pelatihan kurikulum(Stein & Prewett, 2009). Ada lima jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran, yaitu media visual, media audio, media audio-visual, kelompok media penyaji, dan media objek, serta media interaktif berbasis komputer. Media digital untuk e-learning IPS dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran asal sesuai dengan materi yang diajarkan dan tercapainya tujuan pembelajaran. Media digital dalam pembelajaran IPS SD merupakan media pembelajaran yang berbasis teknologi seperti sosial media pembelajaran, multimedia pembelajaran, software pembelajaran baik yang berbayar ataupun gratis, jurnal, buku elektronik, serta media pembelajaran sejarah berbasis elektronik seperti virtual museum, film dokumenter, dan aplikasi pembelajaran berbasis mobile smartphone. IPS ditujukan untuk mendidik kewarganegaraan yang baik, yaitu membina siswa untuk menjadi warga negara yang mengetahui hak dan kewajiban mereka, yang juga memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama seluas-luasnya, lalu untuk membina siswa. Mengintegrasikan IPS ke dalam Model Konten digital adalah upaya untuk menerapkan teori, konsep, dan prinsip sosial sains untuk meneliti pengalaman, peristiwa, gejala, dan masalah sosial yang sebenarnya terjadi di masyarakat sehingga mampu untuk melatih keterampilan siswa baik keterampilan fisik mereka, dan kemampuan berpikir dalam menilai informasi secara kritis serta menjadi melek digital Siswa yang dibina melalui IPS tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan berpikir yang tinggi, tetapi siswa diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi untuk diri mereka sendiri dan lingkungan mereka. Para siswa sebagai bagian dari masyarakat harus dapat melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat baik sebagai warga negara yang menyadari tanggung jawab dengan menampilkan perilaku, tindakan, dan tindakan yang penuh makna untuk kebaikan bersama. Pada akhirnya, mereka diharapkan menjadi warga negara yang kompeten sebagai hasil dari studi sosial Pihak sekolah masih belum menjalin kerjasama dengan pihak dinas pendidikan. Hal ini dikarena untuk literasi digital sendiri masih baru diterapkan. Kerjasama dengan pihak swasta sudah mulai dirintis, salah satunya kerjasama dengan Google walaupun belum terdapat MoU, karena pihak sekolah sendiri menggunakan Google Classroom, pada tahap awal sekolah dapat trial Google Classroom selama 30 hari, untuk penggunaan selanjutnya pihak sekolah harus membuktikan bahwa sekolah tersebut memang merupakan sekolah yang nyata dengan mengunggah data sekolah. Selain menggunakan Google Classroom pihak sekolah juga memakai aplikasi seperti Quizleet dan Kahoot. Pihak sekolah akan membuat kelas khusus orang tua di Google Classroom sehingga orang tua bisa memantau materi, nilai, dan perilaku peserta didik di kelas digital. Pada kalangan guru sendiri juga menggunakan Google Classroom. Sebagai contoh peserta didik bersemangat mencari sumber sumber literasi digital, namun memang peserta didik menjadi sering lupa akan waktu, dan hal ini yang harus diarahkan dan masih membutuhkan bimbingan dari guru. Selain itu kendala yang lain adalah sebagian peserta didik masih belum bisa membuat kesimpulan dari keseluruhan materi. Kesimpulan yang dibuat peserta didik masih cenderung dangkal. Sehingga kondisi yang demikian mengharuskan guru untuk memberikan evaluasi dalam kegiatan literasi digital. Penggunaan media pembelajaran yang inovatif masih tetap berlangsung dan perlu dikembangkan pada Sekolah Dasar. Salah satunya yang dilakukan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan mengembangkan digital storytelling atau yang dikenal dalam bahasa indonesia sebagai dongeng digital. penggunaan digital storytelling bagi pembelajaran IPS, yang salah satu tujuannya adalah mengembangkan aspek afektif siswa, pada siswa SD akan memberikan makna bahwa IPS sebagai mata pelajaran yang mampu untuk meningkatkan perasaan siswa diantaranya tentang penerimaan, respon, penilaian, dan pembangunan karakter. Kurikulum Pendidikan IPS harus memuat bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Di dalamnya hendaknya berisikan bahan yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis. 

PENUTUP

 IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan, psikologis, serta keyakinan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Dari sejak dini pendidikan IPS wajib diberikan kepada anak-anak dengan memperhatikan pendekatan, model, strategi, metode pembelajaran dengan menggunakan dan memanfaatkan aplikasi media sosial yang sering digunakan peserta didik dalam kesehariannya. Seorang pendidik tidak akan terlepas dari kurikulum,silabus, dan rencana pengajaran. Kurikulum tidak hanya dibatasi pada sejumlah mata pelajaran yang lebih banyak menekankan pada isi, akan tetapi meliputi semua pengalaman belajar yang dilakukan pihak sekolah untuk mempengaruhi perkembangan pribadi siswa kearah yang lebih positif sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Kurikulum dapat dilihat dalam tiga dimensi yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai rencana. Kurikulum merupakan pedoman atau acuan bagi para pelaksana kurikulum dalam proses pembelajaran sehingga kurikulum masa depan harus informatif dan penggunaan komputer di masa depan harus ditingkatkan. Perspektif masa depan sering dikaitkan dengan kurikulum rekonstruksi sosial, yang menekankan kepada proses mengembangkan hubungan antara kurikulum dan kehidupan sosial, yang menekankan kepada proses mengembangkan hubungan antara kurikulum dan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat. Dalam kurikulum IPS SD keadaan yang tidak bisa diprediksi antara lain perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat karena masyarakat yang cenderung pluralistik sehingga kurikulum masa depan mungkin lebih banyak berkaitan dengan realisme, ethnicisme, dan sexism. Paradigma pembelajaran IPS saat ini dapatlah kita ubah melalui penggunaan berbagai media pembelajaran berbasis teknologi. Hal ini dilakukan agar pembelajaran relevan dengan pesatnya perkembangan teknologi yang identik dengan munculnya Era disrupsi (keterserabutan). Penggunaan media pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPS sangatlah beragam yang tentunya selaras dengan materi yang disampaikan guru dan ketersediaan perangkat teknologi yang memadai. Pemanfaatan media berbasis teknologi dilakukan sebagai suatu upaya guru di dalam mengemas materi pembelajaran IPS menjadi lebih menarik sehingga proses pembelajaran menjadi lebih interaktif dan nyata, efektif dan efisien serta menumbuhkan motivasi peserta didik sehingga dapat memberikan kemudahan bagi setiap peserta didik dalam proses pemahaman mengenai materi yang sedang dipelajari dan mengarah pada proses belajar yang berpusat kepada peserta didik. Pengaruh penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi dalam proses pembelajaran pun turut berkontribusi di dalam meningkatkan literasi digital peserta didik. Hal ini sangat mungkin terjadi apabila guru di dalam mendesain proses pembelajaran yang menghendaki peserta didik untuk memanfaatkan dan mempraktikkan secara langsung perangkat teknologi yang dijadikan sebagai penunjang kegiatan belajar berbentuk suatu media. Pada dasarnya dalam rangka meningkatkan literasi digital peserta didik haruslah didukung dari segi pemanfaatan perangkat teknologi sebagai medianya dalam proses kegiatan belajar mengajar pada materi IPS. Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti mengajukansejumlah saran, yaitu (1) Perlu dikembangkannya beragam media pembelajaran berbasisteknologi khususnya dalam pembelajaran IPS sehingga dapat secara tidak langsungmengubah paradigma pembelajaran IPS yang cenderung menjenuhkan dan bersifat tekstual, (2) Ketersediaan perangkat teknologi di seluruh sekolah yang ada di Indonesia perlumenjadi salah satu prioritas utama dalam APBD setiap pemerintah daerah karena masihbanyak sekolah notabenenya memiliki perangkat teknologi yang kurang memadai, (3) Perguruan tinggi khususnya dalam ranah pendidikan haruslah dapat mencetak calon-calonguru yang memiliki literasi teknologi yang mumpuni, kreatif dan inovatif di dalammemanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran. 

DAFTAR PUSTAKA 

Arikun to, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Boa, Ana.(2008). Making News WithDigital Stories: Digital Storytellingas A Forma of Citizen Journalism-Case Studies Analysis in the U.S, UK, and Portugal". Prisma Journal. Dantes, Nyoman. (2014). Buku Ajar Landasan dan Inovasi Pembelajaran. Singaraja: Pascasarjana Undiksha. Fadhilah, Inas Nisrina., Rodiyana, Roni., & Febriyanto, Budi. (2019). Pentingnya Model Pembelajaran TGT Berbantu Lego Dalam Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, Halaman 1306-1314. Freitas, S. de, & Yapp, C. (2005). Personalizing Learning in the 21st century. Stafford: Network Educational Press. Gross, R.E. (1978). Social Studies for Our Times. New York: John Wiley & Sons. Halimah, Noviyanti., Rodiyana, Roni., & Cahyaningsih, Ujiati. (2019). Pentingnya Pendekatan Realistic Mathematics Education(RME) Dalam Pemahaman Konsep Siswa Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, Pages 577-584. Jones, Glenda. & Westhuizen, Duan. (2013). Digital Literacy in the 21st Century: Fact or Fiction?. Research Gate, 12-17. Kemendikbud. 2017. Materi Pendukung Literasi Digital Gerakan Literasi. Jakarta. Kurino, Yeni Dwi. (2019). Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa MelaluiPredict Observe Explain.Jurnal THEOREMS, Vol. 4, No.1, hal. 1-6. Lister, Martin. (2003). New Media: A Critical Introduction. London: Routledge. Martin, Allan. (2008). Digital Literacies: Concepts, Policies and Practices. Die Deutsche Bibliothek. Nahdi, Dede Salim., & Cahyaningsih, Ujiati. (2019). Keterampilan Guru SD Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Social, Humanities, And Educational Studies (Shes): Conference Series, Jilid 2, Terbitan 1, Halaman 57-63. Nurmayanti, Yanti., Rodiyana, Roni., & Haryanti, Yuyun Dwi. (2019). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa dengan Menggunakan Media Flashcard. JurnalProsiding Seminar Nasional Pendidikan, Halaman300-305. NCSS. (2003). Curricullum Standard for The Social Studies. Purnomo, Halim., Mahpudin., & Sunanto, Liyana. (2020). Pengelolaan Kelas Belajar di Era 4.0. Jurnal Elementaria Edukasia, Jilid 3, Terbitan 1. Puspitasari, Wina Dwi., & Rodiyana, Roni. (2019). Bahan Ajar Inquiry Saintifik Untuk Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas, Volume 5, Issue 2. Riyanto, Robi., Yanto, Ari., & Yuliati, Yuyu. Urgensi Metode Role PlayingPada Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, Halaman 617-621. Rodiyana, Roni., & Ansori, Yoyo Zakaria. (2020). Implementasi Metode Role PlayingDalam Upaya Menumbuhkan Sikap Kepemimpinan Demokratis Siswa Dalam Pembelajaran Pkn Di Sekolah Dasar. Jurnal Elementaria Edukasia, Jilid 3, Terbitan 1. Rosidah, Ani., & Yonanda, Devi Afriyuni. (2019). Penggunaan Film Dokumenter Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, Halaman 190-202. Sapriya. (2011). PendidikanIPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja RosdakaryaOffset. Saputra, Dudu Suhandi., & Susilo, SigitVebrianto. (2019). Penerapan Media Big Book Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Di Kelas V Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, Halaman 1510-1515. Stein, Laura. & Prewett, Anita. (2009). Media Literacy Education in the Social Studies: Teacher Perceptions and Curricular Challenges. Teacher Education Quarterly, Winter. Sukmadinata, N.S. (2008). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: RemajaRosdakarya. Sulianta, Feri., Dkk. (2019). Digital Content Model Framework Based on Social Studies Education. International Journal of Higher Education, Vol. 8, No. 5. Syaodih, Nana. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tally, Bill. (2007). Digital Technology and the End of Social Studies Education. Theory and Research in Social Education Spring 35, no. 2, 305-321. Tjokrodihardjo. (2003). Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share. Jakarta: Kencana. Winataputra, Udin S. (2003). Materi dan Pembelajaran IPS SD. Banten: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun