Pagi itu, 23 September 2021, suasana Stasiun Jombang belum terlalu ramai. Saya sedang menunggu keberangkatan kereta Argo Wilis menuju Bandung ketika sebuah perjumpaan singkat mengalir begitu saja menjadi percakapan yang membekas.
Seorang perempuan duduk di kursi tunggu, tak jauh dari tempat saya berdiri. Saya menghampirinya sambil bertanya,
"Bu, tempat duduk untuk menunggu keberangkatan ke Bandung sebelah mana ya?"
Bukan basa-basi. Saya memang kudet urusan perjalanan jauh. Daripada salah tempat duduk, lebih baik langsung tanya. Lagipula saya sedang malas kembali ke petugas stasiun di dekat pintu masuk.
"Sebelah sini juga bisa, Bu," jawabnya ramah.
Dari percakapan ringan itu, kami saling tahu: ia hendak ke Jogja, saya ke Bandung. Tak sampai sepuluh menit berbicara, pengumuman keberangkatan kereta membuat kami bersiap. Saya angkat koper dan tas, ia pun berdiri dengan santai.
Saya sempat menoleh ke kanan dan kiri, mencari jasa angkut barang. Tapi pagi itu, tak satu pun porter terlihat.
"Tumbenan, ya. Biasanya ada yang nawarin jasa angkut barang," gumam saya sambil menatap sekitar.
"Mungkin karena masih pagi, Bu," sahutnya. Pandangannya jatuh ke koper saya. "Ibu ke Bandung untuk tugas, ya?"
Saya hanya tersenyum lebar. "Iya, tugas negara," jawab saya, setengah bercanda. Sebenarnya memang benar, saya sedang menjalankan tugas dari Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang.