Mohon tunggu...
Asrul Sani Abu
Asrul Sani Abu Mohon Tunggu... Author | Entrepreneur | Youtuber

Entrepreneur, penulis buku, pendiri PT. Sani Mobil Indonesia dan PT. Tjorauleng Maega Berkah. Alumni Universitas Trisakti Jakarta dan University of Western Sydney Hawkesbury Australia, ESQ Leadership, Top Coach, The 7 Awareness Leadership serta Lemhannas RI. Ketua bidang hubungan internasional APINDO Sulawesi Selatan, ALFI/Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia, Ketua bidang transportasi AUMI Jakarta. Pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Tangerang Selatan. Pembina Jendela Pendidikan Nusantara Tangerang Selatan, Pengurus KKSS/Kerukunan Keluarga Sulsel Serpong Tangerang Selatan Banten. Pendiri Kampus Literasi, Amadis Center Foundation, Sani TV serta Sani Media Indonesia Publisher. Karya: Manajemen Kebahagiaan 2015, Novel Ayat Cinta Sang Pujangga 2018, Masterpiece of Love and Life 2019, Bukan Syair Biasa 2020, Sang Wali 2021, Novel From Sydney to Jakarta 2022, Catatan Ngopi Asrul Sani 2024, Alquran, Surat Cinta dari Langit 2025.

Selanjutnya

Tutup

Makassar

Sebuah Buku untuk Ibuku....

18 Oktober 2025   16:00 Diperbarui: 18 Oktober 2025   16:04 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah hadiah buku di hari ultah ibu Nurhayati Kadir

Yang membuat buku ini begitu istimewa, saya sisipkan pula petuah-petuah asli dari ibu, yang saya kumpulkan dari pesan WhatsApp beliau. Pesan yang sederhana namun begitu dalam maknanya.

Salah satu pesannya yang saya abadikan berbunyi:

"Ibu tidak pernah berhenti bersyukur. Setiap pagi Ibu bangun lebih awal, menyiram bunga, menyiapkan teh, lalu tersenyum. Hati yang gembira itu obat. Tidak ada yang lebih menyembuhkan daripada hati yang ikhlas dan pikiran yang damai."

Kalimat itu seperti cermin dari hidupnya sendiri, seorang perempuan Bugis yang kuat, mandiri, dan penuh kasih, yang di usia 76 tahun masih tampak sehat, aktif, dan awet muda.

Hadiah Terindah di Usia Senja

Ketika saya menyerahkan buku itu, ibu tersenyum. Wajahnya bersinar lembut di bawah cahaya sore Babathe.

"Akhirnya tulisanmu untuk Ibu datang juga," katanya pelan.

Saya menunduk, menahan air mata yang nyaris jatuh. Bagi saya, senyum itu lebih berharga dari apa pun. Buku ini bukan sekadar kado ulang tahun, tapi penebus waktu yang hilang, wujud cinta yang abadi, dan warisan hati untuk generasi berikutnya.

Warisan Kasih yang Tak Lekang

Kini, setiap kali saya membuka halaman Buku untuk Ibuku, saya seperti membaca ulang hidup saya sendiri. Di sana ada suara ibu, ada nasihat yang menenangkan, ada doa yang mengalir di antara baris kata.

Saya sadar, tidak ada cinta yang lebih suci dari cinta seorang ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun